Saturday, March 1, 2014

Cintaku Tertinggaldi Malaysia

Lanjutan Kesebelas, Dari Cerita "Joki Pacaran"

AKHIRNYA GUE JADI COWOK

Pada suatu ketika gue merencanakan buat balik ke Indonesia karena gue harus pulang beberapa bulan sekali untuk kumpul bareng keluarga gue, dan tiba-tiba Sofiapun merencanakan untuk berlibur juga ke Jakarta bersama teman-temannya, moment yang tidak disengaja ini atau mungkin sangat disengaja ini bakal gue manfaatkan dengan sebaik-baiknya, buat gue hangout bareng si Sofia di Jakarta nanti, dan Sofia mengiyakan rencana gue itu untuk bisa hangout bareng gue di Jakarta, dan mungkin kita bakal jalan-jalan ke tempat-tempat norak yang hanya gue tau di Jakarta, juga dengan tag masih calon pacar.

Sebelum datangnya hari yang membahagiakan itu, gue sama Sofia sering telepon-teleponan, sering ngobrol bareng tentang rencana kita mau jalan kemana aja nanti di Jakarta dan rencana kita mau jalan-jalan ke Bandung juga, sambil meratapi duit tabungan gue yang sudah semakin menipis, jadi gue harus nabung dari sekarang, seperti kebanyakan orang kere seperti gue pada umumnya, menabung identik dengan mengurangi porsi makan dan kebutuhan lain yang tidak penting, seperti membeli terlalu banyak tissue untuk ritual bukan keagamaan dan hal-hal  lain seperti jalan-jalan jomblo yang menguras pengeluaran-pengeluaran tidak penting, serta nongkrong homo bareng temen-temen komplek, jadi gue dari sekarang menanamkan prinsip biksu tong atau biksu-biksu lain yang gue nga kenal namanya yaitu semedi di dalam kamar dan di atas kasur demi mencari kitab tidak suci dan mencari nasi tambahan.

Baru beberapa saat gue menerapkan prinsip dan dasar-dasar biksu sebagai pramuka garda terbelakang, Adria sebagai jomblo terlaknat nomer tiga di Malaysia dengan style timur tengahnya datang menyatroni kamar gue yang lagi ada pesta laler tak diundang.

'Woy ped, jalan yuk.. nonton kita, ada film The Dark Knight'
'Anjir.. serius lu? baru ya tayang ya di biskop, bojug(boleh juga) tuh..' iman goyah seketika
'Oke siap-siap ya lu, gue juga mandi dulu, nanti gue kemari lagi, jangan lama-lama ped'
'Emang setan lu dri..' setan berhati malaikat itulah Adria.

Memang setan selalu menganggu keimanan seseorang dengan sangat mudah, rencana gue bakal berubah tiga ratus lima puluh enam koma tiga derajat pada saat itu, tanpa berfikir panjang gue langsung bergegas ke kamar mandi dan dengan sumbringah bakal nonton film The Dark Knight yang waktu itu premier di Malaysia, dan Malam ini duet maho terbaik se kampus gue bakal show off, rencana gue buat menyimpan uang dengan sebaik-baiknya bak hilang ditelan batman, gue amnesia sesaat dan seketika teringat kembali prinsip awal gue, sesuatu yang membuat kamu bahagia, just do it.. senyum setan.

Malam itupun gue lewatin berdua bersama Adria dengan penuh kehomoan, masih seperti biasa, Adria selalu menyempatkan sesi curhat tentang gebetannya yang tidak kunjung menemui progress yang berarti, gue selalu mencoba menghiburnya dengan pernyataan-pernyataan menyiksa seperti 'Mungkin lu kurang ganteng dri, besok gue make over cuy!' dan berakhir disembur pake nafas naga, gebetan Adria ini bernama Patricia, lebih tepatnya cewek imut temen design foundation gue waktu masih di Jakarta, si Patricia dulu ini sekolah di Amerika, jadi kalau menurut gue, Adria membutuhkan kerja extra untuk mendapatkan si Patricia, karena muka yang lebih mirip pasukan teroris taliban yang gagal jihad kemungkinan untuk membombardir hatinya si Patricia sangatlah kecil, mustahil bukan berarti tidak mungkin -James Bond.

