Lanjutan Kesepuluh, Dari Cerita "Sepenggal Kisah Cinta di Malaysia"
JOKI PACARAN
JOKI PACARAN
Sepajang perjalanan akhirnya gue sama Sofia semakin deket, semakin
sering smsan, semakin sering jalan bareng, walaupun gue sendiri sebenernya
masih menanti jawaban kepastian cinta kita berdua, antara seekor gorila Jawa
dengan seorang gadis Thailand yang mungkin enggan disebutkan namanya ini lebih
mirip korban pemerkosaan pedofilia.
Hari-hari gue lewati dengan senang hati dan bangga diri, bak
seorang kesatria yang berhasil membunuh seekor semut yang tak berdosa, gue semakin
sering cengar-cengir sendiri di kamar, di toilet, di kampus, di kuburan kucing
gue dan di manapun gue berada, melihat gejala ini temen-temen gue keliatannya
lebih jaga jarak ke gue, mungkin takut ketularan ganteng kayak gue kalau
dilihat pakai mata tertutup, tapi gue tak merespon gejala-gejala yang terjadi
di sekitar gue, sekarang gue lebih fokus pada cinta gue yang belum terjawab,
dengan pengharapan berlebihan seperti sepasang kekasih gay yang ingin hamil.
Sampai pada suatu malam Sofia mencoba untuk menelpon gue, dan ini
pertama kalinya gue di telepon sama Sofia, gue gugup, bukan karena gue malu
ditelepon calon pacar gue, tapi lebih
kepada bahasa Inggris gue yang masih kacau balau membabi buta, liar dan belum
makan seharian, bisa dibayangkan gimana liarnya?, oke.. gue memutuskan untuk
memulai kata-kata gue dengan kata..
'Hallo..'
'Hallo Pede..' Sofia membalas dengan suara khasnya yang lembut
yang selalu gue inget
'................' gue konslet
'What are you doing now?'
'................' konslet tahap dua
'Hai Pede are you there?'
'A... A... Aaaaaaa..' Anjrit gue bingung mau ngomong apa, gue kesetrum!
Gue mencoba memutar otak, mencari cara, membuka kamus bahasa Inggris
keliatannya bakal lebih lama daripada mencumbu seorang homo, gue makin bingung,
Sofia menunggu gue agar mengeluarkan beberapa patah kata selain 'Aaa', sampai
akhirnya temen gue seorang Brunaian yang namanya Shanon Sikun masuk ke kamar
gue.
'Hai Pede.. Lagi ngapain lu?' dengan logat semi Inggris semi maksa Indonesia
'Anjrit lu dateng disaat yang tepat Shan, bantuin gue ngomong sama
Sofia pake bahasa Inggris, gue bingung banget mau ngomong, tapi kata-katanya
nga bisa gue ucapin, please Shan..'
'Okelah..' masih dengan medok
Inggris-Indonesianya
Jadi Shanon ini adalah temen satu vila gue dan doi menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari tapi karena doi tinggal bareng gue
dan temen-temen Indonesia lainnya, so
doi dipaksa secara tidak wajar harus mengerti bahasa Indonesia karena gue sama
temen-temen biasanya menggunakan bahasa Indonesia kalau lagi pada kumpul, jadi
secara tidak langsung makhluk hidup ini dapat berevolusi dengan cepat menjadi
sosok yang bisa berbahasa Indonesia dalam waktu singkat tanpa perlu kursus,
dengan slank Indonesia, logat
Inggris, thats cool dude!.
Rencana jahat gue sekarang ini adalah agar si Shanon ngobrol sama
si Sofia di HP gue, dan gue ngasih kata-kata dalam bahasa Indonesia ke Shan,
dan diteruskan dengan bahasa Inggris oleh Shan ke Sofia, terdengar aneh!, seperti mereka yang pacaran, gue supirnya, tapi
ini pernah gue lakuin, dan disaat kepepet seseorang bisa melakukan ide sebodoh
apapun dalam hidupnya, apalagi masalah cinta, people will do anything for love, even it's a really stupid idea.
'Hallo Sofia..' Shanon memulai pembicaraan kembali
'Oh.. yaa..' Sofia makin bingung dengan suara yang berbeda
'Shanon dia ngomong apa, dia ngomong apaaa..' gue mulai rusuh,
padahal belum ada percakapan
'Hei Sofi.. bla.. bla..
bla.. ble.. ble.. ble..'
