Lanjutan Kedelapan, Dari Cerita "Upin Ipin Terjebak Pergaulan"
CINTA.. MUDAH DATANG, MUDAH PERGI
CINTA.. MUDAH DATANG, MUDAH PERGI
Ternyata kampus tetangga nga seindah yang gue
bayangkan, walaupun terlihat lebih besar dan lebih megah tapi gue lebih cinta
kampus gue, karena lebih rindang dan banyak cewek-cewek sexy tentunya, sewajarnya kampus gue itu swasta dan kampus
mereka itu negeri, jelas lebih banyak anak M-alay
yang berkuliah universitas negerinya karena mendapat subsidi dari pemerintah Malaysia kalau
kampus swasta pasti jauh lebih mahal, so membuat kampus gue lebih banyak pendatang
yang berkuliah disini dan menjadi tempat berkumpulnya para wanita kece yang nga
mau bertemen sama laki-laki norak kaya gue, titik.
Suatu malam gue menginap di asrama kampus UIA, dan
gue merasa kayak preman tersesat di
pengajian,
karena suasana kampus ini islami banget dan gue dengan
tampang kriminal, tangan bertatto, dan baju yang belum ganti selama
seminggu berada di dalam kampus yang asramanya lebih mirip asrama haji menurut
gue, dilarang berisik, dilarang ngerokok, dilarang bawa cewek, ada jam
malamnya, tapi boleh bawa homo, aneh!.
Gue jadi agak sulit bergerak disini,
salah-salah gue bisa diarak keliling asrama dan dibakar masa kayak film
babi ngepet, jadi gue selalu memasang muka senyum kepada setiap orang yang
lewat walaupun gue ngerti banget kalau senyum gue bisa membuat sial orang
yang melihatnya dan mungkin berakhir dengan kesurupan, gue mencoba berprilaku
sopan di sekitar lingkukan asrama dengan tidak melakukan tindakan-tindakan
mencurigakan seperti melakukan tarian gangnam
style di tempat-tempat terbuka.
Sampai pada suatu malam kita rencananya mau
hangout ke daerah yang asik gitu di Petaling
Jaya, mau cari tempat
makan yang berada di daerah bukit-bukit dan bisa melihat kelap-kelip
lampu malam di Malaysia dari
ketinggian dan bisa merasakan sejuknya hawa perbukitan ditemani bintang-bintang
yang berkilau terang pada malam itu, sebagai tour guide kita mempercayakan lagi
kepada Fajar yang menurut gue dengan tingkat kesotoyannya bisa membawa kita
kepada jurang kesesatan dan karena kepercayaan gue terlalu murah harganya mumpung lagi
cuci gudang juga akhirnya gue tetep mempercayakan Fajar
sebagai sang messaiah yang mengarahkan kita ke daerah tujuan kita tersebut,
dengan bermodalkan internet yg low loading, peta bajak laut dan otak yang
kosong, Fajar
memulai perjalanan gaib kita.
Sambil menunggu
mobil pinjaman kita datang, sebelum berangkat rencananya kita bakal
menjemput temen-temen cewek kita di asrama putri UIA, tapi kegiatan ini adalah
kegiatan ilegal karena menyalahi peraturan asrama yang melarang kaum Adam
memasuki asrama kaum Hawa di universitas tersebut, tapi bermodalkan
mental bajak laut dan nyali homo
tulen akhirnya kita
memberanikan diri menuju asrama putri dengan mengunakan mobil pinjaman kita,
yang rencananya akan menjemput adalah gue, Fajar,
sama Daniel,
ya minimal kalau ketauan security, gue sama Fajar cuma diusir keluar dari kampus dengan sedikit
luka bacok di kepala dan Daniel mungkin bakal diskors atau mungkin
dikeluarkan dari kampus, tapi Daniel yang bakal nunjukin kita ke jalan yang
aman ke arah asrama putri tersebut, memang kompleks universitas ini besar
sekali, karena selain kampusnya yang banyak, disana ada juga
asrama, tempat
makan dan fasilitas-fasilitas
yang disediakan oleh kampus seperti lapangan bola, bulutangkis, kolam renang
dan kolam susu.