Sampai akhirnya hari dimana gue harus balik ke Jakartapun datang, budaya hedonisme masih menggerogoti tabungan gue sedikit demi sebanyak, seperti membeli tao kei noi rasa tom yam yang sedang hit pada masa itu secara berlebihan merupakan bagian dari kegiatan hedonisme gue sebagai rakyat miskin yang cinta 3gp tidak pernah bisa gue tolelir, sampai sahabat gue si Shanon pernah bilang 'Ped.. Don't save your money for food dude', dan kata-kata itu selalu teringat di benak gue hingga saat ini, so deep, prinsip yang gue pegang teguh ketika temen gue berencana mau nraktir gue dan doi ragu-ragu, langsung gue spik aja 'Don't save your money for food dude', alhasil doi jadi tambah ragu-ragu lagi buat neraktir gue, ngenes.

H-1 sebelum hari gue balik ke Jakarta, perasaan gue excited banget, gue harapkan Sofia juga begitu, sahabat gue si Adria kabarnya udah makin deket sama si Patricia, tapi doi belum berani nembak, sebagai klasifikasi.. jomblo baik hati nan lemah gemulai seperti Adria ini pasti bakalan susah menyatakan cinta, apalagi cewek yang doi taksir kadang-kadang diluar nalar gue sama doi sebagai rakyat jelata menaksir tuan putri, cuma ada di dunia dongeng!, paling mentok ada di sinetron, minimal lu harus ke si Alam yang nyanyi mbah dukun, biar mukanya di sembur pake air kembang, bukan biar dapet tuh cewe melainkan biar cepet sadar.

Hari ini gue bakal cabut ke Jakarta, semuanya telah gue persiapkan buat keperluan gue balik, seperti anak cowok kebanyakan, gue juga bagian dari mereka yang terkadang bingung harus membawa apa aja buat berpergian, minimal kita bawa baju satu dan celana satu udah bisa hidup, biasanya saking gue nga ngerti harus bawa apa, gue cuma bawa tas kosong, minimal biar gue dikira mau berpergian jauh, lain halnya sama anak cewek, gue liat si Sofia sampai harus bawa koper kecil, sekecil-kecilnya koper minimal segede badan cewek, dan isinya penuh, terkadang gue bingung apa isi didalamnya, apakah doi menyelinapkan tenaga kerja ilegal di dalem tuh koper, kalau iya.. bisa dicontoh!.

Sofia ke Jakarta berdua sama kakak senior dari kampusnya, rencananya nanti mereka bakalan split di bandara, Sofia gabung sama gue dan kakak seniornya tinggal di tempat temennya, nanti di Jakarta kita bakal ketemuan lagi sama doi dan sama temen-temen kampus Sofia yang lain, rencananya Sofia bakal tinggal di rumah gue, sebelumnya gue udah izin ke nyokap gue dan diperbolehkan berhubung gue maksa, karena ada beberapa kamar yang memang tidak terpakai di rumah jadi biasanya buat temen-temen gue yang ingin menginap, waktu itu gue masih tinggal di daerah blok M belakang PLN Pusat, rumah dinas bokap gue.

Gue, Sofia dan kakak seniornya udah berada di bandara, kita split tempat duduk juga karena gue sama doi pesen tiketnya berbeda, kita sempat makan bareng di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), bandara ini udah berapa tahun ini menjadi bandara terbaik se-Asia Tenggara atau mungkin lebih karena gue lupa, gimana nga.. bandara ini keren banget, designnya yang mewah, dan besar banget, ada beberapa terminal pesawat disini yang dihubungkan dengan train, ada juga train ke daerah-daerah seperti Kuala Lumpur dan sebagainya, jadi buat akses ke bandara ini mudah banget, nga perlu takut macet ataupun hal lainnya, spot-spot bandara ini juga tertata banget dengan rapih, ada spot makanan, tempat cek in pesawat, dan yang lainnya, serta full wifi gratis di seluruh area bandara, bagaimana dengan Soetta? ada tiga terminal tanpa akses train, jalan kaki mungkin bisa menjadi ide yang sangat bodoh, menurut gue masih jauh banget buat menyamakan KLIA, tapi bukan tidak mungkin kita bakal bisa lebih dari KLIA, because i believe in Indonesia.

