Tuesday, March 4, 2014

Cintaku Tertinggal di Malaysia

Lanjutan Kedelapan, Dari Cerita "Upin Ipin Terjebak Pergaulan"

CINTA.. MUDAH DATANG, MUDAH PERGI

Ternyata kampus tetangga nga seindah yang gue bayangkan, walaupun terlihat lebih besar dan lebih megah tapi gue lebih cinta kampus gue, karena lebih rindang dan banyak cewek-cewek sexy tentunya, sewajarnya kampus gue itu swasta dan kampus mereka itu negeri, jelas lebih banyak anak M-alay yang berkuliah universitas negerinya karena mendapat subsidi dari pemerintah Malaysia kalau kampus swasta pasti jauh lebih mahal, so membuat kampus gue lebih banyak pendatang yang berkuliah disini dan menjadi tempat berkumpulnya para wanita kece yang nga mau bertemen sama laki-laki norak kaya gue, titik.

Suatu malam gue menginap di asrama kampus UIA, dan gue merasa kayak preman tersesat di pengajian, karena suasana kampus ini islami banget dan gue dengan tampang kriminal, tangan bertatto, dan baju yang belum ganti selama seminggu berada di dalam kampus yang asramanya lebih mirip asrama haji menurut gue, dilarang berisik, dilarang ngerokok, dilarang bawa cewek, ada jam malamnya, tapi boleh bawa homo, aneh!.

Gue jadi agak sulit bergerak disini, salah-salah gue bisa diarak keliling asrama dan dibakar masa kayak film babi ngepet, jadi gue selalu memasang muka senyum kepada setiap orang yang lewat walaupun gue ngerti banget kalau senyum gue bisa membuat sial orang yang melihatnya dan mungkin berakhir dengan kesurupan, gue mencoba berprilaku sopan di sekitar lingkukan asrama dengan tidak melakukan tindakan-tindakan mencurigakan seperti melakukan tarian gangnam style di tempat-tempat terbuka.

Sampai pada suatu malam kita rencananya mau hangout ke daerah yang asik gitu di Petaling Jaya, mau cari tempat makan yang berada di daerah bukit-bukit dan bisa melihat kelap-kelip lampu malam di Malaysia dari ketinggian dan bisa merasakan sejuknya hawa perbukitan ditemani bintang-bintang yang berkilau terang pada malam itu, sebagai tour guide kita mempercayakan lagi kepada Fajar yang menurut gue dengan tingkat kesotoyannya bisa membawa kita kepada jurang kesesatan dan karena kepercayaan gue terlalu murah harganya mumpung lagi cuci gudang juga akhirnya gue tetep mempercayakan Fajar sebagai sang messaiah yang mengarahkan kita ke daerah tujuan kita tersebut, dengan bermodalkan internet yg low loading, peta bajak laut dan otak yang kosong, Fajar memulai perjalanan gaib kita.

Sambil menunggu mobil pinjaman kita datang, sebelum berangkat rencananya kita bakal menjemput temen-temen cewek kita di asrama putri UIA, tapi kegiatan ini adalah kegiatan ilegal karena menyalahi peraturan asrama yang melarang kaum Adam memasuki asrama kaum Hawa di universitas tersebut, tapi bermodalkan mental bajak laut dan nyali homo tulen akhirnya kita memberanikan diri menuju asrama putri dengan mengunakan mobil pinjaman kita, yang rencananya akan menjemput adalah gue, Fajar, sama Daniel, ya minimal kalau ketauan security, gue sama Fajar cuma diusir keluar dari kampus dengan sedikit luka bacok di kepala dan Daniel mungkin bakal diskors atau mungkin dikeluarkan dari kampus, tapi Daniel yang bakal nunjukin kita ke jalan yang aman ke arah asrama putri tersebut, memang kompleks universitas ini besar sekali, karena selain kampusnya yang banyak, disana ada juga asrama, tempat makan dan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh kampus seperti lapangan bola, bulutangkis, kolam renang dan kolam susu.