Fajar Menyetir, ‘Jar, pelan-pelan nanti kita
ketauan sama security’ saut gue takut-takut, ‘Tenang gue udah sering jemput
cewek gue disini’ Fajar mulai sotoy, ‘Kiri.. Kiri..’ kata Daniel
ngasih petunjuk,
tiba-tiba terlihat security cewek sedang berjaga-jaga, seketika itu pula kita
menunduk bersama terlihat seperti three idiots yang sedang mengumpat dari serangan musuh, ‘dag dig
dug.. dag dig dug..’ Jantung gue kayak mau lepas dari dada gue ke dadanya Brad Pitt
selama beberapa detik, dan akhirnya kita bisa lewat juga tanpa terdeteksi oleh
si security aneh tersebut.
Gue nga
habis pikir kenapa kita bisa lewat?, apa mungkin si security 1). mengalami
rabun ayam atau kebutaan pada malam hari, 2). Si security pernah muda kaya lagunya bang haji
Rhoma jadi membiarkan kita lewat, atau 3). mungkin si security ketakutan ngeliat mobil
gaib yang jalan tapi nga ada isinya, jadi dibiarin lewat daripada kesurupan
mending pura-pura nga liat, apapun yang terjadi pada security itu yang penting
kita bisa lewat dengan selamat, so
perjalanan kita masih aman sejauh ini, semoga
sang security baik itu cepat masuk surga.
Sesampainya di asrama putri, kita menjemput
tiga orang cewek dan gue merasa kayak lagi menjemput
Charlies Angels habis selesai tugas dari markas musuh, salah satunya adalah
ceweknya Daniel yang
orang Thailand namanya Sofia, kalau nama aslinya Orrawee Pongtanee, dan gue
baru pertama kali ngeliat penampakan orang Thailand di depan mata gue yang
ternyata wajahnya nga jauh beda sama orang kita tapi lebih sedikit China mungkin
ada labelnya made in China, tapi yang gue takutin kalau ternyata
doi bagian dari ladyboy Thailand,
tapi sejauh ini gue lihat doi aman-aman saja, dan tidak ada gerakan yang lebih
mencurigakan daripada gerakan downy
gue yang naik turun selama perjalanan karena gue baru kenalan sama orang Thailand, yang sebelumnya cuma pernah gue lihat di 3gp.
Perjalananpun dimulai, kita bawa dua mobil, Citra
ada di mobil depan, dan gue bareng Charlies Angels bersama satu orang sotoyers
yang kali ini terpaksa harus gue kasih kepercayaan lagi untuk menjalani misi
berbahaya ini, di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba mobil
ajut-ajutan, ‘Jar, kenapa nih?’ gue khawatir pasang muka heran,
‘Santai ped’ jawab doi sotoy, ‘oke..’, beberapa menit berselang tiba-tibas ‘psssssst’ mobil berhenti, keadaan
genting, Fajar membabi buta, gue biasa
aja, Charlies Angles juga biasa aja, mobil depan ninggalin kita, suasana mendadak
hening.
Ternyata mobil kita kehabisan bensin, 'Wah.. gue
juga lupa ngecek bensin tadi' saut Fajar(yang susah diharapkan), gue emang udah was-was dari awal kalau
supir kita ini emang jebolan supir metromini jadi kita harus siap di segala
kondisi dan situasi, akhirnya gue sama Fajar terpaksa harus dorong mobil sampai pom
bensin terdekat, para Charlies Anglespun hanya bisa menonton kita disiksa mobil
buatan negara tetangga tersebut, mobil depan susah
untuk muter balik karena kita berada di jalan toll, akhirnya mobil yang depan menunggu kita di
pom bensin terdekat sambil mengerahkan bantuan beberapa orang untuk datang membantu
mendorong
mobil karbitan buatan negara tetangga ini.
Nafas guepun perlahan-lahan mulai habis,
kalau gini terus gue bisa mati di jalan secara mengenaskan bersama si sotoyers
sebelum sampai di pom bensin, mana nga ada minum lagi di dalem
mobil,
menambah penderitaan gue sebagai pasukan pendorong mobil profesional semakin menjadi-jadi, keringet mulai bercucuran, Fajar buka baju, gue mau buka celana tapi
takut Fajar
kepingin jadi gue urungkan, Fajar terlihat seperti binarangka yang kekurangan vitamin, mungkin ini bagian dari tour aksi the master Fajar di Malaysia, tak lama
kemudian akhirnya gue melihat secercah harapan, teman-teman cowok dari mobil
depan pun datang membantu, akhirnya nyawa gue berhasil terselamatkan dengan
indah.