Maskapai yang gue dan Sofia gunakan sama, Air Asia merupakan maskapai yang memungkin kan para mahasiswa bisa pulang pergi sesering mungkin ke tanah kelahirannya dan jalan-jalan ke daerah yang mereka inginkan, low-rate budjet banget ini maskapai, apalagi kalau para mahasiswa atau para miskiners memesan tiketnya jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan, mungkin harga tiket pesawat sama harga rokok atau bisa cuma beda tipis, rokok sepuluh dus.

Sesampainya di bandara Soetta, pemandangan yang lumrah sudah terlihat, seperti permukiman kumuh, para TKI yang duduk-duduk di pinggiran bandara terlihat seperti mereka akan membangun sebuah rumah temporer di dalam bandara, dan apabila keluar dari bandara banyak penjual parfum kw yang menjajakan jualannya diam-diam kepada orang-orang yang baru saja tiba di bandara, lebih mirip sama penjual narkoba, bisik-bisik 'coy.. coy.. parfum coy.. mabok-mabok..', dan bermacam-macam hal unik yang mungkin jarang anda temui di luar sana, gue sama Sofia janjian ketemuan di sebuah restoran di bandara beberapa saat setelah pesawat tiba, gue nga sempet izin ke kakak seniornya Sofia karena gue pun nga terlalu kenal dekat dengan dia, Sofiapun datang di tempat yang sudah dijanjikan, kita makan sebentar.

Setelah beberapa menit kita makan dan bercanda ria, gue dan Sofiapun melanjutkan perjalanan lagi ke rumah gue untuk menaruh barang-barang, karena tidak ada train, jadi gue menggunakan fasilitas umum yang paling nyaman yaitu taxi, gue dan Sofiapun menuju rumah gue dengan menggunakan taxi, di dalam taxi gue udah mulai gugup dan grogi, maklum aja soalnya cinta gue sebenarnya belum sepenuhnya terjawabkan, beginilah wanita, penuh misteri, gue cocok jadi korban dunia lainnya Sofia, gue sekarang berada di misteri zone, yang belum ada kejelasan, kalau ABG beranjak gaul bilang ini namanya HTS(Hubungan Tanpa Sentuhan), sama seperti keadaan gue sekarang ini di dalem taxi, lebih mirip naik angkot bareng, kiri bang.. kiri.

Seperti biasanya, rumah gue selalu kosong, cuma ada dua bidadari rumah gue si Ros dan yang satunya gue nga kenal, soalnya suka ganti-ganti, si Ros paling awet jadi pembantu rumah gue, mungkin dari jaman megalitikum doi sudah berada di rumah gue, nyokap bokap gue semuanya kerja, abang gue kerja juga, adik gue yang paling kecil kuliah di Bandung, si Ros shock karena gue membawa temen perempuan, gue sumpel pake duit mulutnya, dia diem.

Hari-hari di Jakarta gue jalani dengan hangout duit pas-pasan, pernah suatu waktu gue jalan bertiga sama mantan drummer gue yang namanya Hari Bre, saking kita bingung mau kemana, gue merencanakan jalan-jalan ke Dufan, padahal jam sudah menunjukan pukul 4 dan kita pasti bakal telat banget sampai disana, gue tetep memaksakan buat jalan kesana, mereka terintimidasi gue, kita akhirnya tetap jalan sesuai rencana, sesampainya disana ternyata Dufan sudah mau tutup, idepun tidak habis, akhirnya kita bertiga terdapar di pantai Ancol dan naik kereta gantung Ancol, sempet beberapa kali kita foto-foto di pinggir pantai, norak tapi menyenangkan, semacam alay yang beranjak dewasa.

