Kamu
akan lebih mencintainya apabila bisa terus Bersamanya
SEBUAH PERJALANAN HIDUP
Nama gue Aryo, temen-temen biasa manggil gue dengan sebutan unik yaitu Pede bukan karena gue kepedean(menurut gue) tapi itu singkatan dari nama panjang gue yaitu Patria Dwisubaga Aryaguna alias PDA(fix ini nama jenis handphone) atau PD. Aryaguna(lebih manusiawi) so gue dipanggil PD / pede, seperti para penemu pada umumnya, nama gue pertama kali ditemukan pada zaman gue duduk di bangku sekolah dasar oleh kawan gue yang bernama Jaesa, makhluk hidup ini memiliki tingkat imaginasi yang lebih tinggi dari makhluk homo purba lain pada umumnya, dia mencoba menyingkat nama gue yang udah singkat menjadi lebih singkat dan berakhir menyedihkan, dengan terpaksa gue terima evolusi nama gue, walaupun ketika gw lagi kepedean, teman-teman gue selalu menyambung-nyambungkan nama gue dengan pribadi gue yang jelas-jelas emang nyambung(loh..?).
Yang
lebih parah lagi kampus gue ini masih seperti jaman bung Tomo yang belum
mengenal sistem komputerisasi, masih
berjuang menggunakan tinta dan kertas sebagai alat untuk berperang melawan
rektor yang tiap semesternya para
mahasiswa dan mahadewi(loh..?) dipaksa
untuk
mengisi registrasi dengan cara yang tidak berpri-komputerisasian,
mungkin hal inilah yang mengakibatkan profesi gue sebagai penari kupu-kupu cowok-cowok
komplek tergeser dan harus kembali lagi menjadi seorang
penulis buku homo anak-anak yang “celalu
cetiya” dan selalu pake gambar
bunga matahari di setiap tanda tangannya(ihh..
eke juga bisaa bok!).
- Cinta memang tidak pernah Memilih dan cinta tidak harus Dipilih -
MAKHLUK GAIB DARI JAMAN PURBA
Malam
itupun gue lewati dengan sangat tidak baik,
kejantanan guepun masih aman dan terjaga dengan baik dari
para lelaki hidung satu warna yang mengincar my downy,
tapi pada saat itu pula hubungan gue sama Mr.V berangsur pudar
seperti bedak para banci yang lumer setelah beres ngejob,
masalahnya gue udah lama temenan sekamar sama Mr.V dan gue baru tahu ternyata
doi spesies gaib
dari jaman purba yang nggak bisa membedakan mana lubang gaib mana tong sampah, that’s disgusting!! So kewaspadaan gue
sekarang ditingkatkan menjadi seratus
level lebih tinggi dari sebelumnya, jadi sekarang
gue lebih waspada sebelum memilih teman untuk tinggal apalagi
untuk tidur sekamar (damn! I always
remember it), minimal ini demi dua makhluk
hidup yang selalu hidup berdampingan yaitu gue dengan adik kecil gue si downy, yang
sampai saat
ini masih
terjaga dengan baik
dari spesies-spesies yang peradabannya mulai meresahkan para
muda-mudi yang masih doyan nonton spongebob, karena setelah gue teliti
lebih lanjut ternyata memang banyak komunitas Hey-Ho tersebut di Negara tetangga
kita ini dan menarik anggota dengan gerakan bawah tanah
maupun bawah perutnya serta menyerang kita lebih
berbahaya daripada para teroris, yang menurut gue
masih lebih bermartabat dan bermartabak yang buat gue sekarang ini
jadi
laper karena denger martabak, serta menyerang gue dengan
gerakan bawah
ember nya yang menjadi
pengalaman pribadi gue yang sangat menjijikan(sekaligus
menyenangkan bagi beberapa spesies) yang pernah gue alami
tersebut.
- Teman selalu mencoba untuk dimengerti
dan Sahabat selalu mencoba untuk mengerti -
PROSESSI PINDAH VILA
SEBUAH PERJALANAN HIDUP
Nama gue Aryo, temen-temen biasa manggil gue dengan sebutan unik yaitu Pede bukan karena gue kepedean(menurut gue) tapi itu singkatan dari nama panjang gue yaitu Patria Dwisubaga Aryaguna alias PDA(fix ini nama jenis handphone) atau PD. Aryaguna(lebih manusiawi) so gue dipanggil PD / pede, seperti para penemu pada umumnya, nama gue pertama kali ditemukan pada zaman gue duduk di bangku sekolah dasar oleh kawan gue yang bernama Jaesa, makhluk hidup ini memiliki tingkat imaginasi yang lebih tinggi dari makhluk homo purba lain pada umumnya, dia mencoba menyingkat nama gue yang udah singkat menjadi lebih singkat dan berakhir menyedihkan, dengan terpaksa gue terima evolusi nama gue, walaupun ketika gw lagi kepedean, teman-teman gue selalu menyambung-nyambungkan nama gue dengan pribadi gue yang jelas-jelas emang nyambung(loh..?).
Ada
suatu ketika gue lagi nanya ke sahabat gue yang namanya Maya, 'May.. kata
nyokap gue koq gue ganteng ya?' tanya gue dengan penuh rasa penasaran dan muka
ngarep, karena Maya orangnya ceplas ceplos kaya kambing betina baru aja dikawinin
sama kambing homo
dia bilang 'WHAATT??!!… pedee elu
lagi kerasukan jin mana lagi, jelas-jelas rambut lu kayak tau ming se (perasaan
gue kenal nih artis) yang belum keramas tujuh hari tujuh malem dan diperkosa
tukang bajaj depan rumah gue, emang lu aja kepedean kaya nama lu..' berakhir gue pingsan mendadak, dan gue
baru sadar ternyata hubungan
nama gue dengan prilaku gue yang mungkin secara tidak sengaja tersirat maupun
tersurat.
Gue
berasal dari keluarga sederhana dengan hanya ada dua TV di rumah, itupun satu
TV pembantu dan satu TV keluarga
gue,
jadi kalau TV keluarga gue rusak terpaksa kita sekeluarga nonton bareng
pembantu gue di belakang dan gue pernah ngebayangin kalau suatu hari nanti gue
sekeluarga nonton acara tv yang pembantu gue suka tonton di belakang, yang terkadang gue aja males nyebut nama acaranya :
Yuk
Kita Smile(Terpaksaaa gue sebut aghh..),
mungkin setiap minggu pagi gue sekeluarga bisa joget Caesar bareng pembantu gue
sambil pasang muka boker, yang mungkin bisa merusak derajat tahta kerajaan gue
di antara para kecoak terbang yang memiliki penyakit susah terbang di toilet
rumah gue.
Dari
silsilah keluarga, gue merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, dan gue anak
yang paling murah senyum(selama senyum masih gratis) dari sodara-sodara gue,
karena menurut gue itu kelebihan yang cuma gua punya dari sodara-sodara gue,
selain gue suka ngabisin duit bokap nyokap dan rajin nongkrong bareng satpam
komplek, salah satu hal yang selalu gue inget yaitu abang gue udah lulus kuliah
S2 dari Brimingham Inggris, adikk gue udah kelar kuliah S1 dari Teknik Mesin
ITB dan gue! masih menjadi Mahasiswa
dengan tampang ababil sampai sekarang.
Bokap
gue orang Jawa tapi doi katanya lahir di Ujung Padang yang nama kerennya
Makasar, katanya sih dulu nenek sama kakek gue itu nomaden hidupnya, kayak kuliah
gue yang selalu berpindah-pindah tempat dan nga jelas kapan lulusnya, serta kisah
percintaan gue yang selalu berpindah-pindah dari hati orang ke hati beruang, hiks hiks
hiks..(koq malah curcol ciyyn..), maklum
lah dulu jaman peperangan jadi mereka mencari tempat yang aman gitu buat disinggahi
dan gue sempet berharap
kalau
nenek sama kakek gue seharusnya nomaden
gitu ke Australia biar
muka gue minimal setengah bule nga setengah kriminal kayak
sekarang, nga jauh beda sama nyokap gue yang orang sunda tapi doi lahir di
Pekanbaru, dan gue nga tau kalau nyokap gue lahir disana karena nenek kakek gue
nomaden juga atau nga, soalnya sejauh ini yang gue tau nenek kakek dari nyokap gue
bukan pejuang tapi pembuat getuk(makanan khas bandung) yang waktu kecil gue suka
gangguin nenek gue pas lagi ngadon singkong di dapur, maklum waktu kecil gue
bandel banget(dan sampai sekarang) tapi
gue selalu sayang nyokap sama nenek gue.
Minimal
muka gue nga semeraut tempat lahir bokap nyokap gue, yang gue sendiri akhirnya
berhenti bertanya tentang masalah itu, gue takut jawaban-jawaban yang diberikan
bokap nyokap gue bakal merusak sistem kerja otak gue yang didesign bukan untuk
berfikir hal-hal berat semacam itu yang akhirnya bakal merusak sistem kerja
otak gue, dan gue nga bisa nge bayangin kalau nanti gue harus hidup pake paku
di kepala gue kayak fankenstain karena kerusakan memori otak akibat berfikir
terlalu keras, bisa-bisa gue ditolak ikut casting masih duina lain karena muka
gue ternyata terlihat kurang manusiawi.
Kembali
lagi ke topik awal bahwasanya muka gue emang keren dan kece abis plus idaman
para bidadari di rumah gue yaitu para pembantu gue, yang mungkin mereka udah
muak melihat muka gue setiap hari
yang semi-kriminal dan suka berbuat semena-mena terhadap mereka seperti minta
tolong buat mie goreng tanpa piring, es teh manis tapi nga dingin, dan
melakukan tarian-tarian aneh di depan mereka, tapi mereka selalu melayani gue
dengan sangat baik dan gue selalu menganggap pembantu gue adalah bagian dari
keluarga kecil gue yang
super primitif.
Gue
lahir di Jakarta tepatnya di rumah sakit di daerah Tanah Abang yang udah
lumayan lama dan sempet nge-hits dikalangan orang-orang tua pada jamannya dan sekarang udah turun pamor
kalah sama gossip Farhat Abbas yang katanya pengacara kondang(an) dan memiliki
IQ di bawah *teeeeeet*(sensor) yang mengakibatkan terjadinya ketidak singkronan antara kerja otak dengan kata-katanya yang mungkin akan merusak jaringan saraf telinga orang
yang mendengarnya, kalau gue pikir ini makhluk terinfeksi
syndrome kehilangan jati diri yang sangat akut dan harus segera ditolong dengan
cara menggetokkan kepalanya ke beton
terdekat.
Kata
nyokap bokap gue, gue lahir dengan posisi usus membelit leher gue dan kepala
gue keluar duluan, serta darah bercucuran dimana-mana(ini kayaknya lebih
tepatnya cerita hari kematian gue, lebih horor daripada yang gue bayangin
sebelumnya) dan hal itu menyulitkan dokter untuk ngeluarin gue dari perut
nyokap gue yang emang minimalis
gitu beda sama kepala gue yang lima banding satu sama otak gue,
jadi dokter harus melakukan tindakan sesar terhadap nyokap gue, tapi nyokap gue
nga mau (sungguh mengharukan bagian ini,
hiks hiks..) pasalnya sesar itu bakal mengurangi kegantengan gue 5% eh nga
deng.. sebenernya bukan itu masalahnya, nyokap gue takut ada apa-apa dengan
kelahiran gue nanti (bagian ini terlalu dramatis buat orang yg suka nonton
drama korea), well jadi nyokap gue akhirnya
ngelahirin gue dengan keadaan normal (hiks
hiks lagi..), itu garis besar yang
gue tau di hari kelahiran(atau
kematian) gue yang menurut gue lebih dramatis dari sinetron
cinta fitri yang masih ngutang, dan sampe detik ini pun gue masih banyak menyusahkan bokap nyokap gue(sorry
mom and dad) dan gue selalu berharap suatu saat nanti gue bisa membanggakan
mereka karena prestasi gue terhadap Indonesia dan minimal bisa membubarkan
komunitas banci taman lawang
yang meresahkan masyarakat.
Oke
gw jujur dan emang gue
orang paling jujur versi majalah gue sendiri, ini hari pertama kali gue nulis
lagi setelah sekian lama gue terlalu banyak nyanyi di kamar mandi dan gw merasa
excited banget karena sebelumnya gue emang jarang nulis, dan kalau nulis itupun
harus dipaksa dosen atau dicaci temen-temen gue yang bilang tulisan gw cantik mirip Tata Dado lupa pake beha, ini suatu penghinaan
buat gue karena sebenernya gue itu macho(setelah diedit pake photoshop) dan rambut gue yang agak emo sedikit ke samping kanan
mirip boyband(yang belum sempet
manggung), disisi lain gw suka
fitness bareng temen cewek gue yang keliatannya doi udah males lagi fitness
bareng gue karena mungkin doi kesel, gue terlalu lemah buat ngeladenin
fitnessnya doi yang ekstrim treadmill aja bisa sampe setengah jam sendiri,
belum lagi alat-alat lainnya yang menurut gue fitness freak abis dan ngabisin waktu tidur gue yang 12jam sehari,
sejak saat itu gw memutuskan untuk berhenti menulis, dan gue lebih memilih
beralih profesi menjadi penari kupu-kupu bareng cowok-cowok komplek, cucok bok!.