Pom bensinpun sudah terlihat dekat, cahaya terang
menyinari langkahku menuju kemenangan, ternyata dorong mobil
bareng-bareng itu nga berat-berat amat, tapi minimal capenya nga lebih cape
daripada nahan rasa galau seharian penuh di kamar
sambil nonton sinetron yang serinya nga abis-abis, setelah kita sampai pom
bensin akhirnya kita bersantai-santai sejenak, ‘Huff.. capek
juga ya’ Abi angkat bicara, ‘Mayan..’ Daniel membalas sambil membasuh keringatnya,
‘Ah biasa aja, gue rajin basket sih’ Fajar mulai sotoy padahal gue liat kakinya
nyaris kram.
Gue lihat malam itu cewek-cewek terlihat
sangat cantik, apalagi Citra yang lagi gue gebet, dia pake baju sama
rok hitam gitu, terlihat anggun, seperti belalang jantan yang rela mati setelah
mengawini betinanya, gue rela mati di cium Citra selama satu jam(ngarep) kalau Citra nerima cinta gue saat itu, tapi
masalahnya gue masih terlalu dini untuk mengungkapkan rasa cinta gue ke Citra, Citra
memang wanita yang terlalu wahh buat
gue tapi cinta memang buta, dan tidak ada rasa yang lebih indah daripada
jatuh cinta, rencananya gue bakal mengeluarkan jurus mak comblang kecepirit
naik haji, yaitu gue minta bantuan sama ceweknya Fajar, tapi nga sekarang juga, soalnya gue
masih agak malu menceritakan rasa cinta gue ke orang lain.
Gue
biasanya memulai dengan solo karir sebagai jomblo yang memiliki cita-cita
muila, gue harus rela berjuang dari bawah sendiri, demi cinta dan keadilannya
sailormoon, menerjang badai, menembus ombak dan menahan nafas
selama sepuluh
menit, gue mulai dari candaan-candaan kecil sama Citra, seperti laba-laba yang menebarkan
jaringnya berharap mangsanya terjaring, gue mencoba menebarkan jaring gue lewat
bercandaan gue, sejauh ini sih cara gue selalu
gagal.
Setelah beristirahat sejenak di pom bensin
dan mengisi bahan bakar seperlunya untuk sang mobil yang telah menyiksa gue
dengan tidak berprikemobilan, akhirnya kita melanjutkan perjalanan gaib
ini, setelah keluar dari pintu toll, gue mulai merasakan keanehan, gue melihat
kearah luar jendela mobil, dan semua terlihat gelap, jalan pun terlihat
semakin sempit, pohon-pohon besar tumbuh dipinggir-pinggir jalan seperti bulu
hidung yang keluar dari lubangnya secara liar, dan gue merasa kita berada
di tengah-tengah hutan dengan para makhluk yang kurang bisa gue andalkan, bila
tiba-tiba keluar babi hutan yang menyeruduk mobil gue dengan sangat tidak
berprikebabian, mungkin mereka akan menyiksa kita bersama komplotannya secara bertubi-tubi.
‘Jar, dimana nih kita?’ tanya gue, ‘Hmm..
Sebentar-sebentar gue lagi baca peta’ Fajar dengan kesotoyannya mencoba membaca
peta dan membiarkan kita mati sebentar lagi di dalam hutan, tiba-tiba AUUGHHRR!! Suara dari semak-semak
belukar, Fajarpun langsung tancap gass, gue shock
setengah cepirit, gue sempet lihat ke belakang, cuma ada beberapa pohon yang bergoyang-goyang,
‘Where is the other car’ Sofia nanya, ‘Gone..’ saut gue, ‘Iye tadi kita
kehilangan jejak gitu, tapi nga apa-apa gue masih ada peta’ jawab Fajar yang
masih teguh dengan pendiriannya sebagai ketua perkumpulan sotoy
Indonesia.
Tiba-tiba gue melihat sebuah palang putih
yang bertuliskan “DO NOT PASS” mati gue!, hidup
gue bakal berakhir disini, ini lebih terlihat seperti penangkaran dinosaurus
daripada jalan mau ke restoran di atas bukit, dan untuk menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, gue mengingatkan sama yang lain buat mengunci
pintu, dan cari benda-benda yang bisa membantu melumpuhkan orang-orang yang
mungkin menganggu, minimal bisa melumpuhkan otaknya Fajar, gue
pikir sekarang cewek-cewek belakang ngeliat gue sangat
cool karena pesona gue
yang care sama mereka, padahal gue
udah nyaris ngompol di celana, dan gue cuma berharap sama pengharum mobil yang
gue pegang, minimal bisa buat nyemprot mata dan bau ketek mereka.