Fajar Menyetir, ‘Jar, pelan-pelan nanti kita ketauan sama security’ saut gue takut-takut, ‘Tenang gue udah sering jemput cewek gue disini’ Fajar mulai sotoy, ‘Kiri.. Kiri..’ kata Daniel ngasih petunjuk, tiba-tiba terlihat security cewek sedang berjaga-jaga, seketika itu pula kita menunduk bersama terlihat seperti three idiots yang sedang mengumpat dari serangan musuh, ‘dag dig dug.. dag dig dug..’ Jantung gue kayak mau lepas dari dada gue ke dadanya Brad Pitt selama beberapa detik, dan akhirnya kita bisa lewat juga tanpa terdeteksi oleh si security aneh tersebut.

Gue nga habis pikir kenapa kita bisa lewat?, apa mungkin si security 1). mengalami rabun ayam atau kebutaan pada malam hari, 2). Si security pernah muda kaya lagunya bang haji Rhoma jadi membiarkan kita lewat, atau 3). mungkin si security ketakutan ngeliat mobil gaib yang jalan tapi nga ada isinya, jadi dibiarin lewat daripada kesurupan mending pura-pura nga liat, apapun yang terjadi pada security itu yang penting kita bisa lewat dengan selamat, so perjalanan kita masih aman sejauh ini, semoga sang security baik itu cepat masuk surga.

Sesampainya di asrama putri, kita menjemput tiga orang cewek dan gue merasa kayak lagi menjemput Charlies Angels habis selesai tugas dari markas musuh, salah satunya adalah ceweknya Daniel yang orang Thailand namanya Sofia, kalau nama aslinya Orrawee Pongtanee, dan gue baru pertama kali ngeliat penampakan orang Thailand di depan mata gue yang ternyata wajahnya nga jauh beda sama orang kita tapi lebih sedikit China mungkin ada labelnya made in China, tapi yang gue takutin kalau ternyata doi bagian dari ladyboy Thailand, tapi sejauh ini gue lihat doi aman-aman saja, dan tidak ada gerakan yang lebih mencurigakan daripada gerakan downy gue yang naik turun selama perjalanan karena gue baru kenalan sama orang Thailand, yang sebelumnya cuma pernah gue lihat di 3gp.

Perjalananpun dimulai, kita bawa dua mobil, Citra ada di mobil depan, dan gue bareng Charlies Angels bersama satu orang sotoyers yang kali ini terpaksa harus gue kasih kepercayaan lagi untuk menjalani misi berbahaya ini, di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba mobil ajut-ajutan, ‘Jar, kenapa nih?’ gue khawatir pasang muka heran, ‘Santai ped’ jawab doi sotoy, ‘oke.., beberapa menit berselang tiba-tibas ‘psssssst’ mobil berhenti, keadaan genting, Fajar membabi buta, gue biasa aja, Charlies Angles juga biasa aja, mobil depan ninggalin kita, suasana mendadak hening.

Ternyata mobil kita kehabisan bensin, 'Wah.. gue juga lupa ngecek bensin tadi' saut Fajar(yang susah diharapkan), gue emang udah was-was dari awal kalau supir kita ini emang jebolan supir metromini jadi kita harus siap di segala kondisi dan situasi, akhirnya gue sama Fajar terpaksa harus dorong mobil sampai pom bensin terdekat, para Charlies Anglespun hanya bisa menonton kita disiksa mobil buatan negara tetangga tersebut, mobil depan susah untuk muter balik karena kita berada di jalan toll, akhirnya mobil yang depan menunggu kita di pom bensin terdekat sambil mengerahkan bantuan beberapa orang untuk datang membantu mendorong mobil karbitan buatan negara tetangga ini.

Nafas guepun perlahan-lahan mulai habis, kalau gini terus gue bisa mati di jalan secara mengenaskan bersama si sotoyers sebelum sampai di pom bensin, mana nga ada minum lagi di dalem mobil, menambah penderitaan gue sebagai pasukan pendorong mobil profesional semakin menjadi-jadi, keringet mulai bercucuran, Fajar buka baju, gue mau buka celana tapi takut Fajar kepingin jadi gue urungkan, Fajar terlihat seperti binarangka yang kekurangan vitamin, mungkin ini bagian dari tour aksi the master Fajar di Malaysia, tak lama kemudian akhirnya gue melihat secercah harapan, teman-teman cowok dari mobil depan pun datang membantu, akhirnya nyawa gue berhasil terselamatkan dengan indah.

