Sunday, March 9, 2014

Cintaku Tertinggal di Malaysia

Lanjutan Ketiga, Dari Cerita "Makhluk Gaib Dari Jaman Purba"

PROSESSI PINDAH VILA
                  
Sesaat setelah kejadian itu, gue langsung menghubungi bokap gue untuk mencari tempat tinggal atau vila baru karena vila lama gue telah dikuasai oleh para robot dari dimesi berbeda, untungnya bokap gue mengiyakan hal tersebut, gue nga bisa bayangin kalau ternyata bokap gue menolak perizinan gue, mungkin hari ini jari kelingking gue udah overside, celana skiny, baju nyeplak di badan dengan kerah kebuka sampe bulu dada gue harus keluar-keluar, atau mungkin bokap gue juga termasuk pasukan bawah ember yang menyerang dunia kita secara diam-diam, that’s i cant believe!, sejauh ini gue lihat bokap gue masih sedikit macho walau kadang-kadang suka labil jari kelingkingnya sedikit(nurun ke anaknya).

Kebetulan pada saat itu temen-temen gue ada yang lagi cari vila kosong buat disinggahi dan lebih beruntungnya lagi mereka adalah dua orang cewek kampus yang menurut gue kece walau nga sekece my Jennifer(aghh.. masa lalu) dan mereka setuju kalau gue bisa tinggal bareng mereka, vila kami ada dua lantai sama dengan vila-vila lainnya karena disana bentuknya townvila yang monostyle gitu, gue tinggal di bawah sendiri(security) dan cewek-cewek tinggal di atas, sebenernya mereka mengharapkan gue menjadi satpam mereka walau gue nga dibayar(menyedihkan), tapi kalau ada apa-apa jujur gue lebih milih lari lewat jendela kamar gue daripada menghadapi maling bersenjata tajam yang bakal berbuat ekstrim merenggut keperjakaan pantat gue kalau mereka merasa terancam, dan mereka harus tau kalau cita-cita gue kawin sama Jennifer belum kesampaian.

Back to topic, gue mau ngenalin temen-temen cewek satu vila gue yaitu Wening cewek sunda yang agak semok, putih, bersih kayak ratu solo kena panu dan doyan banget sama warna ijo dan kodok, mirip kayak ratu pantai selatan, kalau masuk kamarnya gue merasa lagi ikut uji nyali dunia lain, yang satunya Icha, cewek Indonesia yang gue nga tau dari daerah mana, yang gue tau doi hobinya galau karena cowoknya jarang dateng menemuinya dan suka ngerawat anjing golden gue yang waktu itu nyaris mati kedinginan karena dimandiin malem-malem.

Malem itu malem minggu, dan gue berencana minta bantuan temen gue buat pindahan, tapi yang jadi masalah temen-temen gue pada sibuk pacaran pada malam itu dan yang jomblo pun nga mau kalah, mereka lagi pada beraksi sama gebetan mereka masing-masing dan gue emang harus cari jomblo nista yang kerjaannya melakukan ritual aneh di dalem kamar yang terkunci, dan kalau ada temennya ngetok doi langsung bilang 'sebentar lagi ganti baju' alhasil gue dapetin sahabat gue yang baik hati tapi tidak tergambar di mukanya yang lebih mirip sama pasukan jihad yaitu Adria, sahabat gue yang satu ini baik banget, dia rela gue perkerjakan tanpa imbalan sepeserpun tapi sebagai gantinya gue disuruh dengerin curhatan dia yang gebetannya dipacarin cowok lain that’s so rude man!, Jadi malam itu gue berencana melakukan duet bareng Adria buat pindah-pindahin barang, dari vila gue yang lama ke vila gue yang baru, karena townvila gitu bentuknya jadi emang nga terlalu jauh buat pindah-pindahan barang, tetapi cukup menyiksa karena gue harus naik turun tangga dan melewati lembah serta bukit yang curam(yang ini nga termasuk), dan melawan raja babi xi lau han(ini juga nga).

Barang pertama yang coba kita pindahkan adalah kasur tempat tidur gue, nga terlalu gede ukuran single bed gitu tapi cukup tebel dan berat buat dibawa dua orang yang jarang olah raga kayak gue sama si pasukan jihad ini, sempet beberapa kali mentok tembok dan nyaris nambrak motor di jalan akhirnya gue sama Adria berhasil melakukan pemindahan barang pertama gue dengan sukses dan nafas ngos-ngosan, alhasil keringatpun bercucuran di sekujur tubuh dan berencana melakukan istirahat sejenak sebelum masa perbudakan ini dimulai kembali.

Gue sama Adria duduk-duduk di ruang keluarga vila baru gue, tiba-tiba si Wening dan Icha dateng, kitapun akhirnya melanjutkan buat ngobrolin masalah-masalah vila kita yang harus diperbaiki seperti keran air, lampu dan kebersihan rumah, serta ritual pengusiran roh jahat seperti si Adria ini, layaknya rumah baru emang harus didekorasi sedemikian rupa supaya enak untuk di tinggali, dan seperti layaknya rumah yang untuh disana ada majikan, pembantu dan kecoak terbang, guepun memproklamirkan diri sebagai pembantu yang bersahabat dengan majikan, jadi dengan ini jabatan gue merangkap sebagai satpam dan pembantu(yang tak digaji) di vila baru gue, tapi kalau gue pikir itu lebih baik daripada gue harus tidur sekamar sama makhluk gaib di vila lama gue, sejauh ini gue pikir masih baik-baik aja.

