Sunday, March 2, 2014

Cintaku Tertinggal di Malaysia

Lanjutan Kesepuluh, Dari Cerita "Sepenggal Kisah Cinta di Malaysia"

JOKI PACARAN

Sepajang perjalanan akhirnya gue sama Sofia semakin deket, semakin sering smsan, semakin sering jalan bareng, walaupun gue sendiri sebenernya masih menanti jawaban kepastian cinta kita berdua, antara seekor gorila Jawa dengan seorang gadis Thailand yang mungkin enggan disebutkan namanya ini lebih mirip korban pemerkosaan pedofilia.

Hari-hari gue lewati dengan senang hati dan bangga diri, bak seorang kesatria yang berhasil membunuh seekor semut yang tak berdosa, gue semakin sering cengar-cengir sendiri di kamar, di toilet, di kampus, di kuburan kucing gue dan di manapun gue berada, melihat gejala ini temen-temen gue keliatannya lebih jaga jarak ke gue, mungkin takut ketularan ganteng kayak gue kalau dilihat pakai mata tertutup, tapi gue tak merespon gejala-gejala yang terjadi di sekitar gue, sekarang gue lebih fokus pada cinta gue yang belum terjawab, dengan pengharapan berlebihan seperti sepasang kekasih gay yang ingin hamil.

Sampai pada suatu malam Sofia mencoba untuk menelpon gue, dan ini pertama kalinya gue di telepon sama Sofia, gue gugup, bukan karena gue malu ditelepon calon pacar gue, tapi lebih kepada bahasa Inggris gue yang masih kacau balau membabi buta, liar dan belum makan seharian, bisa dibayangkan gimana liarnya?, oke.. gue memutuskan untuk memulai kata-kata gue dengan kata..

'Hallo..'
'Hallo Pede..' Sofia membalas dengan suara khasnya yang lembut yang selalu gue inget
'................' gue konslet
'What are you doing now?'
'................' konslet tahap dua
'Hai Pede are you there?'
'A... A... Aaaaaaa..' Anjrit gue bingung mau ngomong apa, gue kesetrum!

Gue mencoba memutar otak, mencari cara, membuka kamus bahasa Inggris keliatannya bakal lebih lama daripada mencumbu seorang homo, gue makin bingung, Sofia menunggu gue agar mengeluarkan beberapa patah kata selain 'Aaa', sampai akhirnya temen gue seorang Brunaian yang namanya Shanon Sikun masuk ke kamar gue.

'Hai Pede.. Lagi ngapain lu?' dengan logat semi Inggris semi maksa Indonesia
'Anjrit lu dateng disaat yang tepat Shan, bantuin gue ngomong sama Sofia pake bahasa Inggris, gue bingung banget mau ngomong, tapi kata-katanya nga bisa gue ucapin, please Shan..'
'Okelah..' masih dengan medok Inggris-Indonesianya

Jadi Shanon ini adalah temen satu vila gue dan doi menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari tapi karena doi tinggal bareng gue dan temen-temen Indonesia lainnya, so doi dipaksa secara tidak wajar harus mengerti bahasa Indonesia karena gue sama temen-temen biasanya menggunakan bahasa Indonesia kalau lagi pada kumpul, jadi secara tidak langsung makhluk hidup ini dapat berevolusi dengan cepat menjadi sosok yang bisa berbahasa Indonesia dalam waktu singkat tanpa perlu kursus, dengan slank Indonesia, logat Inggris, thats cool dude!.

Rencana jahat gue sekarang ini adalah agar si Shanon ngobrol sama si Sofia di HP gue, dan gue ngasih kata-kata dalam bahasa Indonesia ke Shan, dan diteruskan dengan bahasa Inggris oleh Shan ke Sofia, terdengar aneh!, seperti mereka yang pacaran, gue supirnya, tapi ini pernah gue lakuin, dan disaat kepepet seseorang bisa melakukan ide sebodoh apapun dalam hidupnya, apalagi masalah cinta, people will do anything for love, even it's a really stupid idea.

'Hallo Sofia..' Shanon memulai pembicaraan kembali
'Oh.. yaa..' Sofia makin bingung dengan suara yang berbeda
'Shanon dia ngomong apa, dia ngomong apaaa..' gue mulai rusuh, padahal belum ada percakapan
'Hei Sofi.. bla.. bla.. bla.. ble.. ble.. ble..'
'Oh yes Pede(Shan) this bla.. bla.. bla.. bla...' Sofia mulai risih dengan kondisi yang terjadi

Shanon mengikuti instruksi gue dengan sangat baik, sampai pada akhirnya gue bisa berfikir waras kembali, kalau saja proyek ini adalah proyek super bodoh yang pernah gue alami, gue menggunakan peran pengganti dalam berkomunikasi dengan calon pacar gue, apabila memungkinkan masalah kasur mungkin juga bakal digantikan oleh temen gue yang lebih ahli.

