Thursday, March 6, 2014

Cintaku Tertinggal di Malaysia

Lanjutan Kenam, Dari Cerita "Rumput Tetangga Lebih Hijau"

GEMBLES IN THE NIGHT LIFE

Setelah melakukan aktifitas yang menjenuhkan di weekday, rencananya gue sama temen-temen vila gue yang lama mau bareng-bareng ke night club pas liburan, si Vince punya banyak kenalan anak-anak gaul Malaysia gitu ceritanya, dan kita para mupengers dapet invitation di salah satu night club ternama(walaupun gue nga tau namanya) di daerah Kuala Lumpur, akhirnya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi malam kita yang akan menjadi euphoria para alay yang terjebak pergaulan di Malayisa, dasar alay woy!.

Rambut gue yang semeraut waktu itu bakal menjauhkan gue dari para harim-harim night club kalau gue pikir-pikir, dan Gepinpun memploklamirkan dirinya sebagai tukang cukur dadakan amatiran yang sudah merenggut banyak korban jiwa karena cukuran ajaibnya, beberapa hal yang harus gue pikirkan adalah sulitnya mencari babershop di daerah vila gue, akhirnya dengan berat hati gue memberanikan diri dicukur oleh tukang cukur karbitan merangkap banci taman lawang, sesuai yang udah gue duga dari awal cukurannya lebih mirip rambut babi hutan yang mati di bakar masa daripada rambut gue sebelumnya yang lebih mirip rambut Justin Bibir habis diperkosa gay.

Demi perbaikan kepala gue yang udah mirip Ikyusan kena tampol Jack Sparrow, gue minta Gepin untuk mencukur kepala gue lagi dengan cukuran mohawk versi dia, berharap lebih mirip El Sharawy kena kurap daripada mirip Ikyusan begini, dan setelah dicukur oleh Gepin ternyata rambut gue lebih mirip sama Balotelli kena panu, rasanya pengen gue tusuk lubang pantatnya gepin pake stick baseball, trus gue udek-udek dalemnya.

(Gepin-Shanon-Gue-Vince-Archi)
 

Malam itu pun tiba dan kita para mupengers sempet foto-foto dulu di kamar, walaupun baju minjem Gepin, celana cut bray era 80'an, dan rambut ababil begini, gue harus tetep terlihat kece layaknya seorang cowok clubber gitu dengan gaya yang sok cool plus banci kamera tapi pingin dibilang Hot(labil abis!), kalau gue mungkin lebih kelihatan kayak homo terjebak pergaulan bebas, dan di kamar Gepin kita sempet melakukan gaya-gaya aneh yang mungkin membenarkan bahwa mitos gay menular itu memang terjadi.

Permasalahan pertama yang terjadi adalah mobil ternyata penuh karena ada temennya Vince yang nyetir mobil, dan makhluk yang paling pantas dikorbankan adalah gue, tampang nga cocok buat bergaul di dunia malam, minimal bagasi udah pas buat gue, mengharukan memang menjadi homo yang beranjak dewasa.

Akhirnya kita terpaksa sempit-sempitan di dalam mobil, baru beberapa menit berjalan tiba-tiba kita melihat razia polisi Malaysia, dan terpaksa beberapa orang dari kita harus berjalan melewati razia karena batas maximum penumpang mobil adalah dua orang penumpang depan dan tiga orang penumpang belakang, akhirnya temen gue jalan berdua dan gue tetep di dalam mobil dengan pengharapan nih polisi bakal mengkasihani muka gue, atau salah-salah gue bakal ditangkep dengan alesan muka gue dibawah standar hidup kelayakan sebagai manusia, keras!.

Lagi asik-asik dengerin lagu di dalem mobil dengan nuansa musik house yang tidak terinfluence musik house Indonesia tiba-tiba mesin mobil mati, and you know what..? mobil mogok kehabisan bensin, oke fine.. kita sekarang lebih mirip tukang bengkel yang ngarep clubbing daripada pria macho dengan bulu dada klinis habis di bleaching pergi clubing, ini satu-satunya keberuntungan kita yaitu pom bensin yang ternyata tidak jauh dari tempat mobil kita mogok, alhasil para mupengers pun mendorong mobil sampe pom bensin dan karena kondisi tubuh yang lebih mirip atlet balet habis kena sodomi, akhirnya kita setuju untuk istirahat sejenak di pom bensin sebelum kita melanjutkan perjalanan tujuan kita dengan kondisi yang mengenaskan.