Saat
ini gue masih kuliah di suatu perguruan tinggi negeri di daerah Yogyakarta,
jurusan musik, yang menurut orang-orang kampus gue terkenal banget dan minim
cewek-cewek kece kayak di kampus gue sebelum-sebelumnya ataupun kampus-kampus
lain pada umumnya,
jadi kuliah gue
ini gue lalui sama dengan halnya
dengan
penderitaan yang para Jendral rasakan
pada saat G 30 S-PKI (mungkin lebih parah!), bisa dibayangin sehari-hari gue
yang terkenal sebagai cowok terkece no.4(dari 4
laki-laki) di keluarga dan gue harus berbaur dengan para
mas-mas dari daerah yang mungkin belum terkenal nama daerahnya dan mbak-mbak(kalau
Maya bilang Mbaktheng), thats so rude!.
- Cinta memang tidak pernah Memilih dan cinta tidak harus Dipilih -
MAKHLUK GAIB DARI JAMAN PURBA
Sekarang
gue mulai dari awal tapi nga awal-awal banget soalnya masa lalu gue terlalu
menyakitkan buat diceritakan (tapi nga separah fenomena cabe-cabean yang sekarang ini lagi meresahkan masyarakat
Indonesia), jadi gue bakal mulai cerita dari.. Hmm.. Hrrr.. Aghrr..
(pasang muka Morgan smash).. (sempet konslet 5menit).. (sempet mati satu minggu, loh?).. sampe akhirnya gue ngeliat foto-foto
nga penting gue waktu masih berkuliah di negara tetangga, banyak sekali hal-hal
unik dan menarik yang menurut gue sangat sayang apabila tidak diceritakan dan
sangat sayang sekali apabila diceritakan ke orang-orang, maksudnya apa nih?.
Well
jadi begini para mahasiswa abadi dan
para dosen yang frustasi.. dulu gue pernah kuliah di Malaysia
karena gue nga pernah keterima
kuliah di beberapa kampus ternama
maupun tidak
ternama di Indonesia yang menjadi pilihan bokap
gue(bukan gue),
akhirnya gue harus belajar ke negeri sebrang, negerinya mbak Siti Nurhaliza,
diawali dari kedatangan gue di negeri tetangga itu dengan tampang yang masih
lugu dan setengah
homo, serta emo yang lebih kurang
5cm-an membuat gue nyaris gagal masuk ke Malaysia karena dikira orang gila
labil oleh pihak imigrasi.
Temen
SMA gue langsung menawarkan untuk tinggal satu vila bareng doi di daerah deket
kampus gue disana dan ini merupakan awal dari penderitaan yang bakal menimpa
gue di negeri tetangga kita ini, pertama karena gue dikasih tinggal satu kamar share bareng temennya doi yang orang Sabah
namanya Vince, jadi gue tinggal berlima dengan formasi gue sebagai orang
terganteng nomer 5
di tempat itu, Gepin temen SMA gue, Archi temen main gue, Shanon temen Gepin
orang Brunei dan Vince temen Gepin orang Malaysia yang menyebut dirinya orang
Sabah or Sabahan(not Malaysian, actually Sabah is the part of
Malaysia) sedikit aneh
tapi nyata dan belum masuk genius book of record yang sebentar lagi bakal dimuseumkan, yang setelah gue ajak ngobrol ternyata dia orang
Malaysia yang nga bisa bahasa Malaysia, Sungguh Terlalu kata bang
haji Rhoma
Merana, lumayan gue bisa melatih bahasa Inggris gue disana.
Pada
hari yang menyedihkan itu gue kesana bareng bokap gue berdua kayak film 'Pursuit
of Happiness' versi India,
doi langsung mengiyakan gue untuk bisa stay bersama Gepin(temen SMA gue yang mempunyai gairah sex melebihi Miyabi),
dan akhirnya gue sebagai anak yang mengabdi pada bokap(dan bokep)
yang semi-primitif itu, gue
menurut(walau
terpaksa),
setelah akhirnya semua beres seperti pembayaran kuliah gue yang mahalnya nauzubile sampe uang vila gue yang bisa
buat operasi plastik muke gue mirip Leonardo diCaprio(di tabrak bus), akhirnya bokap gue balik lagi ke
Indonesia, maklum gue masih kayak anak bawang(yang doyan cabe).
Sendiri
disini membuat gue takut dan penasaran karena sebelumnya temen gue waktu design
foundation namanya Ivy(cewek belsteran Jepang-Bintaro ini) sempet ngehubungi
gue dan doi curhat kalau doi bakal ngebatalin kuliah disini karena waktu di
vilanya, doi digangguin orang-orang berkulit hitam(negro kalau bahasa gaulnya)
yang mungkin para pendatang dari benua seberang, tapi yang gue takutin bukan
karena gue bakalan digangguin negro(karena gue cukup negro) tapi gue cuma takut
kalau ternyata disini lebih banyak cabe-cabe impport dibandingkan di Indonesia,
itu bakal mengganggu hidup gue disana, layaknya di Indonesia ternyata di negara
tetangga kita juga banyak cabe-cabean, tapi cabenya kualitas tinggi serta
berstandart International, cabe disini malah membuat gue semakin menikmati
hidup di negara tetangga ini, selain putih-putih, cabe-cabe disini jeritannya
juga lebih dahsyat (dewasa indside)
dari cabe pribumi jadi jangan coba-coba membuat mereka menjerit tanpa izin dari
kepolisian.
Suatu
malam gue berlima sama temen satu vila gue jalan-jalan ke toko perlengkapan
rumah tangga yang bernama IKEA, kami berniat membeli beberapa perlengkapan
untuk kamar kita masing-masing, tapi karena kita nga tau jalan atau emang kita sudah
terlalu dekat jadi kita selalu jalan
berlima bareng di IKEA tersebut, gue sebenernya agak risih takut dianggap
boyband Korea trus orang-orang pada minta tanda tangan sedangkan tampang gue Jawa
begini, jadi gue dengan senang hati memisahkan diri dan kita janjian lagi
setelah barang-barang yang kita butuhkan sudah selesai didapat, satu persatu
akhirnya gue dapetin barang yang gue butuhkan untuk melengkapi kamar share gue yang masih kosong kayak
kuburan belum digali, beberapa barang seperti meja, lemari, kasur, dan lampu
kelap-kelip(maklum gue anak disko) buat tidur akhirnya berhasil gue dapetin
untuk mengisi kehampaan di kamar share
gue.
Sampai
akhirnya kita bergabung lagi kayak boyband yang baru beres vakum, kita
mengobrolkan visi dan misi kedepan lengkap dengan janji sebagai anak kontrakan kurang
terhormat, yang salah satu isinya agak sulit gue pahami yaitu kalau bawa temen
perempuan harap dibagi-bagi, ini agak memberatkan gue, masalahnya gue paling
laku diantara mereka semua walaupun muka gue setengah manusia, minimal gue
pernah juga pacaran sama mbak-mbak resepsionis pasar manggarai yang akhirnya
ditolak mentah-mentah sama nyokap bokap gue pas gue ajak dinner bareng, nah
kalau yang gitu pasti gue bagi tapi bagaimana kalau cewek gue mantan bintang
film India yang filmnya nga pernah disiarin, masa harus gue bagi juga ke
laki-laki yang udah menjomblo selama hidupnya(sambil ngaca), akhirnya gue banding lagi terhadap poin yang satu
itu, diganti jadi harap diperkenalkan kepada teman-teman vila, maklum
temen-temen kontrakan gue semuanya pada mupeng jadi jarang gue bawa cewek ke
vila, takut terjadi hal-hal yang diinginkan oleh mereka dan tidak diinginkan
oleh gue, that’s what we call friend
eating friend.
Hari-hari
berlalu dengan hembusan angin malam yang selalu menyelimuti diri gue yang hampa
akan bosannya hidup dan sibuknya siang hari, karena kuliah gue disana jadwalnya
bener-bener padet kayak celana dalem gue yang kekecilan seketika itu juga si downy bangun dan tidak ada ruang untuk
berkreasi akhirnya harus melakukan over laping kemana-mana(serem abis!), but i hope u
guys jangan sampe make celana dalem kekecilan, lebih baik yang kegedean
karena lu nga bakal pamer celana dalem lu diluar kecuali emang lu hasil
perselingkuhannya superman sama supardi, dan gue mulai aneh ketika temen
sekamar gue yang namanya Mr.V(nama disamarkan) sering bawa temen cowoknya ke vila,
dan untung nga ada undang-undang buat temen cowok kita di kontrakan, dan
anehnya lagi doi suka masuk kamar mandi berdua gitu, guepun selalu berfikir
positif dan berharap kalau nantinya gue nga akan diajak masuk ke kamar mandi bareng
mereka juga buat ngelengkapin formasi mereka sebagai boyband 'The Toilets'.
Pada
suatu ketika doi ngenalin temen ceweknya asal Sabah namanya Jennifer yang gue
anggap sebagai cewek tercantik yang pernah gue lihat secara nyata dalam hidup
gua, dengan bibirnya yang tipis, mukanya yang belesteran setengah Eropa setengah
Latin(babe alert!) dan bodynya yang buat
downy bangun dari tidurnya yang
panjang (untung-ga-pake-celana-dalem-ketat), akhirnya suasana kontrakan yang
selalu suram, yang diisi oleh para jomblo nista yang ditinggal pacarnya pergi
berubah menjadi istana asgard full of bidadari surga (walaupun cuma satu), ini
adalah suatu kondisi yang sangat jarang terjadi di dalam peradaban manusia
setengah tapir seperti kita, maklum disini isinya para mupengers dan jombloers
'cayank kamyuh celalu cetiya dihaty', dalam otak gue ini cuma satu yaitu
bagaimana caranya gue bisa memperistri si Jenifer (otak anak kecil yang
kencingnya masih membabibuta, fcuk yeah!),
lumayan membelokan garis keturunan gue dari arah mahkluk halus tak berbentuk ke
arah babun setengah dewa, pasti gue bakal dapet award dari nenek kakek gue
sebagai cucu perubahan.
Well
kita balik lagi ke permasalahan awal yang ternyata si Jenifer itu masih jomblo
kalau cewek cantik enaknya kita panggil single aja ya, karena jomblo hanya buat
para mupengers yang naksir cewek-cewek tanpa pandang bulu, mungkin bulu dadapun
mereka embat kalau memang ada di depan mata, but the problem is not there masalahnya adalah si Mr.V membawa
temen cowoknya juga, asal mana gue nga tau yang jelas dia item, kecil,
keriting, ngondek, dan alhamdulillah masih berbentuk, walaupun sampai sekarang
gue nga pernah ngerti ini makhluk hasil persilangan apa, atau mungkin jatuh
dari meteor yang nyasar ke bumi jutaan tahun yang lalu dan dibiarkan membusuk
di dalam tanah, i hope not “WTTTTFCKS!!??”,
dan yang lebih aneh ternyata ngondek menyerang manusia dari segala tipe,
ternyata bentuk setengah gaib pun bisa mengondek juga, jauh dari hukum ngondek
International (loh.. koq paham..?) dan itu sangat membuat gue khawatir terhadap
keamanan gue sebagai pria sejati berhati gulali yang belum pernah tersentuh
oleh pria lain(di pantatnya).
Maka
dengan ini sebagai calon cucu perubahan gue harus mengadakan rapat mendadak
dengan para dewan mupengers, alhasil pembicaraan gue ditolak mentah-mentah
sebelum gue sempet ngomong apa-apa(maksud loh..?) dan terpaksa gue harus
menerima makhluk setengah gaib itu masuk ke kamar share gue karena doi temennya Mr.V, layaknya wanita cantik pada
umumnya Jeniferpun menjadi bidadari kontrakan pada masa itu(jauh beda sama
bidadarin rumah gue aka pembantu gue yang kecil item tak berbentuk) alhasil
para mupengers pun berubah menjadi apa yang gue khawatirkan sebelumnya, yaitu
menjadi lakiers sejati demi mendapatkan perhatian si Jennifer, dan yang buat
gue nga habis pikir(otak udah kosong sok-sok mikir) kenapa si Mr.V terlihat
tidak begitu akrab dengan si Jenifer, apakah sebenarnya si Mr.V adalah seorang Don juan berkuda hitam dengan gembala
wanita secantik Jenifer di belakangnya atau ada sesuatu yang gaib juga dengan
dia.
Akhirnya
pada suatu malam jumat tapi nga
keliwon
gue mendapatkan jawaban atas apa
yang sebenarnya
sedang terjadi di dunia gue yang fana(nga
pake s) ini, semua
bermula ketika kita melakukan home size
party dengan teman-temannya Mr.V di vila penuh derita ini, ketika malam itu lampu disko gue terlihat lebih ajeb-ajeb dari
biasanya dan semua jiwa
yang terlena terlihat setengah sadar dari sebelumnya serta jiwa yang setengah mateng tetep tidak pernah mateng juga, seketika itu pula
kenyataan yang pahit datang menghampiri muda-mudi yang buta akan indahnya hidup, yang mengharuskan
kita tidak saling beradu pedang antar sesama spesies yang kurang beruntung, disana gue baru
menyadari bahwa mereka semua sebenarnya adalah spesies paling murtad di muka
bumi ini yaitu jang jeng jrong!! GAY!?!
Whaaaaatt?! You Know Gay?!(go-look-at-the-miror-and-u-will-see-what-is-gay-looks-like) dan gue langsung
bergegas ke kamar mandi dengan
pandangan tidak fokus (tapi downy
gue masih terkontrol dengan baik) untuk menyadarkan diri gue sebelum
akhirnya mereka akan menggigit leher gue dan leher downy
gue, juga merusak jaringan saraf dan menularkan
virus berbahaya itu kepada gue.