Perlahan tapi pasti gue mulai berfikir, ini kelihatannya kayak mereka yang pacaran bukan gue cuy!, fix ini sudah semakin ngaco, tanpa berfikir panjang gue langsung menghentikan proyek super gila gue ini, dan mengakhiri pembicaraan gue sama Sofia, maybe text message later.

Gue terima kasih sama Shanon yang telah membantu gue menjadi pacar pengganti dadakan dan gue mulai berfikir untuk mempelajari bahasa Inggris gue lebih baik lagi, minimal untuk pembicaraan sehari-hari, dan lebih minimal lagi untuk bisa melakukan percakapan dengan Sofia, sounds weird, sekali lagi cinta bisa membuat gue berubah dari seorang yang malas belajar, menjadi seorang kutu buku yang doyan makan buku tanpa garam, pada akhirnya gue terkadang meminta bantuan Shanon untuk mengajari gue belajar bahasa Inggris, tetapi kelihatannya tidak membantu banyak, Shanon cuma bilang 'If you hear the sounds is good, just using it, fucked up about the grammar', gue cuma bisa bales 'YEAAAHH!!', seperti babun yang baru saja mendapat mendapat pisang tambahan. gue selalu ingat prinsip itu.

Perlahan tapi pasti, gue mulai mempelajari sedikit banyak percakapan berbahasa Inggris, Sofia pun menelpon gue lagi, mulai dari yang kedua, ketiga, keempat dan makin sering nelepon gue, pada awalnya gue masih bingung untuk membentuk kata-kata dalam percakapan berbahasa Inggris sebagai pengantar bahasa gue sama si Sofia, mulai dari ba.. bi.. bu.. sampe 'orange is yellow(wtf)' pernah gue pake dalam percakapan gue, Sofiapun dengan berbaik hati sedikit-banyak mulai mengajari gue seperti anak kecil yang baru bisa belajar ngomong dan doi mencoba mengerti campuran bahasa gue yang nge-mix bahasa Inggris - Indonesia, ya kali aja dia ngerti pas gue gabung sama bahasa Indonesia, seperti 'i wanna berak dulu oke Sofi', pernah suatu saat gue berkata 'i wanna ngupil dulu', Sofia nanya 'What is ngupil?', gue bingung.

Secara tidak gue duga-duga sebelumnya, ternyata cara belajar bahasa Inggris melalui percakapan dua orang kekasih yang sedang jatuh cinta itu membuahkan hasil yang sangat memuaskan, secara tidak disengaja ataupun disengaja gue mulai mengcopy beberapa potong kalimat yang Sofia sering ucapkan dan gue plagiat buat kalimat-kalimat gue kedepan, dan kondisi yang memaksa gue untuk bisa berbahasa Inggris sebagai kebutuhan akut seorang yang memiliki cita-cita mulia untuk bisa berbicara dengan calon  pacarnya.

Yang baru beberapa bulan saja gue sudah bisa menerapkan prinsip yang Shanon pernah bilang ke gue 'if you hear the sounds is good, just using it, fucked up about the grammar', sekarang gue mulai bisa mengerti mana yang terdengar bagus mana yang kurang bagus, dan mana muka yang bagus dan mana muka yang seperti gue, Sofia merupakan guru pertama gue yang berhasil dengan sukses mengajari gue pelajaran bahasa Inggris dengan cara percakapan sehari-hari meskipun masih dalam gaya bahasa slank, lembaga-lembaga bahasa Inggris yang pernah gue gentayangi tidak pernah sebaik ini.

Sekarang gue lebih intens telepon-teleponan sama Sofia dan bisa cukup sombong sama kucing gue yang cuma bisa menatap gue dengan penuh rasa iba, dan gue udah mulai memberanikan diri buat menelpon si Sofia, seperti Elang gundul yang terbang berdua dan memiliki janji setia cinta sampai mati (ciee elaahh.. alay lu cuk!), di beberapa saat gue sering nonton bareng dia dan mulai berpisah di train karena kita terpisah jarak dan tempat tinggal yang lumayan jauh, memang indahnya hidup dengan cinta, hope this will never end.

Kita akan lupa apa yang mereka Katakan 
              tetapi akan selalu ingat apa yang mereka Perbuat -


No comments:

Post a Comment