Fajarpun memutarkan mobilnya dan mencoba
mencari jalan lain, kitapun membantu membacakan peta ke jalan yang benar dan doa-doa menjelang akhir hayat, akhirnya setelah beberapa jam bertaruh sama
nyawa di dalam jalanan berhutan yang lebih mirip sama safari malam gratisan ini,
kita menemukan secercah harapan kembali, kembali terlihat lampu kelip-kelip
dari kejauhan dan jalan menanjak, mobil-mobil parkir,
memanjakan mata gue sambil berkata 'ini dia yang kita cari-cari' sambil memasang muka najong, gue menakuti temen-temen gue di dalem mobil yang udah
ilfill melihat kenorakan gue.
‘Sampai Juga..’ Fajar nyeletuk sambil
memarkirkan mobilnya, ‘Finally we are here’ Bales Sofia,
‘Yes.. Finnaly’ Tambah gue bahagia, cewek-cewek yang lainpun juga menambahkan
dengan kalimat-kalimat kebahagiaan mereka karena akhirnya kita sampai juga ke
restoran tujuan kita, 'greeekkk'
gue mengawali membuka pintu mobil dan bbbrr~ ternyata udara di luar
dingin sekali, gue mencoba menghangatkan tubuh gue dengan menggunakan jaket
murah gue, yang sebenernya fungsi utamanya adalah lebih buat gaya
gayaan para kaum alay pas ngambil foto selfie
mereka dengan kaca mata
hitamnya, yg
mungkin nga akan pernah terlihat matching sama mukanya yg lebih cocok foto
sambil dagang jengkol, so gue bakal kedinginan dan mati membeku di atas
nanti, tapi cinta gue ke Citra yang menggelora
nanti, bakal menghangatkan suhu tubuh nanti, dreaming is much better than have no dream.
Gue melihat
penampakan mobil
depan tadi yang sudah terparkir terlebih dahulu,
itu berarti mereka sudah sampai duluan dan mencarikan tempat duduk yang asik
buat dinner kita kali ini, di restoran atas bukit Malaysia yang-gue-nga-tau-namanya,
sebelum masuk ke restoran ternyata kita harus naik tangga yang terjal terlebih dahulu untuk menuju pintu restoran, ini mungkin bakal menyiksa betis gue dan
meningkatkan nafsu makan gue seperti kuda lumping
makan beling, tapi
gue harus menjaga image karena ini dinner pertama gue bareng si Citra, minimal
gue nga bau ketek pas sampai di atas nanti karena keringet berlebih yang
mungkin bakal menghantui gue setelah mendaki tangga yang nista ini.
Tiga ribu tujuh ratus empat puluh lima.. tiga
ribu tujuh ratus empat puluh enam.. BRAAAKKKK injekan kaki gue di anak tangga terakhir dengan penuh semangat yang menggelora hampir mengagetkan para pengunjung yang
terlihat sedang menikmati makan malamnya yang di kelilingi oleh indahnya kelap kelip lampu
dari atas perbukitan, sekarang giliran paru-paru gue yang mau copot, nafas gue
udah mirip nafas naga, jambul gue udah setengah layu, gue cium ketek gue untung
nga bau, tapi gue mencium bau yang tidak diundang dari daerah sekitar gue, gue
mencium seluruh badan gue ternyata tidak terdeteksi bau mematikan
itu berasal, dan gue baru menyadari kalau ternyata itu bau kaki gue yang
terkena serangan keringet berlebih, dan ini akan sangat berpengaruh terhadap
penurunan selera makan bagi orang yang menciumnya, gue berencana ngesot
sekarang.
Teman-teman gue yang di mobil depan sudah
menunggu kita di meja makan, mereka terlihat sedang mengobrol-nobrol santai,
‘Oi.. darimana
aja lu pada?’ sapa Abi, ‘Nyasar ke sarang Genderuwo’ kata gue, hening seketika.
lelucuon gagal, gue nutup muka dan loncat ke Jurang dengan indah, dengan
sigap gue langsung cepat-cepat memilih tempat yang mungkin terkoneksi langsung
dengan Citra, tengok kiri.. tengok kanan... happ
gue melompat ketempat tujuan, pas di depan Citra, gue duduk dan berharap cinta gue bakal
diterima disini, kalau ditolak minimal gue bisa langsung lompat keluar bukit,
Citrapun tersenyum dengan manisnya, gue bales dengan senyuman najis gue.