Sesampainya
di kamar mandi, gue langsung buang air kecil dan mencoba untuk mengeluarkan
racun-racun berbahaya yang masuk ke dalam tubuh gue, dan ketika gue tengok kesebelah kanan, gue lihat ada ember kecil warna merah yang mengarah terbalik ke bawah dan gue berencana membaliknya dengan maksud untuk mengisi air, and you know what..!! ternyata di dalam
ember yang kurang beruntung
tersebut ada harta karun tersembunyi yang telah bersemayam beberapa waktu daripara komunitas pencinta sesama
jenis tersebut yaitu “KONDOM KOTOR!?”(WTF and WWF!!)
dan yang gue bayangin pada saat itu adalah ini kondom bekas hubungan gaib antar sesama jenis dinosaurus jaman purba yang sedang party
di kamar gue dan mereka memasukan si downynya
ke lubang yang tidak seharusnya (kalau downy
bisa menjerit mungkin dia akan menelpon 911 untuk meminta bantuan), dan yang
lebih berbahaya lagi adalah baunya itu, Iyuuuuhhhh
kayak.. jangan dibahas disini, serius bisa-bisa lu rela puasa tiga hari tanpa
sahur dan bermimpi
buruk sepanjang tiga bulan kedepan seperti yang gue alami dulu dan sebenarnya gue nga mau share ini, karena cukup
penderitaan ini gue yang alami (God please
forgive them!), kecuali lu maksa gue untuk cerita gimana baunya, lu
bisa kirim e-mail dan foto mesra kalian ke alamat e-mailnya ki Joko Bodo.
- Teman selalu mencoba untuk dimengerti
dan Sahabat selalu mencoba untuk mengerti -
PROSESSI PINDAH VILA
Sesaat
setelah kejadian itu, gue langsung menghubungi bokap gue untuk mencari tempat
tinggal atau vila baru karena vila lama gue telah dikuasai oleh para robot dari
dimesi berbeda, untungnya bokap gue mengiyakan hal tersebut, gue nga bisa
bayangin kalau ternyata bokap gue menolak perizinan gue, mungkin hari ini jari
kelingking gue udah overside, celana
skiny, baju nyeplak di badan dengan kerah kebuka sampe bulu dada gue harus keluar-keluar,
atau mungkin bokap gue juga termasuk pasukan bawah ember yang menyerang dunia
kita secara diam-diam, that’s i cant
believe!, sejauh ini gue lihat bokap gue masih sedikit macho walau
kadang-kadang suka labil jari kelingkingnya sedikit(nurun ke anaknya).
Kebetulan
pada saat itu temen-temen gue ada yang lagi cari vila kosong buat disinggahi
dan lebih beruntungnya lagi mereka adalah dua orang cewek kampus yang menurut
gue kece walau nga sekece my Jennifer(aghh..
masa lalu) dan mereka setuju kalau gue bisa tinggal bareng mereka, vila
kami ada dua lantai sama dengan vila-vila lainnya karena disana bentuknya
townvila yang monostyle gitu, gue tinggal di bawah sendiri(security) dan cewek-cewek tinggal di atas, sebenernya mereka
mengharapkan gue menjadi satpam mereka walau gue nga dibayar(menyedihkan), tapi kalau ada apa-apa jujur
gue lebih milih lari lewat jendela kamar gue daripada menghadapi maling
bersenjata tajam yang bakal berbuat ekstrim merenggut keperjakaan pantat gue
kalau mereka merasa terancam, dan mereka harus tau kalau cita-cita gue kawin
sama Jennifer belum kesampaian.
Back to topic,
gue mau ngenalin temen-temen cewek satu vila gue yaitu Wening cewek sunda yang
agak semok, putih, bersih kayak ratu solo kena panu dan doyan banget sama warna
ijo dan kodok, mirip kayak ratu pantai selatan, kalau masuk kamarnya gue merasa
lagi ikut uji nyali dunia lain, yang satunya Icha, cewek Indonesia yang gue nga
tau dari daerah mana, yang gue tau doi hobinya galau karena cowoknya jarang
dateng menemuinya dan suka ngerawat anjing golden gue yang waktu itu nyaris
mati kedinginan karena dimandiin malem-malem.
Malem
itu malem minggu, dan gue berencana minta bantuan temen gue buat pindahan, tapi
yang jadi masalah temen-temen gue pada sibuk pacaran pada malam itu dan yang
jomblo pun nga mau kalah, mereka lagi pada beraksi sama gebetan mereka
masing-masing dan gue emang harus cari jomblo nista yang kerjaannya melakukan
ritual aneh di dalem kamar yang terkunci, dan kalau ada temennya ngetok doi
langsung bilang 'sebentar lagi ganti baju' alhasil gue dapetin sahabat gue yang
baik hati tapi tidak tergambar di mukanya yang lebih mirip sama pasukan jihad
yaitu Adria, sahabat gue yang satu ini baik banget, dia rela gue perkerjakan
tanpa imbalan sepeserpun tapi sebagai gantinya gue disuruh dengerin curhatan
dia yang gebetannya dipacarin cowok lain that’s
so rude man!, Jadi malam itu gue berencana melakukan duet bareng Adria buat
pindah-pindahin barang, dari vila gue yang lama ke vila gue yang baru, karena
townvila gitu bentuknya jadi emang nga terlalu jauh buat pindah-pindahan barang,
tetapi cukup menyiksa karena gue harus naik turun tangga dan melewati lembah
serta bukit yang curam(yang ini nga termasuk), dan melawan raja babi xi lau
han(ini juga nga).
Barang
pertama yang coba kita pindahkan adalah kasur tempat tidur gue, nga terlalu gede
ukuran single bed gitu tapi cukup tebel dan berat buat dibawa dua orang yang
jarang olah raga kayak gue sama si pasukan jihad ini, sempet beberapa kali
mentok tembok dan nyaris nambrak motor di jalan akhirnya gue sama Adria
berhasil melakukan pemindahan barang pertama gue dengan sukses dan nafas
ngos-ngosan, alhasil keringatpun bercucuran di sekujur tubuh dan berencana
melakukan istirahat sejenak sebelum masa perbudakan ini dimulai kembali.
Gue
sama Adria duduk-duduk di ruang keluarga vila baru gue, tiba-tiba si Wening dan
Icha dateng, kitapun akhirnya melanjutkan buat ngobrolin masalah-masalah vila
kita yang harus diperbaiki seperti keran air, lampu dan kebersihan rumah, serta
ritual pengusiran roh jahat seperti si Adria ini, layaknya rumah baru emang
harus didekorasi sedemikian rupa supaya enak untuk di tinggali, dan seperti
layaknya rumah yang untuh disana ada majikan, pembantu dan kecoak terbang,
guepun memproklamirkan diri sebagai pembantu yang bersahabat dengan majikan,
jadi dengan ini jabatan gue merangkap sebagai satpam dan pembantu(yang tak
digaji) di vila baru gue, tapi kalau gue pikir itu lebih baik daripada gue
harus tidur sekamar sama makhluk gaib di vila lama gue, sejauh ini gue pikir
masih baik-baik aja.
Setelah
energi kembali penuh, gue dan Adria melanjutkan kembali pindah-pindahanan
barang gue, barang selanjutnya yang akan gue pindahin adalah lemari, mungkin
lebih ringan karena lemari gue yang minimalis gitu tapi karena bahannya kayu
jadi agak susah belok-belokinnya(nga elastis), pas di tangga akhirnya semua
jurus kungfupun kita keluarkan dari jurus menahan beban pake kaki, tangan
dijepit, kaki disilang sampe jurus menjerit karena kaki kejepit, alhasil baru
setengah perjalananpun nafas gue udah kayak babi hutan yang habis kena uppercut Chris Jhon.
Drama
terjadi ketika kita lagi istirahat di tengah perjalanan, tiba-tiba “BROOOOTT.. TTT…
T.. T..” mirip raja babi lagi mabok,
si pasukan jihad pun melakukan bom angin disertai cipratan-cipratan cairan
kimia yang menurut riset gue mampu melumpuhkan kerja otak orang yang terkena
cipratannya, dan beruntunglah karena bom itu tidak melumpuhan banyak orang
karena disitu cuma ada gue yang seketika itu saraf gue sempet berhenti sejenak (i'm gonna die!), Adria tersenyum,
ternyata Adria dari tadi udah nga tahan mau BAB tapi karena rencananya dia mau BAB
habis lemarinya sampai tempat tujuan, tapi apa daya bom sudah meledak, rencanapun
gagal, Adriapun pergi ke toilet meninggalkan gue dan lemari malang gue serta
aroma menjijikan yang menghantui gue serta orang-orang yang lewat di pinggir
jalan malam minggu itu.
Masa
perbudakan pun terus berlanjut di malam itu, sampai pada akhirnya gue dan Adria
berhasil memindahkan barang-barang gue yang emang cuma sedikit ke vila baru gue
dan diakhiri dengan pesta minum air putih berdua bareng pasukan jihad, karena
emang gue belum beli apa-apa dan juga sebagai budak harus lebih banyak
berterima kasih, sesuai janji gue langsung menuju perkarangan atau tempat
duduk-duduk gitu yang emang romantis banget buat pasangan homo, tapi lebih
cocok keberadaan pasangan cowok-cewek disini daripada pasangan marmut dan onta,
Adriapun memulai ceritanya sambil mengunyah coklat murah yang baru aja kita
beli dari minimarket depan vila, dan gue sempet berfikir bahwa ini bakal jadi
penderitaan gue selanjutnya di malam minggu yang seharusnya gue hangout bareng
pacar gue ataupun pacar orang.
Sebagai
sahabat gue di Malaysia, Adria merupakan teman paling deket sama gue, gue
sering tinggal di kamarnya dan kita sering berbagi banyak cerita, mulai dari
kisah cinta, kisah pribadi, maupun hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan
kita, paling sering yang kita ngomongin cewek-cewek kampus yang sexy-sexy,
maklum Adria merupakan jomblo of the year,
tapi sekarang Adria lagi galau masalah gebetannya..
Dan Adria mulai percakapannya :
Adria
: ‘Begini nih ped sebenernya..’
Gue
: ‘Ya..' (dalam hati : Buruan jgn
panjang-panjang njing)
Adria
: ‘Tapi gue bingung mau cerita dari mana..’
Gue
: ‘Dari awal aja..' (dalam hati : kalau
bisa dimulai dari bagian paling akhir)
Adria
: ‘Oke deh sip, Gini nih Ceritanya…’
Gue
: Menatap dengan penuh ketidakpedulian
(dalam
hati : njir kayaknya gue salah ngomong)
Adria
: 'Sebenernya si bla.. bla.. bla..' (pasang
muka serius)
Gue
: 'Oh.. itu berarti si bla.. bla.. bla..
ya bla.. bla.. bla..'
Sambil
nutup muka, takut dikira homo lagi marahan
Satu jam setengah berlalu..
Adria
: ‘Gitu ped ceritanya..’
Pede
: ‘Ohh..' (pasang muka sok ngerti permasalahan)
‘Bagaimana kalau kita lanjutin besok
aja’
Saling menatap selama 5 detik,
bubar..
Mungkin
masalah percintaan doi terlalu akut dan doi bercerita sama orang yang salah,
itu bisa mengakibatkan masalah percintaan menuju jurang yang lebih terjal
menurut gue, gue biasa dengerin curhatan yang cuma ‘wah kalau gitu itu salah
loe..’, ‘wah nga juga kalau gitu itu salah doi…’, ‘wah kalau gitu harusnya
batman kawin sama doraemon..’, jadi sebenernya gue bagian orang yang lebih suka
menyalahkan daripada ngasih solusi, ada baiknya memilih teman curhatan yang
tepat atau galau lu bakal tidak menemukan titik harapan.
(Dhita-Gue-Adria)
Akhirnya
malam itupun kita telah lalui dengan hal-hal yang sungguh tidak menarik, Adria
seperti biasa masih tidak mendapatkan jawaban ketika curhat ke gue, tapi yang
gue bingung kenapa doi masih sering mencoba curhat ke gue, mungkin ada beberapa
hal dalam diri seseorang yang tidak dapat dipendam sendirian, sama halnya
seperti sebuah masalah percintaan, kita butuh teman untuk berbagi cerita
walaupun kita tahu pada akhirnya mungkin tidak menyelesaikan masalah, tapi
dengan sebuah senyuman semua masalah pasti akan terobati.
- Ketika kita berfikir tentang Masa lalu
padahal hari ini adalah masa lalu untuk Masa depan -
TARZAN KAMPUS
Hal
ini tidak pernah menyurutkan gue untuk berlatih bahasa Inggris, karena gue
paham bahasa Inggris gue masih separah nga bisa bedain ‘SEA’ sama ‘SEE’ jadi
kalau dosen bilang ‘look at that sea’ mungkin gue kira ‘lihat mata itu’, dan
gue bakal berfikir ini dosen drama banget, padahal gue udah lama banget belajar
bahasa Inggris yang udah sampai masuk ke level yang paling tinggi, tetapi
kenyataan di lapangan terkadang kurang sesuai dengan teori di sekolah, jadi emang
sulit banget belajar bahasa Inggris kalau kita nga pernah pergunakan itu menjadi
bahasa sehari-hari, jadi pengertian yang masuk ke kita jauh dari apa yang mereka
harapkan atau yang sedang mereka bicarakan, jadi lebih baik diam atau katakan
ini ‘no.. no.. no..’ ‘oh.. yes.. yes..’ ‘oh.. no.. oh.. yes.. aaaghh..’(loh?), semoga berhasil.