'Oh yes Pede(Shan) this bla..
bla.. bla.. bla...' Sofia mulai risih dengan kondisi yang terjadi
Shanon mengikuti instruksi gue dengan sangat baik, sampai pada
akhirnya gue bisa berfikir waras kembali, kalau saja proyek ini adalah proyek
super bodoh yang pernah gue alami, gue menggunakan peran pengganti dalam berkomunikasi
dengan calon pacar gue, apabila
memungkinkan masalah kasur mungkin juga bakal digantikan oleh temen gue yang
lebih ahli.
Perlahan tapi pasti gue mulai berfikir, ini kelihatannya kayak
mereka yang pacaran bukan gue cuy!,
fix ini sudah semakin ngaco, tanpa berfikir panjang gue langsung menghentikan
proyek super gila gue ini, dan mengakhiri pembicaraan gue sama Sofia, maybe text message later.
Gue terima kasih sama Shanon yang telah membantu gue menjadi pacar
pengganti dadakan dan gue mulai berfikir untuk mempelajari bahasa Inggris gue lebih
baik lagi, minimal untuk pembicaraan sehari-hari, dan lebih minimal lagi untuk
bisa melakukan percakapan dengan Sofia, sounds
weird, sekali lagi cinta bisa membuat gue berubah dari seorang yang malas
belajar, menjadi seorang kutu buku yang doyan makan buku tanpa garam, pada
akhirnya gue terkadang meminta bantuan Shanon untuk mengajari gue belajar
bahasa Inggris, tetapi kelihatannya tidak membantu banyak, Shanon cuma bilang
'If you hear the sounds is good, just using it, fucked up about the grammar',
gue cuma bisa bales 'YEAAAHH!!',
seperti babun yang baru saja mendapat mendapat pisang tambahan. gue selalu
ingat prinsip itu.
Perlahan tapi pasti, gue mulai mempelajari sedikit banyak
percakapan berbahasa Inggris, Sofia pun menelpon gue lagi, mulai dari yang
kedua, ketiga, keempat dan makin sering nelepon gue, pada awalnya gue masih
bingung untuk membentuk kata-kata dalam percakapan berbahasa Inggris sebagai
pengantar bahasa gue sama si Sofia, mulai dari ba.. bi.. bu.. sampe 'orange is
yellow(wtf)' pernah gue pake dalam
percakapan gue, Sofiapun dengan berbaik hati sedikit-banyak mulai mengajari gue
seperti anak kecil yang baru bisa belajar ngomong dan doi mencoba mengerti
campuran bahasa gue yang nge-mix bahasa Inggris - Indonesia, ya kali aja dia
ngerti pas gue gabung sama bahasa Indonesia, seperti 'i wanna berak dulu oke
Sofi', pernah suatu saat gue berkata 'i wanna ngupil dulu', Sofia nanya 'What
is ngupil?', gue bingung.
Secara tidak gue duga-duga sebelumnya, ternyata cara belajar
bahasa Inggris melalui percakapan dua orang kekasih yang sedang jatuh cinta itu
membuahkan hasil yang sangat memuaskan, secara tidak disengaja ataupun
disengaja gue mulai mengcopy beberapa potong kalimat yang Sofia sering ucapkan
dan gue plagiat buat kalimat-kalimat gue kedepan, dan kondisi yang memaksa gue
untuk bisa berbahasa Inggris sebagai kebutuhan akut seorang yang memiliki
cita-cita mulia untuk bisa berbicara dengan calon
pacarnya.
Yang baru beberapa bulan saja gue sudah bisa menerapkan prinsip
yang Shanon pernah bilang ke gue 'if you
hear the sounds is good, just using it, fucked up about the grammar',
sekarang gue mulai bisa mengerti mana yang terdengar bagus mana yang kurang
bagus, dan mana muka yang bagus dan mana muka yang seperti gue, Sofia merupakan
guru pertama gue yang berhasil dengan sukses mengajari gue pelajaran bahasa
Inggris dengan cara percakapan sehari-hari meskipun masih dalam gaya bahasa slank, lembaga-lembaga bahasa Inggris
yang pernah gue gentayangi tidak pernah sebaik ini.
- Kita akan lupa apa yang mereka Katakan
tetapi akan selalu ingat apa yang mereka Perbuat -
No comments:
Post a Comment