‘Romantis ya tempatnya’ kata Citra sambil
memperlihatkan senyum indahnya
‘Iya romantis banget’ bales gue kalem
‘Seandainya nanti kalau gue punya cowok mau
gue ajak dinner berdua disini pasti asik banget’
‘Iya gue jug.......’
'OOII PEDD MAKAN APA??' Abi
nyela pembicaraan kita, rencananya gue pingin jadi kanibal, gue makan
nih si Abi detik ini juga trus gue teriak GO
TO HELL YOU BASTARD!! AUUUU...
Terpaksa
gue lihat daftar menu dulu sebelum melanjutkan pembicaraan masa depan gue sama Citra(ngarep), emang paling ngenes kalau pas
lagi keadaan genting ada aja penganggu tak diundang, rasanya pengen gue kebiri
asal-asalan, guepun memesan makanan yang namanya sendiri
susah gue sebutin, gue liat gambar yang menurut gue keliatannya enak ya gue
pesen aja.
Pernah
gue suatu hari lagi di Singapore makan di restoran yang
recomended menurut nyokap gue, makanan ala Prancis gitu, dan seperti biasa
namanya emang susah disebutin, yang pasti ayam dibumbuin pake bumbu hijau
semacam ayam yang mati secara pasrah dan dibumbui oleh serangan jamur beracun,
nga kehabisan ide, adek sama kakak gue juga memesan makanan
yang sama soalnya gambarnya paling besar di tuh menu, setelah beberapa saat
menunggu makananpun dateng, alhasil suapan pertama mengakibatkan lidah gue
sempet kocar-kacir plus komat-kamit menolak tuh makanan untuk
masuk lagi ke mulut gue, karena ternyata rasanya lebih dahsyat
daripada masakan Padang yang udah seminggu basi, gue tengok
adek sama abang gue ternyata mereka merasakan hal yang serupa, mungkin ini karena
lidah made in Indonesia kita yang masih belum diupgrade
dari makanan warteg yang biasa kita makan di pinggiran
jalan dengan style Indonesian, kaki naik ke atas kursi, ada harga ada
kualitas, mungkin ini jauh dari pribahasa itu, bokap gue sampai
harus ngeluarin sampai lima juta rupiah buat bayar itu bill makanan kita
berlima yang dengan sukses tidak ada yang kita habiskan satu piringpun, makanan
ala Prancis
yang kata nyokap gue recomended mungkin
bagi orang Prancis.
Gue berharap makanan kali ini nga bakal
seperti pengalaman gue itu, so pasti di depan Citra makanan harus gue habisin,
biar gue dilihat seperti laki-laki yang bertanggung jawab
walaupun gue harus pulang dengan serangan cacing mematikan yang di produksi
oleh makanan tersebut.
‘Pede gimana kuliah lu lancar? Citra memulai
pembicaraan kembali
‘Alhamdulillah.. masih aman-aman aja sejauh
ini’ bales gue, yang gue tau sejauh ini lebih banyak mata kuliah yang ngulang daripada yang pass dengan nilai pas-pasan, gaya bahasa sok
beragama dan cowo kuliahan yang berbakti pada nusa dan bangsa gue jawab dengan
percaya diri kalau kuliah gue bakal beres tepat waktu, padahal sebentar lagi
gue bakal
kena drop out, gue mencoba
mengembalikan topik pembicaraan kita seperti awal lagi karena menurut gue
suasana kaya gini paling cocok ngobrol masalah-masalah yang romantis
dan
sedikit di dramatisir seperti kisah percintaan romeo yang mungkin koprol setelah dicium
juliet, daripada membahas kuliah gue yang lebih menjijikan
daripada film porno homo.
‘Dingin ya disini, banyak lampu kelap-kelip, indah
banget’ gue mencoba memancing
‘Ya Dingin lah, orang kita di bukit,
kalau malem emang gini asik banget cahayanya, kalau siang yang nga gini,
kayanya kurang bagus deh’ Citra menanggapi
‘Kamu liat deh bulan itu, indah banget ya’
gue memancing dengan umpan yang lain
‘Lumayan tapi aku lebih suka bulan sabit
soalnya keren aja, nga tau kalau bulan purnama cuma bulet gitu aja hehe..’ saut
Citra yang mungkin doyan nonton Sailormoon
‘Hmm.. kira-kira kalau berduaan sama cowok
apa ceweknya enak kali ya disini’ gue langsung menjurus ke poinnya!