- Tidak ada yang lebih mencintaimu dari sosok seorang Ayah dan Ibumu -
RUMPUT TETANGGA LEBIH HIJAU
Sempat ba bi bu ba bi bu
akhirnya gue tanya juga 'Ape seronok itu ke?' (gue jadi ikutan terhasut tiga bahasa
dengan logat semi katak keselek biji duren), 10 detik si dosen maksa mikir buat
translate bahasa Malay ke bahasa Indonesia, akhirnya doi pake bahasa Inggris
juga, 'Seronok mean enjoy' (akhirnya!),
'oh oke miss.. i spent my holiday with my fams, i went to bali' bales gue..
memang beberapa kosa kata kita mirip dengan Malaysia tapi memiliki arti yang
jauh berbeda seperti rumah sakit bersalin menjadi rumah sakit korban lelaki,
mungkin saran gue lebih baik pake bahasa Inggris daripada lu harus maksa pake bahasa
korban lelaki(loh..?).
- Jangan buat aku untuk Mengingatmu
tapi Buat aku untuk tak bisa Melupakanmu -
GEMBLES IN THE NIGHT LIFE
Malam itu pun tiba dan kita para mupengers sempet foto-foto dulu di kamar, walaupun baju minjem Gepin, celana cut bray era 80'an, dan rambut ababil begini, gue harus tetep terlihat kece layaknya seorang cowok clubber gitu dengan gaya yang sok cool plus banci kamera tapi pingin dibilang Hot(labil abis!), kalau gue mungkin lebih kelihatan kayak homo terjebak pergaulan bebas, dan di kamar Gepin kita sempet melakukan gaya-gaya aneh yang mungkin membenarkan bahwa mitos gay menular itu memang terjadi.
Sesampainya di Kuala Lumpur, kita janjian di daerah dekat Paviliun, ternyata mereka udah menunggu kita terlebih dahulu, ada Ayu, Abi dan Sofia, sewaktu gue lihat si Sofia lucu banget pake syal warna coklat, pipinya yang tembem gitu ingin gue cubit-cubit sampe merah-merah, tapi gue harus jaga image, karena first impression gue bisa gagal total, stay cool, pasang muka sok keren, pasang perut buncit(menurut loh?), ini paling nga bisa ditolelir, karena gue udah mencoba olah raga tapi tetep hasilnya adalah one pack, satu-satunya yang harus gue lakukan adalah tahan nafas selama dua jam dan bakal berakhir dengan kematian gue sebelum cita-cita gue terwujud sebagai gembala tapir.
Beberapa hari di Jakarta gue lalui dengan jalan-jalan sama Sofia dan beberapa kali bareng Hari Bre juga, sampai saatnya si Sofia harus ketemu temen-temen kampusnya serta kakak seniornya pada suatu malam kita membuat janji di daerah jalan Jaksa, di sebuah Restoran China, kita menyantap makanan yang pada malam itu nikmat sekali, sampai ketidaknikmatan itu terjadi ketika Sofia harus bergabung bersama kakak seniornya karena besok harus jalan ke Bandung bareng mereka, jadi gue harus berpisah sama Sofia sampai disini, tetapi gue tetep nga habis pikir dan malam itu juga gue berencana ke Bandung bersama sahabat gue yang bernama Indra yang akan tinggal di kosannya Adit di daerah Buah Batu, sebenernya nenek gue tinggal di daerah Bandung juga, tapi gue lebih memilih di tempat teman gue karena lebih bebas, wild life.
Pada akhirnya jam film gue mulai, kitapun bergegas menuju theater XXI yang berada di mall Paviliun lantai paling atas, setibanya di pintu masuk 'Daaaaarrrrrrr' ternyata tiket kita hilang saudara-saudara, kita mencoba mengingat-ngingat kembali hal-hal yang mungkin terjadi tadi, gue sama Sofia fix menyalahkan Galih karena kita sepakat untuk berkonspirasi bahwa yang megang tiket terakhir adalah Galih, Galih bingung tetapi tidak menyesal, dia mencoba mencari koalisi, tapi yang ada hanya sedotan dan kentang goreng, syarat koalisi adalah makhluk hidup, dia putus asa dan berencana mau menusuk dirinya dengan sedotan, berakhir gagal.
- Ketika kita berfikir tentang Masa lalu
padahal hari ini adalah masa lalu untuk Masa depan -
TARZAN KAMPUS
Ini
hari pertama gue kuliah di negara orang, dan gue merasa canggung banget karena
bahasa Inggris gue masih semi tarzan, jadi kalau gue ketemu makhluk asing yang
ternyata bahasa Inggrisnya kurang juga, kita bakal menjadi duo tarzan yang
kebingungan nyari arah jalan pulang, but
gue nga begitu kahawatir, ternyata temen-temen gue disini jago-jago bahasa
Inggrisnya karena kampus kita merupakan kampus swasta, jadi jarang banget ada orang
pribuminya (Malaysia), dan orang-orang Malaysia biasanya bersekolah di sekolah
pemerintah karena mendapat subsidi dari pemerintahnya, kalau di kampus ini kebanyakan
mahasiswa dari luar Malaysia seperti dari Jepang, Korea, Botswana, Thailand,
dan suku Malaysia yang tidak menganggap dirinya makhluk dari Malaysia seperti
si Mr.V
Well
ini hari pertama gue di kelas, gue melihat temen gue beraneka ragam, hijau,
kuning, kelabu, merah muda dan biru, meletus dosen gue ‘DOOOORRR..’ akhirnya nga kuliaaahh~ dosen ku enga ada~ jadi gue
bisa pulaaanngg~ yeee(nga nyambung
ngook..), gue ngeliat temen gue yang duduk di belakang meja gue, putih
bersih kayak baru di cat ulang mukanya pake cat dulux, trus kayaknya tuh muka
gue kaya familiar banget, mungkin gue kenal atau mungkin nga, atau mungkin yang
gue inget karena gue sering nonton film gitu, tapi bukan drama korea tapi yang
korea-korea juga pokoknya, pokoknya ahh.. korea lah(titik,3gp).
Mulai
dengan sapaan menggoda gue ‘Hallooo~yoooo~soo~… my name is Aryo, what is your
name?’ dan dia menjawab dengan logat korea gitu H-Aa-Ll-Oo.. i'm Hye trus doi
senyum-senyum manis gitu dan gue jadi merasa tergoda(sedikit norak), gue mulai aja dengan bahasa Inggris gue yang semi
tarzan gitu, rencananya gue mau belajar bahasa Inggris kalau gue bisa ngomong
sama doi, dan beberapa saat kemudian.. eng~ing~eng~..
dia juga mengeluarkan jurus tarzannya, dan seketika itu pulalah kita menjadi
duo tarzan yang rencananya akan membela kebajikan di tanah Malaysia ini!! (ternyata kita sama-sama nga lancar berbahasa
Inggris).
Rencana
gue belajar bahasa inggris akhirnya gagal total, gue baru tahu kalau ternyata
orang-orang dari Korea bahasa Inggrisnya ada beberapa yang semi tarzan juga
kayak gue, mungkin orang Jepang juga, tapi kayaknya gue nga ada rencana pengen
coba ngobrol lagi ke orang yang salah, soalnya gue disini bukan latihan mau
jadi Tarzan labil yang beranjak dewasa, tapi terkadang kondisi harus memaksa
gue lagi kembali ke zaman purba.
Sampai
akhirnya gue ketemu Natalie, orang Australia yang mukanya semi Asia gitu,
dengan gaya sok asik gue langsung sapa aja ‘Hi.. how are you?’ dan dia bales
dengan serangan bertubi-tubi ‘Hi.. im good what about you %$^&%$$#%^%&%^$%^$#%$#%..’ bagaikan terkena tendangan sepdahnya
Liu Kang mortal kombat, akhirnya otak guepun sempet konslet beberapa menit,
yang memaksa gue untuk mengeluarkan jurus tarzan cepirit komat-kamit, Nataliepun
kebingungan meladeni gue, kelihatannya doi memutuskan untuk cabut daripada
orang-orang disana mengira doi digangguin Tarzan labil, akhirnya rencana part
dua guepun gagal lagi, kejadian tadi malah terlihat seperti Tarzan vs Liu Kang,
dan sekarang keadaan memaksa gue untuk sok-sok mengerti kalau dosen nerangin,
maupun temen-temen ngobrol sama gue, berharap suatu malam tiba-tiba gue berubah
menjadi orang bule yang baik hati dan suka menolong Tarzan-tarzan kebingungan
yang berada di kampus ini.
- Tidak ada yang lebih mencintaimu dari sosok seorang Ayah dan Ibumu -
RUMPUT TETANGGA LEBIH HIJAU
Sering kali gue kangen sama negara gue sendiri yaitu Indonesia,
walaupun terkadang gue sedih melihat perkembangan di negara gue ternyata kalah
jauh sama di negara tetangga kita ini, kita ambil contoh aja gardu toll disini
udah canggih banget semua serba otomatis, gue tinggal masukin uang ke mesin dan
si mesin ngembaliin uang ke kita dengan benar, kalau ada masalah tinggal klik
tombol bantuan dan tinggal tunggu petugas yang datang untuk membantu kita, ada
juga yang udah pake chip atau kartu di mobilnya, ini lebih asik lagi jadi kita
nga perlu buka kaca mobil, langsung 'Blassssss'
palang pintu kebuka dengan sendirinya, jadi sebagian besar di negara tetangga
kita ini semua udah serba otomatis dan modern, udah nga ada lagi petugas yang
jaga di pintu toll(sambil dengerin dangdutan).
Melihat perkembangan fashion di negara tetangga tidak jauh dengan
di negara kita, terkadang gue lihat di Malaysia siang-siang dengan udara yang
bersih, jarang ada polusi, serta matahari yang terik sama seperti di Jakarta,
beberapa cewek-cewek dengan hotpants(celana pendek se-paha), kaca mata hitam,
kaos tipis dengan sepatu yang lucu-lucu terlihat di sepanjang jalan di Kuala Lumpur,
dan pemandangan itu menjadi pemandangan yang biasa gue lihat disana, gue
berfikir bahwa perkembangan fashion disana memang sangatlah maju, para muda
mudi ingin tampil se wahh mungkin, mereka berpakaian layaknya seorang model,
tidak terlalu jauh sama di Indonesia pemandangan tersebut, cewek-cewek dengan
hotpants, baju kaos, paha item, muka putih dengan sepatu yang agak kurang
maching menjadi pemandangan yang biasa kita lihat di Ibukota, para model
cabe-cabean yang mungkin bangun kesiangan.
Banjir mungkin menjadi masalah yang tidak terlihat lagi di negara
tetangga kita ini, mereka punya trowongan yang namanya SMART Tunnel, fungsinya
mengaliri air hujan yang berlebih ke sungai-sungai daerah sekitar Kuala Lumpur
sehingga menghindarkan Kuala Lumpur dari banjir pada musim hujan, karena Kuala
Lumpur merupakan pusat district Malaysia yang tidak boleh mati, trowongan ini juga
berfungsi sebagai jalur bebas hambatan untuk kendaraan roda empat agar
mengurangi arus kemacetan di musim kemarau, lain halnya dengan negara kita
punya trowongan Casablanca yang berfungsi sebagai tempat bersemayamnya roh-roh
jahat yang kurang istirahat, Sadiss..
Dalam beberapa hal negara tercinta kita ini memang kalah, tapi
tunggu dulu.. kita masih punya beberapa hal yang lebih dari negara tetangga
kita ini, selain korupsi yang overdosis,
kita punya makanan yang menurut gue jauh lebih nikmat dibandingkan dengan
negara tetangga kita ini, saking kangennya sama masakan Indonesia, gue selalu
mencari kafe-kafe Indonesia disana dan orang-orang dari negara lainpun suka
dengan masakan Indonesia yang terkenal nikmat sekali, walaupun rasanya berbeda
sedikit dari aslinya, tetapi jenis makanan yang disajikan mendekati serupa
dengan di Indonesia jadi bisa mengobati rasa kangen gue akan cita rasa sejati masakan
Indonesia, apalagi masakan Padang, wuiihh kata pak Bondan 'Maknyooossss..'
Gue seneng banget makan nasi uduk atau pecel lele gitu, yang biasa
jual di pinggiran kalau udah menjelang sore sampai malam hari, ternyata di
Malaysia ada juga makanan yang menyerupai nasi uduk, namanya nasi minyak, emang
terdengar horor menurut gue waktu
pertama kali denger kata-kata ini, karena nasi minyak itu kalau digoreng jadi
nasi goreng dan kalau tidak digoreng jadi nasi basi yang berbahaya untuk di konsumsi.
Eits tunggu dulu nih.. nasi minyak itu sebutan untuk nasi uduknya
Malaysia(uhuk-uhuk.. nasi uduk kw5) memang dalam beberapa sebutan kata-kata
dalam bahasa Melayu agak kasar menurut gue, pernah disuatu ketika dosen Malaysia
gue maksa ngobrol pake bahasa Indonesia gitu, ceritanya gue habis liburan dan
doi nanya ke gue 'Aryo.. seronok tak holiday kamu?', kalau menurut gue ini tiga
bahasa dicampur jadi satu(aneh memang!), dalam hati gue sempet berfikir
bahwa liburan gue habiskan bersama cewek-cewek semi-nude gitu di pinggirian
pantai dan kita mabok sampe pagi and
maybe she wants to join us.