Pom bensinpun sudah terlihat dekat, cahaya terang menyinari langkahku menuju kemenangan, ternyata dorong mobil bareng-bareng itu nga berat-berat amat, tapi minimal capenya nga lebih cape daripada nahan rasa galau seharian penuh di kamar sambil nonton sinetron yang serinya nga abis-abis, setelah kita sampai pom bensin akhirnya kita bersantai-santai sejenak, ‘Huff.. capek juga ya’ Abi angkat bicara, ‘Mayan..’ Daniel membalas sambil membasuh keringatnya, ‘Ah biasa aja, gue rajin basket sih’ Fajar mulai sotoy padahal gue liat kakinya nyaris kram.

Gue lihat malam itu cewek-cewek terlihat sangat cantik, apalagi Citra yang lagi gue gebet, dia pake baju sama rok hitam gitu, terlihat anggun, seperti belalang jantan yang rela mati setelah mengawini betinanya, gue rela mati di cium Citra selama satu jam(ngarep) kalau Citra nerima cinta gue saat itu, tapi masalahnya gue masih terlalu dini untuk mengungkapkan rasa cinta gue ke Citra, Citra memang wanita yang terlalu wahh buat gue tapi cinta memang buta, dan tidak ada rasa yang lebih indah daripada jatuh cinta, rencananya gue bakal mengeluarkan jurus mak comblang kecepirit naik haji, yaitu gue minta bantuan sama ceweknya Fajar, tapi nga sekarang juga, soalnya gue masih agak malu menceritakan rasa cinta gue ke orang lain.

Gue biasanya memulai dengan solo karir sebagai jomblo yang memiliki cita-cita muila, gue harus rela berjuang dari bawah sendiri, demi cinta dan keadilannya sailormoon, menerjang badai, menembus ombak dan menahan nafas selama sepuluh menit, gue mulai dari candaan-candaan kecil sama Citra, seperti laba-laba yang menebarkan jaringnya berharap mangsanya terjaring, gue mencoba menebarkan jaring gue lewat bercandaan gue, sejauh ini sih cara gue selalu gagal.

Setelah beristirahat sejenak di pom bensin dan mengisi bahan bakar seperlunya untuk sang mobil yang telah menyiksa gue dengan tidak berprikemobilan, akhirnya kita melanjutkan perjalanan gaib ini, setelah keluar dari pintu toll, gue mulai merasakan keanehan, gue melihat kearah luar jendela mobil, dan semua terlihat gelap, jalan pun terlihat semakin sempit, pohon-pohon besar tumbuh dipinggir-pinggir jalan seperti bulu hidung yang keluar dari lubangnya secara liar, dan gue merasa kita berada di tengah-tengah hutan dengan para makhluk yang kurang bisa gue andalkan, bila tiba-tiba keluar babi hutan yang menyeruduk mobil gue dengan sangat tidak berprikebabian, mungkin mereka akan menyiksa kita bersama komplotannya secara bertubi-tubi.

‘Jar, dimana nih kita?’ tanya gue, ‘Hmm.. Sebentar-sebentar gue lagi baca peta’ Fajar dengan kesotoyannya mencoba membaca peta dan membiarkan kita mati sebentar lagi di dalam hutan, tiba-tiba AUUGHHRR!! Suara dari semak-semak belukar, Fajarpun langsung tancap gass, gue shock setengah cepirit, gue sempet lihat ke belakang, cuma ada beberapa pohon yang bergoyang-goyang, ‘Where is the other car’ Sofia nanya, ‘Gone..’ saut gue, ‘Iye tadi kita kehilangan jejak gitu, tapi nga apa-apa gue masih ada peta’ jawab Fajar yang masih teguh dengan pendiriannya sebagai ketua perkumpulan sotoy Indonesia.

Tiba-tiba gue melihat sebuah palang putih yang bertuliskan “DO NOT PASS” mati gue!, hidup gue bakal berakhir disini, ini lebih terlihat seperti penangkaran dinosaurus daripada jalan mau ke restoran di atas bukit, dan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, gue mengingatkan sama yang lain buat mengunci pintu, dan cari benda-benda yang bisa membantu melumpuhkan orang-orang yang mungkin menganggu, minimal bisa melumpuhkan otaknya Fajar, gue pikir sekarang cewek-cewek belakang ngeliat gue sangat cool karena pesona gue yang care sama mereka, padahal gue udah nyaris ngompol di celana, dan gue cuma berharap sama pengharum mobil yang gue pegang, minimal bisa buat nyemprot mata dan bau ketek mereka.