‘Iya.. tapi sayang gue belum punya cowok, jadi
nga bisa ngajak siapa-siapa hehe..’ Citra mulai kepancing lagi
‘Oh iya sih.. kalau git...’
OI PED MAKANAN LU DATENG NIH!! si Abi teriak dan memotong pembicaraan lagi,
golok udah di tangan, menurut gue ini waktu yang tepat buat
memutilasi Abi menjadi beberapa bagian.
Pembicaraan tidak dilanjutkan, rencana gue
kali ini berhasil digagalkan dengan sempurna oleh Abi, kita memulai makan-makan
kita, ternyata makanan yang disajikan sungguh enak, masih sesuai dengan lidah orang-orang
Indonesia yang terkenal suka pedas dengan hawa perbukitan yang dingin membuat nafsu
makan guepun semakin menggila.
Acara dinner bareng temen-temen guepun
selesai setelah kita kurang lebih berada disana selama satu setengah jam dengan
kegagalan PDKT gue sama si Citra, malam yang kurang beruntung buat gue dan
mungkin malam yang paling beruntung buat Citra, kita menuju mobil kita masing-masing, masih
seperti awal kita harus menuruni anak tangga seperti di kuil suci dewi Kwan Im,
bercandaan-bercandaan kecil selama menuruni anak tangga yang
gue lihat Abi tepat berada di depan gue dan gue berencana mendorongnya,
tapi gue batalkan mengingat masih ada hari esok untuk melakukan PDKT sama Citra, this is not my lucky day.
Perjalanan pulang ke asrama UIApun mungkin
akan kita tempuh lebih kurang setengah jam, di tengah-tengah perjalanan,
Fajar mempunyai ide yang sangat cemerlang buat kita-kita nongkrong dulu di
daerah Bukit Bintang, Thats a good idea! menurut gue, karena nanti gue bisa melakukan
serangan bertubi-tubi kepada si Citra, anak-anakpun menyetujui ide Fajar yang
kali ini resmi jabatan sebagai manusia tersotoy seplanet Mars gue hapuskan.
Sesampainya di Bukit Bintang kita langsung
memarkirkan mobil kita di pinggir jalan, kitapun keluar dari mobil dan belanja
makanan-makanan ringan dari mini market yang buka 24jam, gue melihat ada permen
bulet besar warna pelangi, gue berniat membeli tapi gue nga berniat makan tuh
permen, karena lucu aja jadi gue pengen banget beli tuh permen, trus gue beli
sebotol mix-max yang mungkin bisa menghangatkan tubuh gue yang
kedinginan.
Setelah berbelanja, kita nongrong-nongkrong
di dekat mobil, gue mulai menyalakan rokok gue yang mungkin bisa menemani gue
di kesunyian malam ini, gue lihat ke arah dalam mobil, ada Sofia
dan Fitri
sedang duduk berduaan di dalam, guepun mendekati
mereka, mengingat gue baru aja beli permen lucu yang nga jelas mau gue apain
nih permen dan mungkin akan berakhir di tong sampah, jadi gue kasih aja tuh permen
ke si Sofia,
karena gue lihat permen itu sama lucu sama
mukanya doi, beda
sama muka gue yang lebih mirip kecoak bunting yang
gagal hamil.
‘Thank you so much” saut Sofia sambil memberikan
senyum lucunya, dan nga tau kenapa gue sekarang mulai terjebak cinta sama si Sofia gara-gara senyuman
mautnya, tapi mengingat sofia masih berpacaran sama Daniel jadi gue harus rela
menepi untuk saat ini, tapi inilah cinta terkadang susah diterima oleh akal
sehat, apapun yang menghalangi gue di depan, selama itu membuat gue bahagia maka akan ku raih oh cinta, cinta.. terkadang datang dan pergi
begitu cepat..(woi-woi sadar mas!).
- Kita pasti Gagal!
jadi janganlah takut Gagal dalam meraih sebuah Kesuksesan -
- Kita pasti Gagal!
jadi janganlah takut Gagal dalam meraih sebuah Kesuksesan -
No comments:
Post a Comment