- Jangan buat aku untuk Mengingatmu
tapi Buat aku untuk tak bisa Melupakanmu -
GEMBLES IN THE NIGHT LIFE
Setelah melakukan aktifitas yang menjenuhkan di weekday, rencananya gue sama temen-temen
vila gue yang lama mau bareng-bareng ke night club pas liburan, si Vince punya
banyak kenalan anak-anak gaul Malaysia gitu ceritanya, dan kita para mupengers
dapet invitation di salah satu night club ternama(walaupun gue nga tau namanya)
di daerah Kuala Lumpur, akhirnya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi malam
kita yang akan menjadi euphoria para alay yang terjebak pergaulan di Malayisa, dasar alay woy!.
Rambut gue yang semeraut waktu itu bakal menjauhkan gue dari para
harim-harim night club kalau gue pikir-pikir, dan Gepinpun memploklamirkan
dirinya sebagai tukang cukur dadakan amatiran yang sudah merenggut banyak
korban jiwa karena cukuran ajaibnya, beberapa hal yang harus gue pikirkan
adalah sulitnya mencari babershop di daerah vila gue, akhirnya dengan berat
hati gue memberanikan diri dicukur oleh tukang cukur karbitan merangkap banci
taman lawang, sesuai yang udah gue duga dari awal cukurannya lebih mirip rambut
babi hutan yang mati di bakar masa daripada rambut gue sebelumnya yang lebih
mirip rambut Justin Bibir habis diperkosa gay.
Demi perbaikan kepala gue yang udah mirip Ikyusan kena tampol Jack
Sparrow, gue minta Gepin untuk mencukur kepala gue lagi dengan cukuran mohawk
versi dia, berharap lebih mirip El Sharawy kena kurap daripada mirip Ikyusan
begini, dan setelah dicukur oleh Gepin ternyata rambut gue lebih mirip sama
Balotelli kena panu, rasanya pengen gue tusuk lubang pantatnya gepin pake stick
baseball, trus gue udek-udek dalemnya.
(Gepin-Shanon-Gue-Vince-Archi)
Malam itu pun tiba dan kita para mupengers sempet foto-foto dulu di kamar, walaupun baju minjem Gepin, celana cut bray era 80'an, dan rambut ababil begini, gue harus tetep terlihat kece layaknya seorang cowok clubber gitu dengan gaya yang sok cool plus banci kamera tapi pingin dibilang Hot(labil abis!), kalau gue mungkin lebih kelihatan kayak homo terjebak pergaulan bebas, dan di kamar Gepin kita sempet melakukan gaya-gaya aneh yang mungkin membenarkan bahwa mitos gay menular itu memang terjadi.
Permasalahan pertama yang terjadi adalah mobil ternyata penuh
karena ada temennya Vince yang nyetir mobil, dan makhluk yang paling pantas dikorbankan
adalah gue, tampang nga cocok buat bergaul di dunia malam, minimal bagasi udah
pas buat gue, mengharukan memang menjadi homo yang beranjak dewasa.
Akhirnya kita terpaksa sempit-sempitan di dalam mobil, baru
beberapa menit berjalan tiba-tiba kita melihat razia polisi Malaysia, dan
terpaksa beberapa orang dari kita harus berjalan melewati razia karena batas maximum
penumpang mobil adalah dua orang penumpang depan dan tiga orang penumpang
belakang, akhirnya temen gue jalan berdua dan gue tetep di dalam mobil dengan pengharapan
nih polisi bakal mengkasihani muka gue, atau salah-salah gue bakal ditangkep
dengan alesan muka gue dibawah standar hidup kelayakan sebagai manusia, keras!.
Lagi asik-asik dengerin lagu di dalem mobil dengan nuansa musik
house yang tidak terinfluence musik house Indonesia tiba-tiba mesin mobil mati,
and you know what..? mobil mogok
kehabisan bensin, oke fine.. kita
sekarang lebih mirip tukang bengkel yang ngarep clubbing daripada pria macho
dengan bulu dada klinis habis di bleaching pergi clubing, ini satu-satunya
keberuntungan kita yaitu pom bensin yang ternyata tidak jauh dari tempat mobil
kita mogok, alhasil para mupengers pun mendorong mobil sampe pom bensin dan
karena kondisi tubuh yang lebih mirip atlet balet habis kena sodomi, akhirnya
kita setuju untuk istirahat sejenak di pom bensin sebelum kita melanjutkan
perjalanan tujuan kita dengan kondisi yang mengenaskan.
Perjalananpun kita lanjutkan dan berdoa agar kita dijauhkan dari
segala macam marabahaya yang mengancam kita seperti yang terjadi sebelumnya,
memang niat kita tidak jauh seperti muka gue saat ini, lebih mirip seperti
para pemerkosa yang sedang mencari mangsa, tapi hati kita yang baik
ini sebenarnya ingin mencari hiburan disela-sela kesibukan kita sebagai maho
yang terbuang.
Akhirnya kita sampai pada suatu tempat yang kelap-kelip dan ramai
mobil-mobil mahal dari kelas Audi sampai Jaguar, walaupun para mupengers
menggunakan mobil Proton(mobil buatan Malaysia yang mungkin tabrakan sama bajaj
aja bisa meledak) tapi kami tetap tampil kece, ternyata disana terdiri dari
beberapa club gitu dan jalan-jalan masuk yang lumayan lebar untuk mobil
berlalu-lalang, Vince sedang menelpon kawannya untuk mencari tempat dimana
nanti kita para mupengers akan bersemayam, jalan demi jalan kita lalui, para
ladies terlihat dijalan-jalan, jalan-jalan kita lewati, lewati, dan lewati lagi
ternyata jalan yang sama, mereka diluar melihat ke arah kita, keadaan mulai
genting, para ladies tiba-tiba masuk ke dalam, kita terlihat seperti pedofil
yang lagi mencari mangsa.
Beberapa saat berlalu dan gue baru sadar kalau kita ini tersesat
di jalan-jalan tempat clubbing, Vince berkali-kali menghubungi kawannya dan
terlihat sulit sekali kawannya untuk dihubungi, akhirnya kitapun memutuskan
untuk memarkirkan mobil dan turun keluar untuk melihat kondisi di jalan-jalan
yang ramai para lelaki yang tampil cool dengan wanita-wanita yang terlihat
sexy, dan kayaknya penampilan kita bakal merusak mood mereka.
Kita menunggu beberapa saat di depan club, kita lebih terlihat
seperti germo-germo homo yang sedang menjajakan dirinya, beberapa saat kita
menunggu Vince mendapat kabar dari kawannya hujanpun mulai turun rintik-rintik
dan akhirnya kita hanya bisa menepi di kafe-kafe depan club yang sudah tutup,
mulai dari bercandaan kecil sampai kita kelelahan menunggu, kitapun mulai
duduk-duduk tidak jelas diatas bongkahan-bongkahan kayu, keadaan semakin miris
ketika akhirnya tidak ada kabar lagi dari kawannya Vince, dan layaknya seorang
gembelers yang mengalir di dalam gorong-gorong jiwa kita, akhirnya kita
berencana gulung tikar dan berencana hanya meratap kepada pengunjung yang
datang untuk memberi belas kasihan.
Rencanapun gagal tapi kita tidak kehabisan ide untuk mengisi malam
kita yang berakhir seperti rambut gue ini, akhirnya kita menuju suatu tempat
dimana kita bisa minum bareng sembari ngobrol santai bareng disertai bercandaan
kampung ala mupengers, akhirnya kita menuju suatu kafe yang masih buka pada malam
yang menyedihkan itu, tempatnya lumayan luas dan ada layar besar untuk menonton
siaran televisi, kitapun menelpon kawan kita yang mungkin juga tersesat pada
malam itu untuk bergabung, dan pada akhirnya malam itupun kita habiskan disana,
bersantai dengan beberapa minuman beralkohol disertai candaan kecil bersama
teman-teman terdekat ternyata terasa lebih indah dari segalanya.
(Gue-bersama-yang-terdampar)
- Kerja
keras akan membawa kita
kepada apa yang kita Butuhkan bukan yang kita Inginkan -
UPIN IPIN TERJEBAK
PERGAULAN
Waktu menunjukan pukul sembilan malam itu, gue biasa kumpul bareng
temen-temen di vila temen gue, kita biasa nanyi ramai-ramai sambil minum-minum
dan tertawa bersama dengan sedikit candaan-candaan kecil kala itu, seketika itu
Fajar(kawan gue, temen satu vilanya Adria) mengajak gue untuk jalan-jalan ke
kampus ceweknya di Universitas Islam Antar Bangsa (translate: International) yang tempatnya lumayan jauh dari daerah
kita, mungkin kita akan naik train yang bakal makan waktu sekitar satu setengah
jam, kalau naik kuda mungkin bisa makan arwah kita setengah. 'kita akan nginep
disana semalem!' seru Fajar bersemangat, gue mengiyakan dengan muka pasrah (padahal seneng!, gue cool) gue rela
dibawa kemana aja asal sama kamu, oke dengan ini gue menyatakan kalau gue resmi
tertular!.
Setelah semalaman suntuk gue habiskan di vila kawan gue, akhirnya
gue balik untuk beristirahat, mempersiapkan perjalanan besok bersama kawan baru
gue si Fajar, sesampainya di vila, gue lihat piring kotor masih belum dicuci
dan kondisi rumah lebih mirip sama tragedi bom bali yang menyerang vila gue,
gue baru inget kalau cewek-cewek di vila gue sedang pada liburan bareng
cowok-cowoknya, jadi ini tugas gue sebagai Marno
sang pembantu malang yang habis pulang main dari rumah pembantu tetangga untuk
bersih-bersih rumah sebelum sang majikan pulang.
Pekerjaan gue sebagai Marno
sang pembantu malang yang ditinggal majikannya pun akhirnya selesai, setelah
gue menggunakan jurus mencuci cepat kalau
masih kotor derita loe njing, semua udah gue bersihin sampai bersih dan ada
satu hal yang nga bisa gue bersihin sampai sekarang yaitu hati gue (curcol mode : on), waktu menunjukan
pukul tiga pagi dan ini waktu yang telat banget buat gue untuk tidur, bisa-bisa
gue kesiangan dan gagal untuk berkemah di kampus tetangga bareng Fajar, dan
niat gue yang paling utama untuk mengakhiri masa kejombloan gue di Malaysia ini
akan terancam gagal, sampai akhirnya gue harus mengikhlaskan bo'ol gue di tusuk
sama Mr.V di kamar mandi(sekian).
'Dug.. Dug.. Dug..' 'Dug.. Dug.. Dug..'
'Woy ped bangun!, bangun woi!' seru seseorang yang sudah merusak mimpi indah
gue di pagi hari, 'Wanjriiitt..!!'
gue shock setengah maho, ternyata gue ketiduran di ruang tengah dan Fajar
mencoba membangunkan gue dengan menghampiri vila gue, karena ternyata HP gue
mati! gue buka pintu, Fajar marah 'Ped gile lu, tau nga ini jam brp?' gue lihat
jam ternyata udah jam sepuluh dan gue udah telat 3jam dari waktu yang
ditentukan, guepun minta maaf dan langsung segera bersiap-siap untuk melakukan
perjalanan gaib ini.
Gue memakai baju paling bagus yang gue punya waktu itu walau agak
nga matching sama celana gue, yang baru gue inget ternyata celana gue masih
pada di Laundryan semua (mati dah gue!),
seketika ketidak matchingan ini terlihat seperti Doraemon yang salah bergaul,
gue nga tau harus bawa barang apa, jadi gue masukin barang-barang yang menurut
gue bakal mengurangi penderitaan gue disana dan dianggap gaul seperti kaca mata
hitam yg dipakai anak-anak band jaman sekarang ketika lagi manggung di
Dahsyat(acara TV yang biasa di barengi dengan adegan labil cuci-cuci jemur-jemur),
kayaknya mereka lebih terlihat seperti kumpulan cowok-cowok yang kehilangan
jati diri.
Jam menunjukan pukul setengah dua belas dan kami bergegas untuk
berangkat, dari vila kita menggunakan bus yang masih gratis dibiayai oleh
pemerintah daerah Cyberjaya - Putrajaya, bus yang sangat bersih dan rapi serta
dilengkapi fasilitas seperti televisi dan air conditioner akan mengatar kita ke
stasiun kereta yang berada di pinggiran kota.
Sesampainya di stasiun kereta, kita memilih kereta yang berhenti
di Bukit Bintang - Kuala Lumpur karena ternyata kita tidak bisa langsung menuju
Asrama kampus Universitas Islam Antar Bangsa, karena sudah terlalu siang untuk
bolak balik jadi kita janjian di tengah, sesampainya di Bukit Bintang kita
langsung menuju tempat yang dijanjikan, karena gue jarang jalan-jalan dan ini
masih menjadi masa orientasi gue di Malaysia, jadi gue menyerahkan seluruh
guide jalan ke Fajar, kalau ternyata Fajar nyasar juga maka gue harus
mengeluarkan pintu ajaib.