Fajarpun memutarkan mobilnya dan mencoba mencari jalan lain, kitapun membantu membacakan peta ke jalan yang benar dan doa-doa menjelang akhir hayat, akhirnya setelah beberapa jam bertaruh sama nyawa di dalam jalanan berhutan yang lebih mirip sama safari malam gratisan ini, kita menemukan secercah harapan kembali, kembali terlihat lampu kelip-kelip dari kejauhan dan jalan menanjak, mobil-mobil parkir, memanjakan mata gue sambil berkata 'ini dia yang kita cari-cari' sambil memasang muka najong, gue menakuti temen-temen gue di dalem mobil yang udah ilfill melihat kenorakan gue.

‘Sampai Juga..’ Fajar nyeletuk sambil memarkirkan mobilnya, ‘Finally we are here’ Bales Sofia, ‘Yes.. Finnaly’ Tambah gue bahagia, cewek-cewek yang lainpun juga menambahkan dengan kalimat-kalimat kebahagiaan mereka karena akhirnya kita sampai juga ke restoran tujuan kita, 'greeekkk' gue mengawali membuka pintu mobil dan bbbrr~  ternyata udara di luar dingin sekali, gue mencoba menghangatkan tubuh gue dengan menggunakan jaket murah gue, yang sebenernya fungsi utamanya adalah lebih buat gaya gayaan para kaum alay pas ngambil foto selfie mereka dengan kaca mata hitamnya, yg mungkin nga akan pernah terlihat matching sama mukanya yg lebih cocok foto sambil dagang jengkol, so gue bakal kedinginan dan mati membeku di atas nanti, tapi cinta gue ke Citra yang menggelora nanti, bakal menghangatkan suhu tubuh nanti, dreaming is much better than have no dream.

Gue melihat penampakan mobil depan tadi yang sudah terparkir terlebih dahulu, itu berarti mereka sudah sampai duluan dan mencarikan tempat duduk yang asik buat dinner kita kali ini, di restoran atas bukit Malaysia yang-gue-nga-tau-namanya, sebelum masuk ke restoran ternyata kita harus naik tangga yang terjal terlebih dahulu untuk menuju pintu restoran, ini mungkin bakal menyiksa betis gue dan meningkatkan nafsu makan gue seperti kuda lumping makan beling, tapi gue harus menjaga image karena ini dinner pertama gue bareng si Citra, minimal gue nga bau ketek pas sampai di atas nanti karena keringet berlebih yang mungkin bakal menghantui gue setelah mendaki tangga yang nista ini.

Tiga ribu tujuh ratus empat puluh lima.. tiga ribu tujuh ratus empat puluh enam.. BRAAAKKKK injekan kaki gue di anak tangga terakhir dengan penuh semangat yang menggelora hampir mengagetkan para pengunjung yang terlihat sedang menikmati makan malamnya yang di kelilingi oleh indahnya kelap kelip lampu dari atas perbukitan, sekarang giliran paru-paru gue yang mau copot, nafas gue udah mirip nafas naga, jambul gue udah setengah layu, gue cium ketek gue untung nga bau, tapi gue mencium bau yang tidak diundang dari daerah sekitar gue, gue mencium seluruh badan gue ternyata tidak terdeteksi bau mematikan itu berasal, dan gue baru menyadari kalau ternyata itu bau kaki gue yang terkena serangan keringet berlebih, dan ini akan sangat berpengaruh terhadap penurunan selera makan bagi orang yang menciumnya, gue berencana ngesot sekarang.

Teman-teman gue yang di mobil depan sudah menunggu kita di meja makan, mereka terlihat sedang mengobrol-nobrol santai, ‘Oi.. darimana aja lu pada?’ sapa Abi, ‘Nyasar ke sarang Genderuwo’ kata gue, hening seketika. lelucuon gagal, gue nutup muka dan loncat ke Jurang dengan indah, dengan sigap gue langsung cepat-cepat memilih tempat yang mungkin terkoneksi langsung dengan Citra, tengok kiri.. tengok kanan... happ gue melompat ketempat tujuan, pas di depan Citra, gue duduk dan berharap cinta gue bakal diterima disini, kalau ditolak minimal gue bisa langsung lompat keluar bukit, Citrapun tersenyum dengan manisnya, gue bales dengan senyuman najis gue.