Perjalananpun kita lanjutkan dan berdoa agar kita dijauhkan dari segala macam marabahaya yang mengancam kita seperti yang terjadi sebelumnya, memang niat kita tidak jauh seperti muka gue saat ini, lebih mirip seperti para pemerkosa yang sedang mencari mangsa, tapi hati kita yang baik ini sebenarnya ingin mencari hiburan disela-sela kesibukan kita sebagai maho yang terbuang.

Akhirnya kita sampai pada suatu tempat yang kelap-kelip dan ramai mobil-mobil mahal dari kelas Audi sampai Jaguar, walaupun para mupengers menggunakan mobil Proton(mobil buatan Malaysia yang mungkin tabrakan sama bajaj aja bisa meledak) tapi kami tetap tampil kece, ternyata disana terdiri dari beberapa club gitu dan jalan-jalan masuk yang lumayan lebar untuk mobil berlalu-lalang, Vince sedang menelpon kawannya untuk mencari tempat dimana nanti kita para mupengers akan bersemayam, jalan demi jalan kita lalui, para ladies terlihat dijalan-jalan, jalan-jalan kita lewati, lewati, dan lewati lagi ternyata jalan yang sama, mereka diluar melihat ke arah kita, keadaan mulai genting, para ladies tiba-tiba masuk ke dalam, kita terlihat seperti pedofil yang lagi mencari mangsa.

Beberapa saat berlalu dan gue baru sadar kalau kita ini tersesat di jalan-jalan tempat clubbing, Vince berkali-kali menghubungi kawannya dan terlihat sulit sekali kawannya untuk dihubungi, akhirnya kitapun memutuskan untuk memarkirkan mobil dan turun keluar untuk melihat kondisi di jalan-jalan yang ramai para lelaki yang tampil cool dengan wanita-wanita yang terlihat sexy, dan kayaknya penampilan kita bakal merusak mood mereka.

Kita menunggu beberapa saat di depan club, kita lebih terlihat seperti germo-germo homo yang sedang menjajakan dirinya, beberapa saat kita menunggu Vince mendapat kabar dari kawannya hujanpun mulai turun rintik-rintik dan akhirnya kita hanya bisa menepi di kafe-kafe depan club yang sudah tutup, mulai dari bercandaan kecil sampai kita kelelahan menunggu, kitapun mulai duduk-duduk tidak jelas diatas bongkahan-bongkahan kayu, keadaan semakin miris ketika akhirnya tidak ada kabar lagi dari kawannya Vince, dan layaknya seorang gembelers yang mengalir di dalam gorong-gorong jiwa kita, akhirnya kita berencana gulung tikar dan berencana hanya meratap kepada pengunjung yang datang untuk memberi belas kasihan.

Rencanapun gagal tapi kita tidak kehabisan ide untuk mengisi malam kita yang berakhir seperti rambut gue ini, akhirnya kita menuju suatu tempat dimana kita bisa minum bareng sembari ngobrol santai bareng disertai bercandaan kampung ala mupengers, akhirnya kita menuju suatu kafe yang masih buka pada malam yang menyedihkan itu, tempatnya lumayan luas dan ada layar besar untuk menonton siaran televisi, kitapun menelpon kawan kita yang mungkin juga tersesat pada malam itu untuk bergabung, dan pada akhirnya malam itupun kita habiskan disana, bersantai dengan beberapa minuman beralkohol disertai candaan kecil bersama teman-teman terdekat ternyata terasa lebih indah dari segalanya.

(Gue-bersama-yang-terdampar)
 

Kerja keras akan membawa kita 
              kepada apa yang kita Butuhkan bukan yang kita Inginkan -


2 comments: