KASIH IBU SEPANJANG MASA
Apa yang kamu lakukan jika hari ini hari terakhirmu bersama Ibumu?
Panggil gue Aryo, gue dulu masih
bersekolah SMA kelas 1 di Bandung, waktu itu adalah liburan sekolah yang dimana
gue selalu menyempatkan diri balik ke Bekasi untuk menjenguk ayah dan ibu gue,
karena sekolah gue yang berasrama jadi kesempatan untuk bertemu ayah dan ibu
gue cuma disaat hari-hari libur gue yang mungkin cuma sebentar banget, kalau
untuk hari biasa gue cuma libur hari minggu saja dan itu hanya dikasih batas
waktu keluar asrama dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, seandainya gue telat
balik ke asrama maka untuk minggu depannya gue kena hukuman nga bisa keluar
asrama.
Hari ini gue di Bekasi, seperti
biasa gue selalu tinggal di rumah, bermain bersama adik gue yang waktu itu
masih bersekolah SMP kelas 2 di Jakarta dan abang gue yang udah tinggal di
Bandung bareng nenek gue karena kuliah disana, saat-saat itu gue lewati dengan
suka cita bermain bersama keluarga kecil gue, ibu gue yang sayang banget sama
gue itu selalu memanjakan gue di setiap keadaan gue, ketika gue belum makan,
ketika gue belum mandi dan ketika gue lagi sakit, ibu gue selalu ada di samping
gue, ibu gue sangat peduli banget sama kondisi gue.
Sampai pada akhirnya gue harus balik
lagi ke Bandung karena liburan gue di Jakarta telah habis, gue inget waktu itu
pada saat gue harus pergi meninggalkan ibu gue ke Bandung, gue dan ayah gue sudah
sempat masuk ke mobil terlebih dahulu, mobilpun sudah sempat beranjak keluar
dari garasi, ibu dan adik kecil gue menunggu di depan pintu rumah gue dan ibu
guepun tiba-tiba menangis sedih yang jarang terlihat sebelumnya ketika gue mau
balik ke Bandung, ibu gue meneteskan air matanya, guepun keluar dari mobil dan
mendatangi ibu gue sembari berkata 'Mamah kenapa menangis?', 'Aryo cepat pulang
ya, mamah kangen', 'Iya mah, Aryo pasti balik koq' dan ibu gue mencium kening
gue sebelum akhirnya gue harus berpamitan meninggalkan ibu dan adik kecil gue.
Hari-haripun gue lewati di sekolah
berasrama gue di Bandung, sekolah semi-militer yang memiliki cara pendidikan
seperti tentara itu membuat gue tidak betah buat tinggal disana, gue sempat
berfikir buat pindah sekolah karena mungkin sekolah ini terlalu keras buat gue
yang predikatnya waktu itu masih anak mami, anak rumahan yang kaget akan
didikan keras ala tentara yang menjadi dasar pendidikan di sekolah berasrama
itu, bangun pagi jam 4, sholat subuh bersama, setelah itu kita diwajibkan untuk
olah raga pagi setelah sholat subuh, selesai olah raga pagi, kita hanya dikasih
waktu 10menit buat mandi, setelah mandi kita makan pagi bersama di ruang makan,
setelah makan bersama, kita persiapan apel menuju sekolah yang masih berada
satu daerah dengan asrama, masjid dan ruang makan.
Apa yang kamu lakukan jika hari ini
hari terakhirmu mendengar suara Ibumu?
Setelah malam tiba seperti biasa
kita selalu menyempatkan untuk sholat Maghrib dan sholat Isya berjama'ah,
setelah sholat Maghrib tiba-tiba gue teringat tentang ibu gue, gue yang biasa
berbaur bareng temen-temen gue, sekarang gue menyendiri memikiran ibu gue yang
sedang sakit parah, gue terus memikirkannya sembari mendoakannya semoga ibu gue
lekas sembuh dan gue nga tau kenapa kalau malam itu yang ada dipikiran gue cuma
ibu dan ibu gue saja, gue terus berdoa supaya tuhan selalu ada di samping ibu
gue.