Kita sudah sampai ke tempat yang ditentukan dan ternyata mereka
masih belum pada datang, kita datang lebih cepat dari yang diperkirakan, gue
sempet tegang trus lemes, trus tegang lagi trus lemes lagi(Maksudnya njing?) bukan karena gue mau ketemu ceweknya Fajar maupun
temen-temen cewek ceweknya Fajar ataupun cewek cewekan ceweknya cewek temennya
cewek Fajar yang cewek(Terserah!),
tapi lebih karena baju gue yang emang nga matching untuk ketemuan sama cewek
untuk yang pertama kali, mungkin gue lebih cocok mangkal di comberan, jadi gue
memutuskan untuk pergi mencari comberan terdekat.
Akhirnya yang kita tunggu-tunggu datang juga, mereka lebih kece
daripada apa yang gue bayangkan sebelumnya, ini memang melebihi kriteria gue
yang masih berstandart SNI, cewek Fajar yang menurut gue telah membuktikan bahwa
cinta itu memang buta, Fajar yang belum gue deskripsikan sebelumnya itu
terlihat seperti anak monyet yang belum mandi tiga hari tiga malem yang
membusuk di dalam tong sampah yang terbuang disuatu tempat yang tersembunyi di balik
goa, item, dekil, dan kesurupan, beda banget dengan ceweknya yang bernama Anindia
atau biasa dipanggil Uya terlihat seperti putri kerajaan yang putih bersinar,
jadi kalau mereka jalan berdua terlihat seperti Paris Hilton yang lagi bawa
peliharaan beruknya yang belum dimandiin, mungkin lebih parah karena Paris Hilton
mungkiin bakal koma seminggu kalau tiba-tiba ngelihat muka peliharaannya.
Temen-temennya si Uya ada empat orang cewek dan dua orang cowok,
salah satu temennya ada yang namanya Citra, perawakannya terlihat semi-semi
India di mix sama Pakistan gitu, jadi wajahnya sensual abis, buat gue naksir
pada pandangan pertama dan menahan celana gue yang tiba-tiba menyempit, membuat
pergerakan downy gue sangat susah gue
redam pada saat itu, sampe gue sempet berfikir buat merubah posisi gue yang
semakin meliar.
'Hallo.. gue Uya..' sapanya, 'Hallo.. gue Pede..', 'Ha..?' doi
menatap gue bingung, 'Iya nama gue Pede, singkatan dari nama panjang gue' ini
yang gue sering permasalahkan ketika gue berkenalan sama orang, jadi gue harus
menjelaskan dulu asal mula kenapa nama gue menjadi sangat begitu tidak mirip
dengan muka gue yang tidak imut sama sekali, dan kalau gue tanya balik kenapa
nama lu Uya, impossible to do that..
dan gue terpaksa harus kembali lagi ke comberan.
Bagian tersulit saat gue kenalan adalah ketika gue lagi
memperkenalkan diri gue sama dosen atau spesies sejenisnya, karena menurut gue
sungguh memalukan memproklamirkan diri bahwa nama gue sangat unik dan itu telah
gue sahkan di atas materai enam ribu rupiah serta disaksikan oleh bapak Presiden
bahwa nama itu merupakan kependekan dari nama panjang gue, itu nga banget!, dan orang yang pingin gue mutilasi saat itu juga
adalah Jaesa.
'Hallo.. gue Citra..' sapa gebetan gue ini, sekarang gue agak
gugup bercampur sok cool, dan bingung menjelaskan kenapa gue dipanggil Pede
'Hallo.. gu.guu.ee.. Pee.Teee..', 'Ha?!? Pete??'
Citra kaget setengah mampus, gue lompat, walaupun Pete emang nama yang paling
cocok buat gue, gue nutup mulut sembari menahan kentut yang udah maksa keluar
dari lubang gue yang paling tidak terhormat, setelah lima detik hening disertai
sikap ulet yang lagi ditusuk pake lidi akhirnya kentut guepun nga jadi keluar, gue selamat!, baunya bisa nyamain nama
gue yang baru gue sebut dan itu menjijikan, mungkin Citra bakal ilfil berat
sama gue dan gue harus berakhir di comberan lagi.
Dua teman cowok mereka yang lainnya adalahnya Abi dan Daniel,
mereka sahabatan juga tapi bukan pasangan homo, karena gue udah paling nyerah
kalau ketemu sama makhluk-makhluk tak diundang tersebut, dan temen cewek yang
lainnya adalah Ocha, mereka dari Indonesia juga, perawakannya cantik seperti
gadis pada umumnya tapi standart cewek yang kuliah di luar negeri bukan
standart cabe Indonesia, dan mengapa mereka berkuliah disana? gue juga nga tau,
karena gue sendiri aja nga tau kenapa bisa terdampar di kampus gue ini.
Layaknya seorang pembantu yang baru keluar dari rumah majikan, gue
banyak bertanya tentang segala hal yang gue lalui, dari mulai nama jalan, nama
toko sampai jenis tokai yang barusan gue injek di jalan, gue kepo bercampur
norak saking gue baru pertama kali jalan-jalan jauh di Malaysia ini, terpaksa
sok cool gue berubah mejadi anak kampung yang terjebak pergaulan.
Kita berjalan-jalan menyusuri jalan di daerah Bukit Bintang yang ramai
banget dengan pusat perbelanjaan dan lampu kelap-kelip menyinari jalan, kalau
menurut gue ini pusatnya Malaysia gitu, di Singapore mereka punya Orchad Road,
di Jakarta mereka punya Sudirman, di Bali mereka punya Legian, di Jogja mereka
punya Malioboro, tapi di hati gue cuma punya Citra seorang(hueekk..).
Time to go back to asrama kampus UIA, malam ini udah cukup melelahkan buat gue dan
temen-temen gue, kita menghabiskan waktu di tengah indahnya kota Kuala Lumpur, that's was so amazing and i really love it
actually, perjalanan dari Bukit Bintang ke asrama kampus UIA(Universitas
Islam Antar Bangsa) menggunakan train dan juga kereta monorail gitu, jadi
seperti negara-negara maju pada umumnya, Malaysia sudah menggunakan
train(dengan berbagai macam jenis) sebagai sarana transportasi masal, kalau
maksa pengen pulang pakai delman, mungkin Jogja adalah tempat liburan yang
tepat, walaupun begitu Indonesia selalu menjadi tempat terbaik buat gue di dunia
dan hati gue ini.
- Jangan
pernah berhenti Belajar
karena hidup takkan pernah berhenti Mengajarkan -
CINTA.. MUDAH DATANG, MUDAH PERGI
Ternyata kampus tetangga nga seindah yang gue
bayangkan, walaupun terlihat lebih besar dan lebih megah tapi gue lebih cinta
kampus gue, karena lebih rindang dan banyak cewek-cewek sexy tentunya, sewajarnya kampus gue itu swasta dan kampus
mereka itu negeri, jelas lebih banyak anak M-alay
yang berkuliah universitas negerinya karena mendapat subsidi dari pemerintah Malaysia kalau
kampus swasta pasti jauh lebih mahal, so membuat kampus gue lebih banyak pendatang
yang berkuliah disini dan menjadi tempat berkumpulnya para wanita kece yang nga
mau bertemen sama laki-laki norak kaya gue, titik.
Suatu malam gue menginap di asrama kampus UIA, dan
gue merasa kayak preman tersesat di
pengajian,
karena suasana kampus ini islami banget dan gue dengan
tampang kriminal, tangan bertatto, dan baju yang belum ganti selama
seminggu berada di dalam kampus yang asramanya lebih mirip asrama haji menurut
gue, dilarang berisik, dilarang ngerokok, dilarang bawa cewek, ada jam
malamnya, tapi boleh bawa homo, aneh!.
Gue jadi agak sulit bergerak disini,
salah-salah gue bisa diarak keliling asrama dan dibakar masa kayak film
babi ngepet, jadi gue selalu memasang muka senyum kepada setiap orang yang
lewat walaupun gue ngerti banget kalau senyum gue bisa membuat sial orang
yang melihatnya dan mungkin berakhir dengan kesurupan, gue mencoba berprilaku
sopan di sekitar lingkukan asrama dengan tidak melakukan tindakan-tindakan
mencurigakan seperti melakukan tarian gangnam
style di tempat-tempat terbuka.
Sampai pada suatu malam kita rencananya mau
hangout ke daerah yang asik gitu di Petaling
Jaya, mau cari tempat
makan yang berada di daerah bukit-bukit dan bisa melihat kelap-kelip
lampu malam di Malaysia dari
ketinggian dan bisa merasakan sejuknya hawa perbukitan ditemani bintang-bintang
yang berkilau terang pada malam itu, sebagai tour guide kita mempercayakan lagi
kepada Fajar yang menurut gue dengan tingkat kesotoyannya bisa membawa kita
kepada jurang kesesatan dan karena kepercayaan gue terlalu murah harganya mumpung lagi
cuci gudang juga akhirnya gue tetep mempercayakan Fajar
sebagai sang messaiah yang mengarahkan kita ke daerah tujuan kita tersebut,
dengan bermodalkan internet yg low loading, peta bajak laut dan otak yang
kosong, Fajar
memulai perjalanan gaib kita.
Sambil menunggu
mobil pinjaman kita datang, sebelum berangkat rencananya kita bakal
menjemput temen-temen cewek kita di asrama putri UIA, tapi kegiatan ini adalah
kegiatan ilegal karena menyalahi peraturan asrama yang melarang kaum Adam
memasuki asrama kaum Hawa di universitas tersebut, tapi bermodalkan
mental bajak laut dan nyali homo
tulen akhirnya kita
memberanikan diri menuju asrama putri dengan mengunakan mobil pinjaman kita,
yang rencananya akan menjemput adalah gue, Fajar,
sama Daniel,
ya minimal kalau ketauan security, gue sama Fajar cuma diusir keluar dari kampus dengan sedikit
luka bacok di kepala dan Daniel mungkin bakal diskors atau mungkin
dikeluarkan dari kampus, tapi Daniel yang bakal nunjukin kita ke jalan yang
aman ke arah asrama putri tersebut, memang kompleks universitas ini besar
sekali, karena selain kampusnya yang banyak, disana ada juga
asrama, tempat
makan dan fasilitas-fasilitas
yang disediakan oleh kampus seperti lapangan bola, bulutangkis, kolam renang
dan kolam susu.
Fajar Menyetir, ‘Jar, pelan-pelan nanti kita
ketauan sama security’ saut gue takut-takut, ‘Tenang gue udah sering jemput
cewek gue disini’ Fajar mulai sotoy, ‘Kiri.. Kiri..’ kata Daniel
ngasih petunjuk,
tiba-tiba terlihat security cewek sedang berjaga-jaga, seketika itu pula kita
menunduk bersama terlihat seperti three idiots yang sedang mengumpat dari serangan musuh, ‘dag dig
dug.. dag dig dug..’ Jantung gue kayak mau lepas dari dada gue ke dadanya Brad Pitt
selama beberapa detik, dan akhirnya kita bisa lewat juga tanpa terdeteksi oleh
si security aneh tersebut.
Gue nga
habis pikir kenapa kita bisa lewat?, apa mungkin si security 1). mengalami
rabun ayam atau kebutaan pada malam hari, 2). Si security pernah muda kaya lagunya bang haji
Rhoma jadi membiarkan kita lewat, atau 3). mungkin si security ketakutan ngeliat mobil
gaib yang jalan tapi nga ada isinya, jadi dibiarin lewat daripada kesurupan
mending pura-pura nga liat, apapun yang terjadi pada security itu yang penting
kita bisa lewat dengan selamat, so
perjalanan kita masih aman sejauh ini, semoga
sang security baik itu cepat masuk surga.
Sesampainya di asrama putri, kita menjemput
tiga orang cewek dan gue merasa kayak lagi menjemput
Charlies Angels habis selesai tugas dari markas musuh, salah satunya adalah
ceweknya Daniel yang
orang Thailand namanya Sofia, kalau nama aslinya Orrawee Pongtanee, dan gue
baru pertama kali ngeliat penampakan orang Thailand di depan mata gue yang
ternyata wajahnya nga jauh beda sama orang kita tapi lebih sedikit China mungkin
ada labelnya made in China, tapi yang gue takutin kalau ternyata
doi bagian dari ladyboy Thailand,
tapi sejauh ini gue lihat doi aman-aman saja, dan tidak ada gerakan yang lebih
mencurigakan daripada gerakan downy
gue yang naik turun selama perjalanan karena gue baru kenalan sama orang Thailand, yang sebelumnya cuma pernah gue lihat di 3gp.
Perjalananpun dimulai, kita bawa dua mobil, Citra
ada di mobil depan, dan gue bareng Charlies Angels bersama satu orang sotoyers
yang kali ini terpaksa harus gue kasih kepercayaan lagi untuk menjalani misi
berbahaya ini, di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba mobil
ajut-ajutan, ‘Jar, kenapa nih?’ gue khawatir pasang muka heran,
‘Santai ped’ jawab doi sotoy, ‘oke..’, beberapa menit berselang tiba-tibas ‘psssssst’ mobil berhenti, keadaan
genting, Fajar membabi buta, gue biasa
aja, Charlies Angles juga biasa aja, mobil depan ninggalin kita, suasana mendadak
hening.
Ternyata mobil kita kehabisan bensin, 'Wah.. gue
juga lupa ngecek bensin tadi' saut Fajar(yang susah diharapkan), gue emang udah was-was dari awal kalau
supir kita ini emang jebolan supir metromini jadi kita harus siap di segala
kondisi dan situasi, akhirnya gue sama Fajar terpaksa harus dorong mobil sampai pom
bensin terdekat, para Charlies Anglespun hanya bisa menonton kita disiksa mobil
buatan negara tetangga tersebut, mobil depan susah
untuk muter balik karena kita berada di jalan toll, akhirnya mobil yang depan menunggu kita di
pom bensin terdekat sambil mengerahkan bantuan beberapa orang untuk datang membantu
mendorong
mobil karbitan buatan negara tetangga ini.