(Sofia-Hari)

 

Beberapa hari di Jakarta gue lalui dengan jalan-jalan sama Sofia dan beberapa kali bareng Hari Bre juga, sampai saatnya si Sofia harus ketemu temen-temen kampusnya serta kakak seniornya pada suatu malam kita membuat janji di daerah jalan Jaksa, di sebuah Restoran China, kita menyantap makanan yang pada malam itu nikmat sekali, sampai ketidaknikmatan itu terjadi ketika Sofia harus bergabung bersama kakak seniornya karena besok harus jalan ke Bandung bareng mereka, jadi gue harus berpisah sama Sofia sampai disini, tetapi gue tetep nga habis pikir dan malam itu juga gue berencana ke Bandung bersama sahabat gue yang bernama Indra yang akan tinggal di kosannya Adit di daerah Buah Batu, sebenernya nenek gue tinggal di daerah Bandung juga, tapi gue lebih memilih di tempat teman gue karena lebih bebas, wild life.

Keesokan paginya gue udah berada di Bandung terlebih dahulu, dan Sofia baru sampai di Bandung siang hari, dan kemungkinan doi besok bakal tinggal di rumah temen kakak seniornya, gue masih sibuk mencari makanan bareng kawan gue, pagi hari di kota kembang.

‘Cuy.. makan dimana nih kita yang asik?’ gue kelaperan
‘Es goyobot ped, deket SMA 6, banyak jajanan lain disana, sekalian cuci mata anak-anak SMA hehe..’ si Indra merekomendasikan dengan tampang pedofil
‘Iya ped disana aja.. hehe..’ Adit mengiyakan semangat
‘Cari makan cuy, bukan cari daun muda, tapi boleh juga sih.. hehe…’ Akhirnya gue terpedaya

Pagi itu kita langsung nyantai di depan SMA 6, banyak jajanan disana, termasuk yang paling populer es goyobotnya, walaupun gue masih menduga bahwa es goyobot ini merupakan peranakan dari es campur, all in one, pokoknya macem-macem dimasukin ke dalam suatu gelas mangkok bareng serutan es, fix gue bingung jelasinnya.

‘Ped cantik tuh…’ si Indra nunjukin ke arah satu cewe
‘Eh iya ndra cantik tuh…’ Adit ikut-ikutan, dan gue masih fokus sama hp gue
‘Ngapain sih lu ped, cuci mata dikit lah disini’ si Indra sewot
‘Gue lagi smsan sama gebetan gue cuy, lu malah pada manas-manasin gue cewe, nanti malem enaknya kemana ya kita?
‘Hmm.. mau makan-makan gitu ped? si Indra nanya
‘Ke Dago Pakar aja ped, kita cari tempat makan disitu’ Adit mempromosikan tempat yang mungkin belum pernah doi datengin
‘Okelah.. siang ini gue janjian sama Sofia di jalan Riau, Factory Outlet’, jadi rencananya nanti Sofia bareng kakak seniornya dan temannya bakalan jalan-jalan ke daerah factory outlet gitu di daerah jalan Riau, dan kita bakal ketemuan sama mereka disana.
‘Sip.. sip..’ duo maho mengiyakan.

Setelah kita selesai makan dan ritual mencuci mata di pagi hari, akhirnya kita balik dan bersiap-siap di kontrakannya Adit, jam sudah menunjukan pukul 12 siang, gue masih menunggu sms konfirmasi dari si Sofia kalau mereka sudah sampai di tempat tujuan, seketika HP gue berbunyi dan ternyata itu sms dari si Sofia, mereka baru aja sampai di Bandung, gupun mengabari yang lain untuk bersiap-siap juga, Indra masih mandi dan Adit masih sibuk dengan ritual mengulet di atas kasur, gue mencari benda-benda yang mungkin bisa menganggu Adit  yang sedang mengulet di atas kasur, alhasil sempak indra yang tergeletak tanpa dosa di lantaipun menjadi senjata ampuh gue buat menyerang si Adit, seketika itu juga adit lumpuh, dan nyaris pingsan karena ternyata sang sempak sudah tiga hari tidak di cuci, gue shock, adit magap-magap.