Setelah selesai shalat Isya
berjama'ah kita menuju ruang makan buat makan bareng, dan seperti biasa setelah
selesai makan, kita dikasih waktu bersantai sebentar di depan kantin, ngobrol
bareng temen-temen dan ada juga kedai telepon untuk menelepon sanak saudara di
luar sana karena kita tidak diperbolehkan untuk membawa HP, rencananya malam
itu gue mau menelepon ayah gue perihal gue mau pindah sekolah karena gue nga
betah bersekolah di sekolah berasrama ini, guepun mengantri di kedai telepon
yang hanya ada tiga bilik dan selalu dipenuhi siswa-siswa yang menyempatkan
menelepon keluarganya di kampung.
'Teeeeet.... Teeeeet....
Teeeeeeet.... Hallo....' Akhirnya tersambung ke ayah
gue.
'Hallo
pah, ini Aryo, pah aku mau pindah sekolah aku nga betah sekolah disini'
'Kenapa?
dibetah-betahin aja, jangan pindah-pindah' ayah gue yang orangnya keras
terkadang susah mengerti keadaan gue dan gue yang selalu dekat sama ibu gue,
terkadang gue selalu dimanja yang berlebihan sama ibu gue, tapi gue selalu
bandel sama ibu gue.
'Pah,
aku udah bener-bener nga betah, aku mau pindah' Malam itu gue menangis
'Yaudah,
kamu coba betah-betahin dulu, bapak masih sama mamah kamu di rumah sakit, nanti
kalau ketemu kita obrolin lagi ya, kamu mau ngomong sama mamah nga?'
'Nga
pah.. pokoknya aku mau pindah' dipikiran gue saat itu hanya cuma ingin pindah
sekolah
'Udah
kamu ngomong dulu sama mamah kamu' ayah gue memaksa gue.
'
Aryooooooooo...' ibu gue menyapa gue di sebrang telepon dan gue tidak membalas
apa-apa, gue langsung menutup telepon di kedai telepon tersebut dan langsung
membayar.
Setelah menelpon ibu gue akhirnya
gue balik ke asrama karena jam bersantai setelah makan malam kita sudah
selesai, kegiatan selanjutnya adalah belajar malam, yang dimana para siswa
kelas 1, 2 dan 3 diwajibkan belajar bersama di asrama lantai paling atas,
beberapa guru pembimbing datang untuk membantu para siswa yang mungkin butuh
bantuan dalam pelajaran yang kurang, guepun selalu mengisi waktu belajar malam
gue untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru gue setiap harinya.
Selesai belajar malam kegiatan yang
rutin selanjutnya dilakukan adalah ronda malam yang dimana para siswa dicek
kebersihan kamarnya oleh para senior, hukuman akan diberikan oleh senior
apabila ternyata kamar yang dicek masih kotor atau tidak sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ada, biasanya saat inilah yang kita sebut sebagai
ajang penyiksaan oleh senior terhadap junior, ruangan kita terdiri dari dua
koridor dan setiap koridor terdiri dari empat ruangan, setiap ruangan terdiri
dari delapan kasur tidur atas bawah, jadi total siswa yang tidur dalam satu
ruangan berkisar enam belas orang dan hampir setiap malam para senior menyiksa
kita sampai larut malam, sebagai junior kita hanya bisa menerima hal itu.
Pagi itu gue seperti biasa
bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, bercanda-canda bareng teman sekamar
menjadi hal yang tidak pernah terlupakan oleh gue kala itu, tiba-tiba pada saat
itu wali kelas gue datang menghampiri kamar gue dengan membawa surat izin
berlibur, 'Aryo, kamu hari ini ke Jakarta ya sama bapak, ibu kamu sakit parah,
dia ingin kamu bisa nemenin ibu di Jakarta' pak Salim namanya, dia seorang guru
agama Islam dan juga wali kelas gue yang sangat baik, dia menyampaikan kabar
dari ayah gue yang ingin gue cepat-cepat balik ke Jakarta bersama pak Salim.