‘Romantis ya tempatnya’ kata Citra sambil memperlihatkan senyum indahnya
‘Iya romantis banget’ bales gue kalem
‘Seandainya nanti kalau gue punya cowok mau gue ajak dinner berdua disini pasti asik banget’
‘Iya gue jug.......’
 'OOII PEDD MAKAN APA??' Abi nyela pembicaraan kita, rencananya gue pingin jadi kanibal, gue makan nih si Abi detik ini juga trus gue teriak GO TO HELL YOU BASTARD!! AUUUU...

Terpaksa gue lihat daftar menu dulu sebelum melanjutkan pembicaraan masa depan gue sama Citra(ngarep), emang paling ngenes kalau pas lagi keadaan genting ada aja penganggu tak diundang, rasanya pengen gue kebiri asal-asalan, guepun memesan makanan yang namanya sendiri susah gue sebutin, gue liat gambar yang menurut gue keliatannya enak ya gue pesen aja.

Pernah gue suatu hari lagi di Singapore makan di restoran yang recomended menurut nyokap gue, makanan ala Prancis gitu, dan seperti biasa namanya emang susah disebutin, yang pasti ayam dibumbuin pake bumbu hijau semacam ayam yang mati secara pasrah dan dibumbui oleh serangan jamur beracun, nga kehabisan ide, adek sama kakak gue juga memesan makanan yang sama soalnya gambarnya paling besar di tuh menu, setelah beberapa saat menunggu makananpun dateng, alhasil suapan pertama mengakibatkan lidah gue sempet kocar-kacir plus komat-kamit menolak tuh makanan untuk masuk lagi ke mulut gue, karena ternyata rasanya lebih dahsyat daripada masakan Padang yang udah seminggu basi, gue tengok adek sama abang gue ternyata mereka merasakan hal yang serupa, mungkin ini karena lidah made in Indonesia kita yang masih belum diupgrade dari makanan warteg yang biasa kita makan di pinggiran jalan dengan style Indonesian, kaki naik ke atas kursi, ada harga ada kualitas, mungkin ini jauh dari pribahasa itu, bokap gue sampai harus ngeluarin sampai lima juta rupiah buat bayar itu bill makanan kita berlima yang dengan sukses tidak ada yang kita habiskan satu piringpun, makanan ala Prancis yang kata nyokap gue recomended mungkin bagi orang Prancis.

Gue berharap makanan kali ini nga bakal seperti pengalaman gue itu, so pasti di depan Citra makanan harus gue habisin, biar gue dilihat seperti laki-laki yang bertanggung jawab walaupun gue harus pulang dengan serangan cacing mematikan yang di produksi oleh makanan tersebut.

‘Pede gimana kuliah lu lancar? Citra memulai pembicaraan kembali
‘Alhamdulillah.. masih aman-aman aja sejauh ini’ bales gue, yang gue tau sejauh ini lebih banyak mata kuliah yang ngulang daripada yang pass dengan nilai pas-pasan, gaya bahasa sok beragama dan cowo kuliahan yang berbakti pada nusa dan bangsa gue jawab dengan percaya diri kalau kuliah gue bakal beres tepat waktu, padahal sebentar lagi gue bakal kena drop out, gue mencoba mengembalikan topik pembicaraan kita seperti awal lagi karena menurut gue suasana kaya gini paling cocok ngobrol masalah-masalah yang romantis dan sedikit di dramatisir seperti kisah percintaan romeo yang mungkin koprol setelah dicium juliet, daripada membahas kuliah gue yang lebih menjijikan daripada film porno homo.