Nafas guepun perlahan-lahan mulai habis,
kalau gini terus gue bisa mati di jalan secara mengenaskan bersama si sotoyers
sebelum sampai di pom bensin, mana nga ada minum lagi di dalem
mobil,
menambah penderitaan gue sebagai pasukan pendorong mobil profesional semakin menjadi-jadi, keringet mulai bercucuran, Fajar buka baju, gue mau buka celana tapi
takut Fajar
kepingin jadi gue urungkan, Fajar terlihat seperti binarangka yang kekurangan vitamin, mungkin ini bagian dari tour aksi the master Fajar di Malaysia, tak lama
kemudian akhirnya gue melihat secercah harapan, teman-teman cowok dari mobil
depan pun datang membantu, akhirnya nyawa gue berhasil terselamatkan dengan
indah.
Pom bensinpun sudah terlihat dekat, cahaya terang
menyinari langkahku menuju kemenangan, ternyata dorong mobil
bareng-bareng itu nga berat-berat amat, tapi minimal capenya nga lebih cape
daripada nahan rasa galau seharian penuh di kamar
sambil nonton sinetron yang serinya nga abis-abis, setelah kita sampai pom
bensin akhirnya kita bersantai-santai sejenak, ‘Huff.. capek
juga ya’ Abi angkat bicara, ‘Mayan..’ Daniel membalas sambil membasuh keringatnya,
‘Ah biasa aja, gue rajin basket sih’ Fajar mulai sotoy padahal gue liat kakinya
nyaris kram.
Gue lihat malam itu cewek-cewek terlihat
sangat cantik, apalagi Citra yang lagi gue gebet, dia pake baju sama
rok hitam gitu, terlihat anggun, seperti belalang jantan yang rela mati setelah
mengawini betinanya, gue rela mati di cium Citra selama satu jam(ngarep) kalau Citra nerima cinta gue saat itu, tapi
masalahnya gue masih terlalu dini untuk mengungkapkan rasa cinta gue ke Citra, Citra
memang wanita yang terlalu wahh buat
gue tapi cinta memang buta, dan tidak ada rasa yang lebih indah daripada
jatuh cinta, rencananya gue bakal mengeluarkan jurus mak comblang kecepirit
naik haji, yaitu gue minta bantuan sama ceweknya Fajar, tapi nga sekarang juga, soalnya gue
masih agak malu menceritakan rasa cinta gue ke orang lain.
Gue
biasanya memulai dengan solo karir sebagai jomblo yang memiliki cita-cita
muila, gue harus rela berjuang dari bawah sendiri, demi cinta dan keadilannya
sailormoon, menerjang badai, menembus ombak dan menahan nafas
selama sepuluh
menit, gue mulai dari candaan-candaan kecil sama Citra, seperti laba-laba yang menebarkan
jaringnya berharap mangsanya terjaring, gue mencoba menebarkan jaring gue lewat
bercandaan gue, sejauh ini sih cara gue selalu
gagal.
Setelah beristirahat sejenak di pom bensin
dan mengisi bahan bakar seperlunya untuk sang mobil yang telah menyiksa gue
dengan tidak berprikemobilan, akhirnya kita melanjutkan perjalanan gaib
ini, setelah keluar dari pintu toll, gue mulai merasakan keanehan, gue melihat
kearah luar jendela mobil, dan semua terlihat gelap, jalan pun terlihat
semakin sempit, pohon-pohon besar tumbuh dipinggir-pinggir jalan seperti bulu
hidung yang keluar dari lubangnya secara liar, dan gue merasa kita berada
di tengah-tengah hutan dengan para makhluk yang kurang bisa gue andalkan, bila
tiba-tiba keluar babi hutan yang menyeruduk mobil gue dengan sangat tidak
berprikebabian, mungkin mereka akan menyiksa kita bersama komplotannya secara bertubi-tubi.
‘Jar, dimana nih kita?’ tanya gue, ‘Hmm..
Sebentar-sebentar gue lagi baca peta’ Fajar dengan kesotoyannya mencoba membaca
peta dan membiarkan kita mati sebentar lagi di dalam hutan, tiba-tiba AUUGHHRR!! Suara dari semak-semak
belukar, Fajarpun langsung tancap gass, gue shock
setengah cepirit, gue sempet lihat ke belakang, cuma ada beberapa pohon yang bergoyang-goyang,
‘Where is the other car’ Sofia nanya, ‘Gone..’ saut gue, ‘Iye tadi kita
kehilangan jejak gitu, tapi nga apa-apa gue masih ada peta’ jawab Fajar yang
masih teguh dengan pendiriannya sebagai ketua perkumpulan sotoy
Indonesia.
Tiba-tiba gue melihat sebuah palang putih
yang bertuliskan “DO NOT PASS” mati gue!, hidup
gue bakal berakhir disini, ini lebih terlihat seperti penangkaran dinosaurus
daripada jalan mau ke restoran di atas bukit, dan untuk menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, gue mengingatkan sama yang lain buat mengunci
pintu, dan cari benda-benda yang bisa membantu melumpuhkan orang-orang yang
mungkin menganggu, minimal bisa melumpuhkan otaknya Fajar, gue
pikir sekarang cewek-cewek belakang ngeliat gue sangat
cool karena pesona gue
yang care sama mereka, padahal gue
udah nyaris ngompol di celana, dan gue cuma berharap sama pengharum mobil yang
gue pegang, minimal bisa buat nyemprot mata dan bau ketek mereka.
Fajarpun memutarkan mobilnya dan mencoba
mencari jalan lain, kitapun membantu membacakan peta ke jalan yang benar dan doa-doa menjelang akhir hayat, akhirnya setelah beberapa jam bertaruh sama
nyawa di dalam jalanan berhutan yang lebih mirip sama safari malam gratisan ini,
kita menemukan secercah harapan kembali, kembali terlihat lampu kelip-kelip
dari kejauhan dan jalan menanjak, mobil-mobil parkir,
memanjakan mata gue sambil berkata 'ini dia yang kita cari-cari' sambil memasang muka najong, gue menakuti temen-temen gue di dalem mobil yang udah
ilfill melihat kenorakan gue.
‘Sampai Juga..’ Fajar nyeletuk sambil
memarkirkan mobilnya, ‘Finally we are here’ Bales Sofia,
‘Yes.. Finnaly’ Tambah gue bahagia, cewek-cewek yang lainpun juga menambahkan
dengan kalimat-kalimat kebahagiaan mereka karena akhirnya kita sampai juga ke
restoran tujuan kita, 'greeekkk'
gue mengawali membuka pintu mobil dan bbbrr~ ternyata udara di luar
dingin sekali, gue mencoba menghangatkan tubuh gue dengan menggunakan jaket
murah gue, yang sebenernya fungsi utamanya adalah lebih buat gaya
gayaan para kaum alay pas ngambil foto selfie
mereka dengan kaca mata
hitamnya, yg
mungkin nga akan pernah terlihat matching sama mukanya yg lebih cocok foto
sambil dagang jengkol, so gue bakal kedinginan dan mati membeku di atas
nanti, tapi cinta gue ke Citra yang menggelora
nanti, bakal menghangatkan suhu tubuh nanti, dreaming is much better than have no dream.
Gue melihat
penampakan mobil
depan tadi yang sudah terparkir terlebih dahulu,
itu berarti mereka sudah sampai duluan dan mencarikan tempat duduk yang asik
buat dinner kita kali ini, di restoran atas bukit Malaysia yang-gue-nga-tau-namanya,
sebelum masuk ke restoran ternyata kita harus naik tangga yang terjal terlebih dahulu untuk menuju pintu restoran, ini mungkin bakal menyiksa betis gue dan
meningkatkan nafsu makan gue seperti kuda lumping
makan beling, tapi
gue harus menjaga image karena ini dinner pertama gue bareng si Citra, minimal
gue nga bau ketek pas sampai di atas nanti karena keringet berlebih yang
mungkin bakal menghantui gue setelah mendaki tangga yang nista ini.
Tiga ribu tujuh ratus empat puluh lima.. tiga
ribu tujuh ratus empat puluh enam.. BRAAAKKKK injekan kaki gue di anak tangga terakhir dengan penuh semangat yang menggelora hampir mengagetkan para pengunjung yang
terlihat sedang menikmati makan malamnya yang di kelilingi oleh indahnya kelap kelip lampu
dari atas perbukitan, sekarang giliran paru-paru gue yang mau copot, nafas gue
udah mirip nafas naga, jambul gue udah setengah layu, gue cium ketek gue untung
nga bau, tapi gue mencium bau yang tidak diundang dari daerah sekitar gue, gue
mencium seluruh badan gue ternyata tidak terdeteksi bau mematikan
itu berasal, dan gue baru menyadari kalau ternyata itu bau kaki gue yang
terkena serangan keringet berlebih, dan ini akan sangat berpengaruh terhadap
penurunan selera makan bagi orang yang menciumnya, gue berencana ngesot
sekarang.
Teman-teman gue yang di mobil depan sudah
menunggu kita di meja makan, mereka terlihat sedang mengobrol-nobrol santai,
‘Oi.. darimana
aja lu pada?’ sapa Abi, ‘Nyasar ke sarang Genderuwo’ kata gue, hening seketika.
lelucuon gagal, gue nutup muka dan loncat ke Jurang dengan indah, dengan
sigap gue langsung cepat-cepat memilih tempat yang mungkin terkoneksi langsung
dengan Citra, tengok kiri.. tengok kanan... happ
gue melompat ketempat tujuan, pas di depan Citra, gue duduk dan berharap cinta gue bakal
diterima disini, kalau ditolak minimal gue bisa langsung lompat keluar bukit,
Citrapun tersenyum dengan manisnya, gue bales dengan senyuman najis gue.
‘Romantis ya tempatnya’ kata Citra sambil
memperlihatkan senyum indahnya
‘Iya romantis banget’ bales gue kalem
‘Seandainya nanti kalau gue punya cowok mau
gue ajak dinner berdua disini pasti asik banget’
‘Iya gue jug.......’
'OOII PEDD MAKAN APA??' Abi
nyela pembicaraan kita, rencananya gue pingin jadi kanibal, gue makan
nih si Abi detik ini juga trus gue teriak GO
TO HELL YOU BASTARD!! AUUUU...
Terpaksa
gue lihat daftar menu dulu sebelum melanjutkan pembicaraan masa depan gue sama Citra(ngarep), emang paling ngenes kalau pas
lagi keadaan genting ada aja penganggu tak diundang, rasanya pengen gue kebiri
asal-asalan, guepun memesan makanan yang namanya sendiri
susah gue sebutin, gue liat gambar yang menurut gue keliatannya enak ya gue
pesen aja.
Pernah
gue suatu hari lagi di Singapore makan di restoran yang
recomended menurut nyokap gue, makanan ala Prancis gitu, dan seperti biasa
namanya emang susah disebutin, yang pasti ayam dibumbuin pake bumbu hijau
semacam ayam yang mati secara pasrah dan dibumbui oleh serangan jamur beracun,
nga kehabisan ide, adek sama kakak gue juga memesan makanan
yang sama soalnya gambarnya paling besar di tuh menu, setelah beberapa saat
menunggu makananpun dateng, alhasil suapan pertama mengakibatkan lidah gue
sempet kocar-kacir plus komat-kamit menolak tuh makanan untuk
masuk lagi ke mulut gue, karena ternyata rasanya lebih dahsyat
daripada masakan Padang yang udah seminggu basi, gue tengok
adek sama abang gue ternyata mereka merasakan hal yang serupa, mungkin ini karena
lidah made in Indonesia kita yang masih belum diupgrade
dari makanan warteg yang biasa kita makan di pinggiran
jalan dengan style Indonesian, kaki naik ke atas kursi, ada harga ada
kualitas, mungkin ini jauh dari pribahasa itu, bokap gue sampai
harus ngeluarin sampai lima juta rupiah buat bayar itu bill makanan kita
berlima yang dengan sukses tidak ada yang kita habiskan satu piringpun, makanan
ala Prancis
yang kata nyokap gue recomended mungkin
bagi orang Prancis.
Gue berharap makanan kali ini nga bakal
seperti pengalaman gue itu, so pasti di depan Citra makanan harus gue habisin,
biar gue dilihat seperti laki-laki yang bertanggung jawab
walaupun gue harus pulang dengan serangan cacing mematikan yang di produksi
oleh makanan tersebut.
‘Pede gimana kuliah lu lancar? Citra memulai
pembicaraan kembali
‘Alhamdulillah.. masih aman-aman aja sejauh
ini’ bales gue, yang gue tau sejauh ini lebih banyak mata kuliah yang ngulang daripada yang pass dengan nilai pas-pasan, gaya bahasa sok
beragama dan cowo kuliahan yang berbakti pada nusa dan bangsa gue jawab dengan
percaya diri kalau kuliah gue bakal beres tepat waktu, padahal sebentar lagi
gue bakal
kena drop out, gue mencoba
mengembalikan topik pembicaraan kita seperti awal lagi karena menurut gue
suasana kaya gini paling cocok ngobrol masalah-masalah yang romantis
dan
sedikit di dramatisir seperti kisah percintaan romeo yang mungkin koprol setelah dicium
juliet, daripada membahas kuliah gue yang lebih menjijikan
daripada film porno homo.