Setelah semua siap, kita langsung berangkat ke factory outlet di jalan Riau, Bandung terlihat sangat macet saat itu, karena hari ini weekend, kitapun sempat terjebak macet di beberapa tempat, dan ketika sampai di tempat tujuan, ternyata macetnya lebih parah dari dugaan awal, terpaksa kita harus memarkir mobil agak jauh dari pusat keramaian, kita berjalan ke factory outlet sambil menunggu kabar dari Sofia, banyak tukang jajanan yang menjajakan makanannya di sepanjang jalan Riau dan kita menyempatkan untuk mencicipi kuliner-kuliner Bandung tersebut, ada bermacam-macam jenis seperti simoay, batagor, cimol, bakmoy, fix gue laper.

Beberapa menit berselang HP guepun berbunyi, Sofia mengabarkan kalau doi sudah ada di dalam dan kitapun langsung masuk ke dalam untuk menemui si Sofia dan kakak seniornya, beberapa menit menunggu, akhirnya gue melihat penampakan Sofia yang mengenakan kaos berwana merah, dia terlihat cantik, dan kamipun sempat berbincang beberapa saat sampai akhirnya merekapun harus lanjut berjalan-jalan lagi, dan kita akan bertemu nanti malam di daerah Dago Pakar buat makan malem bareng.

Selesai bertemu Sofia, kita langsung menuju tempat gebetannya si Indra di daerah Pasteur, gue nga tau ini gebetan Indra yang mana lagi, tapi Indra termasuk lelaki yang melihat wanita tanpa pandang beha, nyaris semua wanita menjadi gebetannya, tapi hanya wanita-wanita yang kurang beruntunglah yang akhirnya menjadi pacarnya, beberapa dari temen cewek gue pernah ditembak si Indra, dengan gayanya yang cool mungkin menghipnotis semua wanita yang kurang iman, dari yang blesteran jepang sampai yang blesteran manusia pernah doi pacarain, gue termasuk sahabatnya doi yang terkadang agak prihatin sama kelainan yang dia miliki, semoga lu nga termasuk bagian dari wanita yang pernah dipacarin manusia berbulu dada tipis ini.

Sesampainya di rumah gebetannya si Indra, gue shock berat, ternyata gebetannya si Indra temen gue waktu SMP di Labschool Rawamangun dulu namanya Devina, doi udah berubah banget jadi wanita dewasa yang tampaknya mudah digauli, dulu waktu SMP si Devina masih culun banget, mirip penari kupu-kupu yang kurang jam terbang, hinggap kesana-kemari, hilang arah dan tujuan, seperti anak-anak cupu pada umumnya, berakhir menjadi wanita kecil yang terasingkan dari pergaulan, sungguh menyedihkan, tapi sekarang doi menjadi remaja ababil yang beranjak dewasa, agak riskan terbawa hal-hal negatif, harus gue protect dari gangguan mahkluk gaib semacam Indra, setelah gue lihat-lihat ternyata pergaulan si Devina lebih keras daripada apa yang gue pikirkan, ternyata gue lebih culun dari doi, gue pasrah dipergauli cewek temen SMP gue.

Setelah beberapa jam kita ngobrol-ngobrol santai dan dipergauli dengan indah, akhirnya gue berencana buat balik ke kontrakan si Adit karena stamina gue yang sudah mulai menurun, hal ini mungkin akan mengagalkan rencana dinner gue bareng si Sofia nanti malem, guepun balik ke kontrakan si Adit dan beristirahat sejenak, mereka meminjam mobil gue untuk berjalan-jalan selama gue beristirahat, mereka mau cuci mata sebentar katanya, memang di Bandung adalah tempat terbaik buat para lelaki-lelaki yang haus akan kasih sayang seorang waria untuk selalu cuci mata, atau mungkin mereka akan melakukan ritual mencari gebetan-gebetan baru yang akan menjaring para wanita-wanita kurang beruntung yang berada di Bandung, pasti target mereka adalah anak SMA dan SMP, memang pedofil tulen.