Perjalanan ke Jakarta pun dimulai,
waktu itu kita masih menggunakan kereta api sebagai sarana transportasi
tercepat ke Jakarta, mungkin akan menempuh waktu sekitar 2jam dan berhenti di
stasiun Jatinegara, di sepanjang perjalanan, gue masih belum memikirkan hal-hal
yang aneh, yang ada gue seneng banget karena bisa liburan ke Jakarta menemui
keluarga gue disana, ibu gue yang dirawat di rumah sakit pelni petamburan
sering gue temani bareng adik gue kala itu, kitapun rencananya akan menuju
rumah sakit pelni petamburan, 'Pak Salim, kita mau kerumah nenek dulu nga?' gue
mengajak pak Salim ke rumah nenek gue yang rumahnya berada sejalan dengan arah
kita menuju stasiun kereta, 'Oh nga, kita langsung aja ke Jakarta, udah ditunggu
ayah kamu di Jakarta', 'Oh.. oke pak Salim', perjalananpun dilanjutkan dengan
keadaan pak Salim yang sangat terburu-buru sekali dan gue belum menyadari apa
yang sebenarnya terjadi.
Sesampainya di stasiun kereta api,
gue sama pak Salim langsung memesan tiket ke Jakarta yang alhamdulillah masih
tersisa beberapa kursi, sembari menunggu kereta, gue menyempatkan menelpon ayah
gue di Jakarta, 'Hallo pah, ibu gimana kabarnya?', 'Aryo cepat pulang ya nak,
bapak tunggu di rumah ya nak' ayah gue terlihat sambil menangis menelpon gue
dari sebrang sana, 'Iya pah, aku sudah di stasiun kereta bareng pak Salim',
setelah menelpon, gue menyempatkan sarapan sebelum kereta gue berangkat, membeli
beberapa makanan kecil untuk disantap di dalam kereta, pak Salim pun sudah
menunggu di dalam kereta dengan muka yang tidak biasa, seperti sedang
memikirkan sesuatu, gue yang waktu itu masih kecil belum bisa berfikir terlalu
jauh, gue hanya berfikir akan berlibur ke Jakarta dan ingin pindah sekolah.
Keretapun sudah mulai melakukan
perjalanannya, gue duduk bersebelahan dengan pak Salim di dalam kereta, saat
itu kondisi masih seperti biasa, pak Salim masih terlihat serius sekali, tidak
biasanya pak Salim terlihat seperti ini, guepun menyempatkan tidur sejenak di
dalam kereta, sampai akhirnya gue terbangun dan tiba-tiba terfikirkan kembali
tentang ibu gue, gue bertanya-tanya tentang ibu gue, gimana kondisi ibu gue,
kalau ibu gue meninggal bagaimana, apakah ibu gue bisa cepet sembuh dan
pertanyaan-pertanyaan lainnya di otak gue yang terus bertanya sepanjang
perjalanan di kereta api sampai akhirnya gue tertidur kembali di kursi gue, gue
melihat pak Salim masih dengan keseriusannya.
Apa yang kamu lakukan jika hari ini
hari kamu melihat kalau ibumu telah tiada?
Sesampainya di stasiun kereta api
Jatinegara, kita langsung mencari transportasi tercepat yaitu taxi, tidak
seperti biasanya, pak Salim terlihat buru-buru sekali saat itu dan gue hanya
bisa berfikir semua akan baik-baik saja, di seperjalanan pulang tidak ada
tanda-tanda yang terjadi, kita melewati jalan seperti biasanya menuju rumah gue
di Bekasi, ayah gue sudah menunggu disana dan gue belum mengerti apa yang
sebenarnya terjadi.
Kita
masih berada di dalam taxi dan kita sudah hampir sampai ke depan komplek rumah
gue, sesampainya di depan komplek rumah gue, gue melihat bendera kuning yang
bertuliskan nama ibu gue, saat itu pula gue mengeluarkan air mata, gue menangis
seakan tidak bisa meluapkan rasa kesedihan gue yang mendalam, gue menangis
seakan gue belum pernah menangis sebelumnya, gue tidak bisa menanhan diri gue
yang terlalu sedih saat itu, gue nyaris pingsan.