Setelah energi kembali penuh, gue dan Adria melanjutkan kembali pindah-pindahanan barang gue, barang selanjutnya yang akan gue pindahin adalah lemari, mungkin lebih ringan karena lemari gue yang minimalis gitu tapi karena bahannya kayu jadi agak susah belok-belokinnya(nga elastis), pas di tangga akhirnya semua jurus kungfupun kita keluarkan dari jurus menahan beban pake kaki, tangan dijepit, kaki disilang sampe jurus menjerit karena kaki kejepit, alhasil baru setengah perjalananpun nafas gue udah kayak babi hutan yang habis kena uppercut Chris Jhon.

Drama terjadi ketika kita lagi istirahat di tengah perjalanan, tiba-tiba “BROOOOTT.. TTT… T.. T..” mirip raja babi lagi mabok, si pasukan jihad pun melakukan bom angin disertai cipratan-cipratan cairan kimia yang menurut riset gue mampu melumpuhkan kerja otak orang yang terkena cipratannya, dan beruntunglah karena bom itu tidak melumpuhan banyak orang karena disitu cuma ada gue yang seketika itu saraf gue sempet berhenti sejenak (i'm gonna die!), Adria tersenyum, ternyata Adria dari tadi udah nga tahan mau BAB tapi karena rencananya dia mau BAB habis lemarinya sampai tempat tujuan, tapi apa daya bom sudah meledak, rencanapun gagal, Adriapun pergi ke toilet meninggalkan gue dan lemari malang gue serta aroma menjijikan yang menghantui gue serta orang-orang yang lewat di pinggir jalan malam minggu itu.

Masa perbudakan pun terus berlanjut di malam itu, sampai pada akhirnya gue dan Adria berhasil memindahkan barang-barang gue yang emang cuma sedikit ke vila baru gue dan diakhiri dengan pesta minum air putih berdua bareng pasukan jihad, karena emang gue belum beli apa-apa dan juga sebagai budak harus lebih banyak berterima kasih, sesuai janji gue langsung menuju perkarangan atau tempat duduk-duduk gitu yang emang romantis banget buat pasangan homo, tapi lebih cocok keberadaan pasangan cowok-cewek disini daripada pasangan marmut dan onta, Adriapun memulai ceritanya sambil mengunyah coklat murah yang baru aja kita beli dari minimarket depan vila, dan gue sempet berfikir bahwa ini bakal jadi penderitaan gue selanjutnya di malam minggu yang seharusnya gue hangout bareng pacar gue ataupun pacar orang.

Sebagai sahabat gue di Malaysia, Adria merupakan teman paling deket sama gue, gue sering tinggal di kamarnya dan kita sering berbagi banyak cerita, mulai dari kisah cinta, kisah pribadi, maupun hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan kita, paling sering yang kita ngomongin cewek-cewek kampus yang sexy-sexy, maklum Adria merupakan jomblo of the year, tapi sekarang Adria lagi galau masalah gebetannya..

Dan Adria mulai percakapannya :

Adria : ‘Begini nih ped sebenernya..’
Gue : ‘Ya..' (dalam hati : Buruan jgn panjang-panjang njing)
Adria : ‘Tapi gue bingung mau cerita dari mana..’
Gue : ‘Dari awal aja..' (dalam hati : kalau bisa dimulai dari bagian paling akhir)
Adria : ‘Oke deh sip, Gini nih Ceritanya…’
Gue : Menatap dengan penuh ketidakpedulian
(dalam hati : njir kayaknya gue salah ngomong)
Adria : 'Sebenernya si bla.. bla.. bla..' (pasang muka serius)
Gue : 'Oh.. itu berarti si bla.. bla.. bla.. ya bla.. bla.. bla..'
            Sambil nutup muka, takut dikira homo lagi marahan

Satu jam setengah berlalu..

Adria : ‘Gitu ped ceritanya..’
Pede : ‘Ohh..' (pasang muka sok ngerti permasalahan)
            ‘Bagaimana kalau kita lanjutin besok aja’

Saling menatap selama 5 detik, bubar..

Mungkin masalah percintaan doi terlalu akut dan doi bercerita sama orang yang salah, itu bisa mengakibatkan masalah percintaan menuju jurang yang lebih terjal menurut gue, gue biasa dengerin curhatan yang cuma ‘wah kalau gitu itu salah loe..’, ‘wah nga juga kalau gitu itu salah doi…’, ‘wah kalau gitu harusnya batman kawin sama doraemon..’, jadi sebenernya gue bagian orang yang lebih suka menyalahkan daripada ngasih solusi, ada baiknya memilih teman curhatan yang tepat atau galau lu bakal tidak menemukan titik harapan.

(Dhita-Gue-Adria)

 

Akhirnya malam itupun kita telah lalui dengan hal-hal yang sungguh tidak menarik, Adria seperti biasa masih tidak mendapatkan jawaban ketika curhat ke gue, tapi yang gue bingung kenapa doi masih sering mencoba curhat ke gue, mungkin ada beberapa hal dalam diri seseorang yang tidak dapat dipendam sendirian, sama halnya seperti sebuah masalah percintaan, kita butuh teman untuk berbagi cerita walaupun kita tahu pada akhirnya mungkin tidak menyelesaikan masalah, tapi dengan sebuah senyuman semua masalah pasti akan terobati.

Ketika kita berfikir tentang Masa lalu 
                 padahal hari ini adalah masa lalu untuk Masa depan -


No comments:

Post a Comment