Beberapa jam gue beristirahat, akhirnya stamina gue pulih kembali, sekarang waktunya gue mengkambing buta malam ini, gue sempet cari dua penampakan makhluk setengah homo itu si Adit dan si Indra, ternyata mereka belum balik ke kontrakan, gue bergegas menghubungi mereka buat balik dan siap-siap karena sebentar lagi kita harus dinner bareng Sofia. Seketika gue menghubungi si Indra, ternyata mereka terdampar di CK, memang biasanya kami sering nongkrong murah di depan CK Buah Batu, kalau lagi ada uang, kita suka beli minuman dan nongkrong di daerah Bukit bintang, melihat pemandangan Bandung dari bukit. saik abis!.

Pede, I’m going now, tiba-tiba gue dapet sms dari Sofia, kita bersiap-siap buat cabut menemui mereka di restoran daerah Dago Pakar gitu, Indra membawa mobil gue, karena gue nga terlalu paham jalan-jalan di Bandung atau emang Indra adalah supir sejati gue, beberapa menit berselang akhirnya kita sudah mendekati tempat yang dituju, daerahnya sungguh indah, ditemani kelap-kelip lampu yang membuat suasana di daerah Dago Pakar ini semakin romantis, dan hembusan angin malam yang sangat dingin di daerah itu membuat gue pengen buru-buru pelukan, tapi di mobil gue cuma ada maho tulen, jadi biarlah gue mati kedinginan.

Sampai juga di tempat tujuan, Sofia sudah sampai terlebih dahulu di restoran tersebut, kita masih mencari parkiran, ternyata banyak juga mobil-mobil yang datang ke restoran ini, tapi emang enak banget sih buat dinner bareng temen-temem maupun pacar,'Glekk..’ gue membuka sedikit pintu mobil, lalu wuuuuuuuzzzzz… hembusan angin malam di daerah Dago Pakar waktu itu bisa membuat gue mati kedinginan, tapi enak banget suasananya, udara dingin ini yang membuat kita jadi tambah berselera untuk makan dan untuk nongkrong lebih lama lagi, karena gue jarang banget nongkrong lama-lama selain di toilet.

‘Pede.. Where are you?’ si Sofia menghubungi gue lewat telepon
‘Already there, where are you?’
‘Oke.. second floor’ Sofia mengarahkan

Akhirnya gue bertemu Sofia dan yang lainnya di lantai dua, kami berbincang-bincang sejenak, memesan minuman hangat dan beberapa makanan, mereka sangat humble, dan di restoran itu juga kami bertemu adik-adik kelas gue / junior gue waktu SMA, karena dulu SMA gue semi-militer gitu, jadi mereka sangat hormat sama senior-seniornya, ini bisa jadi ajang sok keren gue disini, dan gue melanjutkan dinner bareng Sofia beserta kawan-kawannya di restoran tersebut.

Beberapa makanan yang dihidangkan pada saat itu tak membuat pandangan gue sedikitpun untuk terus menatapnya, tajam dan menusuk sampai ke bo'olnya(bau dong), cinta memang buta, terkadang kita terlena dibuatnya, tetapi disaat itu pula kita lupa akan keberadaan dunia nyata, cinta memang terkadang membuat seseorang lupa daratan, lupa apabila kita sedang berada di dunia, bagaikan terbang ke angkasa luas, tinggi... tinggi.. dan.. aahh.. begitulah rasanya cinta, memang semua dosa ternyata nikmat, don't try this at home.