Sesampainya di belokan dekat rumah
gue, bendera kuning makin menghiasi jalan ke arah rumah gue, semakin gue
melihat bendera kuning yang bertuliskan nama ibu gue, semakin gue menangis
sedih, baju gue sudah dipenuhi air mata gue yang tak terbendung lagi saat itu,
taxipun sampai di depan rumah gue, dengan terburu-buru gue langsung membuka
taxi dan melihat kerumunan orang di rumah gue yang kala itu sedang melayat ibu
gue, gue melewati mereka acuh, gue melihat tubuh ibu gue yang sudah dibalut
dengan kain kafan tergetak di depan ruang tamu rumah gue bersama keluarga gue
lainnya, gue menghampiri dengan tangis gue yang masih bercucuran saat itu, gue
mencium kening ibu gue dan hanya bisa merelakan ibu gue harus kembali pelukan
ke tuhan yang maha esa.
Pak Salimpun masuk dan memanjatkan
doa-doa, serta surat Yasin yang diikuti oleh para pelayat yang membacakan surat
Yasin mengikuti pak Salim di rumah gue, gue hanya bisa berdoa sembari menangisi
kepergian ibu gue yang terlalu cepat, gue masih banyak berbuat salah dan belum
meminta maaf ke ibu gue yang selama ini mencintai gue dengan sepenuh hati tanpa
pamrih, gue belum sempat membalas budi ibu gue yang selama ini selalu peduli
sama gue disaat gue susah dan sakit, dan gue belum bisa menjadi anak yang
berbakti kepada kedua orang tua gue tapi ibu gue sudah harus pergi terlalu
cepat, gue terus tangisi karena gue menyesal telah menjadi anak yang tidak
patuh dan selalu nakal terhadap ibu gue, tetapi ibu gue selalu menasehati gue
dengan senyuman.
Adzan Zuhurpun tiba, kita segera
menuju masjid untuk menyolatkan ibu gue yang telah kembali ke pangkuan yang
maha kuasa dan menuju tempat pemakaman yang tidak jauh dari rumah gue, gue
melihat sekitar gue banyak sanak saudara yang datang serta teman-teman gue yang
mencoba menghibur gue yang saat itu sedang bersedih, sesampainya di tempat
kuburnya, gue mengadzankan ibu gue untuk yang terakhir kalinya di dalam liang
lahat, proses pemakamanpun selesai dan gue masih tergeletak lemas berada di
daerah pemakaman ibu gue yang berangsur mulai sepi karena harus balik lebih
awal, gue masih menunggu di dekat makam dan terus mendoakan ibu gue.
Kepergian ibu gue yang terlalu cepat
menjadikan luka yang mendalam buat gue, tetapi gue harus merelakan semua itu
karena sudah menjadi takdir yang maha kuasa untuk ibu gue pulang secepat ini,
gue menyesal karena tidak berbakti sepenuhnya kepada ibu gue ketika ibu gue
masih ada di dunia dan penyesalan hanya datang belakangan, sekarang gue
mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang sangat gue sayangi dan gue
mengerti rasanya penyesalan yang teramat sangat dari kepergian orang yang
sangat gue sayangi sampai saat ini, banyak orang yang tidak menyadari
bahwasanya kasih sayang seorang ibu itu tidak akan bisa dibalas dengan apapun,
ketika ibu masih ada kita selalu menyia-nyiakannya dan ketika ibu sudah
dipanggil yang maha kuasa kita baru menyadari bahwa sebenarnya kasih sayang
seorang ibu itu sepanjang masa, i love
you mom.- Sebaik-baiknya cinta yang kamu miliki, tidak akan pernah lebih baik dari cinta yang diberikan oleh Ayah dan Ibumu -
No comments:
Post a Comment