‘Dingin ya disini, banyak lampu kelap-kelip, indah banget’ gue mencoba memancing
‘Ya Dingin lah, orang kita di bukit, kalau malem emang gini asik banget cahayanya, kalau siang yang nga gini, kayanya kurang bagus deh’ Citra menanggapi
‘Kamu liat deh bulan itu, indah banget ya’ gue memancing dengan umpan yang lain
‘Lumayan tapi aku lebih suka bulan sabit soalnya keren aja, nga tau kalau bulan purnama cuma bulet gitu aja hehe..’ saut Citra yang mungkin doyan nonton Sailormoon
‘Hmm.. kira-kira kalau berduaan sama cowok apa ceweknya enak kali ya disini’ gue langsung menjurus ke poinnya!
‘Iya.. tapi sayang gue belum punya cowok, jadi nga bisa ngajak siapa-siapa hehe..’ Citra mulai kepancing lagi
‘Oh iya sih.. kalau git...’
OI PED MAKANAN LU DATENG NIH!! si Abi teriak dan memotong pembicaraan lagi, golok udah di tangan, menurut gue ini waktu yang tepat buat memutilasi Abi menjadi beberapa bagian.

Pembicaraan tidak dilanjutkan, rencana gue kali ini berhasil digagalkan dengan sempurna oleh Abi, kita memulai makan-makan kita, ternyata makanan yang disajikan sungguh enak, masih sesuai dengan lidah orang-orang Indonesia yang terkenal suka pedas dengan hawa perbukitan yang dingin membuat nafsu makan guepun semakin menggila.

Acara dinner bareng temen-temen guepun selesai setelah kita kurang lebih berada disana selama satu setengah jam dengan kegagalan PDKT gue sama si Citra, malam yang kurang beruntung buat gue dan mungkin malam yang paling beruntung buat Citra, kita menuju mobil kita masing-masing, masih seperti awal kita harus menuruni anak tangga seperti di kuil suci dewi Kwan Im, bercandaan-bercandaan kecil selama menuruni anak tangga yang gue lihat Abi tepat berada di depan gue dan gue berencana mendorongnya, tapi gue batalkan mengingat masih ada hari esok untuk melakukan PDKT sama Citra, this is not my lucky day.

Perjalanan pulang ke asrama UIApun mungkin akan kita tempuh lebih kurang setengah jam, di tengah-tengah perjalanan, Fajar mempunyai ide yang sangat cemerlang buat kita-kita nongkrong dulu di daerah Bukit Bintang, Thats a good idea! menurut gue, karena nanti gue bisa melakukan serangan bertubi-tubi kepada si Citra, anak-anakpun menyetujui ide Fajar yang kali ini resmi jabatan sebagai manusia tersotoy seplanet Mars gue hapuskan.

Sesampainya di Bukit Bintang kita langsung memarkirkan mobil kita di pinggir jalan, kitapun keluar dari mobil dan belanja makanan-makanan ringan dari mini market yang buka 24jam, gue melihat ada permen bulet besar warna pelangi, gue berniat membeli tapi gue nga berniat makan tuh permen, karena lucu aja jadi gue pengen banget beli tuh permen, trus gue beli sebotol mix-max yang mungkin bisa menghangatkan tubuh gue yang kedinginan.

Setelah berbelanja, kita nongrong-nongkrong di dekat mobil, gue mulai menyalakan rokok gue yang mungkin bisa menemani gue di kesunyian malam ini, gue lihat ke arah dalam mobil, ada Sofia dan Fitri sedang duduk berduaan di dalam, guepun mendekati mereka, mengingat gue baru aja beli permen lucu yang nga jelas mau gue apain nih permen dan mungkin akan berakhir di tong sampah, jadi gue kasih aja tuh permen ke si Sofia, karena gue lihat permen itu sama lucu sama mukanya doi, beda sama muka gue yang lebih mirip kecoak bunting yang gagal hamil.

‘Thank you so muchsaut Sofia sambil memberikan senyum lucunya, dan nga tau kenapa gue sekarang mulai terjebak cinta sama si Sofia gara-gara senyuman mautnya, tapi mengingat sofia masih berpacaran sama Daniel jadi gue harus rela menepi untuk saat ini, tapi inilah cinta terkadang susah diterima oleh akal sehat, apapun yang menghalangi gue di depan, selama itu membuat gue bahagia maka akan ku raih oh cinta, cinta.. terkadang datang dan pergi begitu cepat..(woi-woi sadar mas!).

Kita pasti Gagal! 
       jadi janganlah takut Gagal dalam meraih sebuah Kesuksesan -


No comments:

Post a Comment