Setelah makan guepun kenyang, kalau tidak kenyang berarti harus nambah, dan itu nga penting gue ungkapkan, setelah gue beres makan rencananya gue mau jalan-jalan sama si Sofia, and terpaksa Sofia harus gue pinjem dulu beberapa saat dari temen-temennya, dengan sangat terpaksa akhirnya teman-temannya memperbolehkan buat Sofia kencan bareng gue lagi malam ini, gue disertai dua laler jahat yang menguntiti gue dari tadi yaitu Adit dan Indra, so after that gue harus balikin si Sofia dari jam yang sudah ditentukan, semacam rental.

Gue, Indra, Adit, dan Sofia bergegas ke mobil gue, Indra nyetir, Adit duduk di kursi depan, dan gue sama Sofia di belakang, karena nga mungkin Sofia dipangku Adit, dan sekarang kitapun bingung mau jalan kemana, karena sudah malam dan sudah makan, akhirnya kita memutuskan buat keliling-keliling saja di kota Bandung, yang masih gue Inget waktu itu di daerah deket universitas Parahyangan, mobil gue melewati jalan-jalan disitu sampai akhirnya terjadi 'Gleeekk', si Sofia ngerangkul tangan gue dan bersender di pundak gue, gue kaget sembari downy ikut berdiri, gue bingung harus mengekspresikan apa, apa mungkin gue harus loncat-loncat di dalem mobil, apa gue harus stay cool, tapi ini bukan gue banget, yang ada juga stay njing, tindakan yang paling mungkin seorang pedofil seperti gue lakukan adalah memeluk balik dan mencium bibirnya, dan film Bandung lautan asmara part 2 segera rilis.

Dalam perjalanan gue kali ini, gue nga bisa berkata apa-apa, gue cuma bisa diam dan menikmati gemerlapnya kelap-kelip kota bandung, sesekali gue ngelihat kearah Sofia, dia terlihat sedang melihat keluar jendela dengan tangannya masih merangkul tangan gue, gue masih amatir dengan hal-hal semacam ini, paling bagus gue pernah dirangkul kambing gue waktu lagi Idul Adha, berakhir tuh kambing ngamuk-ngamuk, dan ketika si kambing kepalanya udah berhasil di sembelih, si kambing tetep menggila, kasian si kambing, semoga nasibmu tidak seperti sang kambing ya nak Sofi.

'Pede....' Sofia memanggil gue halus
'Yes Sofi...'
'Hmm.. i just wanna say yes for the answer'
'Ha..?' gue pura-pura lupa, padahal ini hal yang paling gue inget dalam hidup gue
'yes' Sofia menegaskan lagi
'What...?' gue grogi plus bingung harus berekspresi apa selain menggunakan bahasa inggris gue yang pas-pasan antara, what, yes or no.
'Last time.. you ask me to be your boyfriend, then i say yes now' Sofia menatap gue dalam, gue menatap Sofia kasian, ternyata ada juga yang mau sama tapir yang bisa nemplok di dinding ini.
'Are you sure Sofia? i'm so supprised and happy to hear that' jawab gue sok cool, Sofia senyum, gue muka berak.

Sejak saat itu akhirnya gue resmi mejadi cowoknya Sofia, cowok jelek, item, dekil, kumisan, dan behelan yang nyaris mendapat julukan tukang cabul tanpa tanda jasa ini mengakhiri masa lajangnya selama tiga ratus empat puluh tujuh koma lima tahun bersama seorang cewek Thailand yang masih harus dibuktikan kewanitaannya, dan pada akhirnya sebagai komplotan geng laler nakal yang telah mengemban jabatan baru jadian tersebut dengan penuh tanggung jawab akhirnya gue harus meneraktir temen-temen gue dalam seminggu, padahal nga ada hubungannya, emang dalam kisah percintaan, lama kelamaan kita akan lupa sama teman, untuk dapat terus mengingat jasa para teman kita yang bukan pahlawan tersebut, maka ritual biasanya diawali dengan hal-hal menyakitkan semacam itu, ini bagian yang mengharukan buat gue.

Ingatlah pertama kali kamu jadian dengan Kekasihmu 
                                            mungkin akan mengobati Amarahmu -


No comments:

Post a Comment