‘Dingin ya disini, banyak lampu kelap-kelip, indah
banget’ gue mencoba memancing
‘Ya Dingin lah, orang kita di bukit,
kalau malem emang gini asik banget cahayanya, kalau siang yang nga gini,
kayanya kurang bagus deh’ Citra menanggapi
‘Kamu liat deh bulan itu, indah banget ya’
gue memancing dengan umpan yang lain
‘Lumayan tapi aku lebih suka bulan sabit
soalnya keren aja, nga tau kalau bulan purnama cuma bulet gitu aja hehe..’ saut
Citra yang mungkin doyan nonton Sailormoon
‘Hmm.. kira-kira kalau berduaan sama cowok
apa ceweknya enak kali ya disini’ gue langsung menjurus ke poinnya!
‘Iya.. tapi sayang gue belum punya cowok, jadi
nga bisa ngajak siapa-siapa hehe..’ Citra mulai kepancing lagi
‘Oh iya sih.. kalau git...’
OI PED MAKANAN LU DATENG NIH!! si Abi teriak dan memotong pembicaraan lagi,
golok udah di tangan, menurut gue ini waktu yang tepat buat
memutilasi Abi menjadi beberapa bagian.
Pembicaraan tidak dilanjutkan, rencana gue
kali ini berhasil digagalkan dengan sempurna oleh Abi, kita memulai makan-makan
kita, ternyata makanan yang disajikan sungguh enak, masih sesuai dengan lidah orang-orang
Indonesia yang terkenal suka pedas dengan hawa perbukitan yang dingin membuat nafsu
makan guepun semakin menggila.
Acara dinner bareng temen-temen guepun
selesai setelah kita kurang lebih berada disana selama satu setengah jam dengan
kegagalan PDKT gue sama si Citra, malam yang kurang beruntung buat gue dan
mungkin malam yang paling beruntung buat Citra, kita menuju mobil kita masing-masing, masih
seperti awal kita harus menuruni anak tangga seperti di kuil suci dewi Kwan Im,
bercandaan-bercandaan kecil selama menuruni anak tangga yang
gue lihat Abi tepat berada di depan gue dan gue berencana mendorongnya,
tapi gue batalkan mengingat masih ada hari esok untuk melakukan PDKT sama Citra, this is not my lucky day.
Perjalanan pulang ke asrama UIApun mungkin
akan kita tempuh lebih kurang setengah jam, di tengah-tengah perjalanan,
Fajar mempunyai ide yang sangat cemerlang buat kita-kita nongkrong dulu di
daerah Bukit Bintang, Thats a good idea! menurut gue, karena nanti gue bisa melakukan
serangan bertubi-tubi kepada si Citra, anak-anakpun menyetujui ide Fajar yang
kali ini resmi jabatan sebagai manusia tersotoy seplanet Mars gue hapuskan.
Sesampainya di Bukit Bintang kita langsung
memarkirkan mobil kita di pinggir jalan, kitapun keluar dari mobil dan belanja
makanan-makanan ringan dari mini market yang buka 24jam, gue melihat ada permen
bulet besar warna pelangi, gue berniat membeli tapi gue nga berniat makan tuh
permen, karena lucu aja jadi gue pengen banget beli tuh permen, trus gue beli
sebotol mix-max yang mungkin bisa menghangatkan tubuh gue yang
kedinginan.
Setelah berbelanja, kita nongrong-nongkrong
di dekat mobil, gue mulai menyalakan rokok gue yang mungkin bisa menemani gue
di kesunyian malam ini, gue lihat ke arah dalam mobil, ada Sofia
dan Fitri
sedang duduk berduaan di dalam, guepun mendekati
mereka, mengingat gue baru aja beli permen lucu yang nga jelas mau gue apain
nih permen dan mungkin akan berakhir di tong sampah, jadi gue kasih aja tuh permen
ke si Sofia,
karena gue lihat permen itu sama lucu sama
mukanya doi, beda
sama muka gue yang lebih mirip kecoak bunting yang
gagal hamil.
‘Thank you so much” saut Sofia sambil memberikan
senyum lucunya, dan nga tau kenapa gue sekarang mulai terjebak cinta sama si Sofia gara-gara senyuman
mautnya, tapi mengingat sofia masih berpacaran sama Daniel jadi gue harus rela
menepi untuk saat ini, tapi inilah cinta terkadang susah diterima oleh akal
sehat, apapun yang menghalangi gue di depan, selama itu membuat gue bahagia maka akan ku raih oh cinta, cinta.. terkadang datang dan pergi
begitu cepat..(woi-woi sadar mas!).
- Kita
pasti Gagal!
jadi janganlah takut Gagal dalam meraih sebuah Kesuksesan -
SEPENGGAL KISAH CINTA DI MALAYSIA
Hari-haripun berlalu begitu cepat, tanpa gue
sadari gue udah memasuki semester enam, banyak dari teman-teman lama gue yang
dulu berjuang bareng gue, sekarang udah balik ke kampung halamannya, dari
mereka yang udah kena drop out sampai
mereka yang sudah lulus dari kampus yang terkenal mahal ini, dan banyak juga
teman-teman baru yang mengisi hari-hari gue lebih
berwarna lagi, tapi mereka datang dan pergi begitu cepat seperti cinta gue yang
juga selalu begitu, mungkin kondisi ini hanya buat gue tapi bukan buat orang yg
gue cintai, sangat menyedihkan sekaligus
membahagiakan, i love my life.
Kabar putusnya Sofia dengan Daniel sampai ketelinga gue dengan cepat, gue
nga boleh menyia-nyiakan kesempatan ini dengan tidak melakukan progressi
apa-apa, rencananya gue mau menerbangkan dukun ternama dari Indonesia untuk
menyelesaikan kasus percintaan gue disini, tapi berhubung gue kurang percaya hal-hal mistis jadi gue urungkan niat praktek perdukunan
ini, gue bakal menempuh jalur darat dengan masih menggunakan jurus mak comblang
kecepirit naik haji, sebagai korban mak comblang gue adalah si Uya
pacarnya Fajar.
Hari ini gue rencananya janjian sama Uya, Abi,
Adi dan Sofia, untuk hangout bareng ke Pavilun(nama mall terbesar di Malaysia, yang terletak
di daerah Bukit Bintang), kita mau nonton di bioskop
bareng dan ngopi-ngopi disana, dan gue mau kenal lebih jauh sama doi
atau bahasa gaulnya PDKT sama si Sofia, karena gue udah kepatil cinta
banget sama si Sofia ini gara-gara senyum manisnya yang membuat gue sampe
kelepek-kelepek kayak lele kena TBC.
Sebelum berangkat, gue
siap-siap dengan kondisi siap tempur berharap first impression gue ke doi tidak mengecewakan, sikat gigi sampai
ke sela-sela gigi, cuci muka sampe jerawat ilang, mandi pake sabun mandi buat
berak, gunting kuku sampe kuku abis, cukur ketek sampe ke akarnya, potong bulu
dada tapi gue nga punya bulu dada, jaket putih adidas kw5
yang gue beli di parkir timur Senayan, celana panjang yang udah
gue pake seminggu, sepatu yang belum dicuci dari beli,
dan parfum murahan yang bisa diisi ulang, im
ready for dating!.
Gue bergegas ke vilanya Adi, jadi Adi itu
temen vilanya Fajar sama Adria, pas gue udah sampe di vilanya mereka,
ternyata si Adi belum siap-siap, biasa Adi ini orangnya agak lemot jadi gue
harus pasrah walaupun gue udah siap-siap dan penampilan udah ganteng maut,
sekarang gue harus ngetem kaya tukang ojek di vila mereka nunggu doi mandi dan
siap-siap, gue ke kamar Adria dan mantengin doi lagi buat musik house, coba nge
mix musik dengan beat-beat amburadul, okelah ini agak kontemporer,
semoga nga ngerusak mood dating gue sama si Sofia.
Setelah beberapa menit gue menunggu, akhirnya
si Adi siap juga, dia berpakaian biasa aja, lebih casual pakai kaos yang agak
kebesaran lebih mirip anak hip-hop yang rentan galau sama celana panjang bolong-bolong mirip anak metal
kurang pergaulan, menurut gue ini adalah suatu ketidak tepatan baju yang
berbanding tegak lurus antara akar A kuadrat dengan buah zakar B kuacrot dengan
rumus mencang-mencong yang belum pernah ditemukan, ini akan berbahaya buat gue,
semoga ini tidak merusak first impression
gue ke Sofia, pada saat pertama kali gue harus dating bareng dia yang
tidak seharusnya membawa rocker ababil.
Perjalananpun kita mulai seperti hari-hari
biasa, kita selalu menggunakan train ketika mau ke daerah Kuala Lumpur, karena
selain cepat dan bersih, kereta disini juga sangat terjangkau harganya untuk
para pendatang seperti kita, ketika kita memesan tiket return / bolak-balik
maka mendapat potongan harga lebih murah lagi, untuk dari vila ke stasiun kereta, kita
mengunakan bus, bus disini masih disubsidi pemerintah alias gratis coy!,
fasilitasnya oke punya, ada AC, TV, dan paling penting adalah bersih banget
walau terkadang muka supirnya nga sebersih busnya, dan film di TV yang
ditayangkan adalah upin ipin atau film norak sejenisnya yang buat gue mual-mual
sepanjang perjalanan.
(Adi-Abi-Sofia)
Sesampainya di Kuala Lumpur, kita janjian di daerah dekat Paviliun, ternyata mereka udah menunggu kita terlebih dahulu, ada Ayu, Abi dan Sofia, sewaktu gue lihat si Sofia lucu banget pake syal warna coklat, pipinya yang tembem gitu ingin gue cubit-cubit sampe merah-merah, tapi gue harus jaga image, karena first impression gue bisa gagal total, stay cool, pasang muka sok keren, pasang perut buncit(menurut loh?), ini paling nga bisa ditolelir, karena gue udah mencoba olah raga tapi tetep hasilnya adalah one pack, satu-satunya yang harus gue lakukan adalah tahan nafas selama dua jam dan bakal berakhir dengan kematian gue sebelum cita-cita gue terwujud sebagai gembala tapir.
Rencananya kita mau makan bareng sama lajut
nonton, rencana jahat gue pengen nonton film yang paling serem, ini yang biasa
cowok-cowok norak seperti gue lakukan kalau lagi nonton sama cewek cantik,
dan gue bakal duduk di sebelah Sofia, jadi kalau doi ketakutan gue tinggal
bilang ‘Don’t scare baby, i’m here’, dan
berharap doi bakal megang tangan gue lalu berkata ‘Oh.. Thanks my dear, you are my
hero’(hueeekkk!!), tapi keliatannya
itu terlalu menjijikan buat diimpikan, kemungkinan yang ada adalah
doi jadi ilfil sama gue, dan kemungkinan terburuk adalah kalau doi megang
sedotan bisa-bisa
mata gue langsung dicolok.
Kita udah beli tiket nonton dan sekarang
waktunya buat makan di foodcourt, ini adalah pilihan tempat
makan yang paling tepat
buat mahasiwa ababil kayak gue, selain pilihannya banyak, makan di
foodcourt juga jauh lebih murah daripada restoran-restoran yang ada di mall,
jadi sisa uang jajan gue bisa buat hangout lagi di ronde berikutnya, pilih-pilih menu di
foodcourt juga bingung karena saking banyaknya, akhirnya yang menjadi pilihan
gue adalah NASI PADANG!, well jauh-jauh ngungsi ke negara
tetangga, gue tetep nyarinya makanan Indonesia juga, karena makanan Indonesia udah paling
nga ada dua rasanya, so gue mengajak
Sofia juga makan nasi padang dan ternyata doi nga mau (permulaan yang buruk).
Seperti biasa, gue makan selalu banyak,
mungkin cacing-caing di perut gue terlalu ganas buat ngambil nutrisi dari
makanan gue, sehingga gue susah banget untuk gemuk walaupun udah makan kayak
babi jantan belum disunat dan sering
diperkosa sama babi jantan lainnya, badan gue ya gitu-gitu aja, mungkin cuma one pack yang terlihat kayak
kantong perut Doraemon, tapi ini nga menyurutkan semangat gue untuk
dapetin Sofia atau nama Thailandnya Orrawee Pongtanee, kita makan bareng, gue
sama Adi makan masakan padang, yang lain makan masakan yang kurang jelas tapi pasti
lebih mahal dari masakan Padang, soalnya bentuknya semerawut kayak muka
gue, pasti harganya buat dompet gue bakal jadi semerawut juga.
Setelah selesai makan, kita jalan-jalan
sebentar muter-muterin mall, bergaya seperti orang kaya
yang kalah judi,
padahal setiap ngelewatin salses, mereka selalu menolak muka kita yang lebih
mirip preman hangout, beberapa spot kita hampiri untuk sekedar melihat-lihat
barang yang cewek-cewek bilang ‘ih.. lucu-lucu yaa..’, gue cuma bisa bilang ‘hueeekkkk’, masa cuma tas sama baju
biasa doang dibilang lucu, coba bandingin sama Doraemon kayang atau muka gue yang mirip sama
film homo lawas.
Setelah selesai puter-puter nga jelas, akhirnya
kitapun kembali ke bioskop, sebentar lagi filmnya mulai, kita
menunggu di depan pintu theater, gue menunggu di toilet, soalnya gue kebelet
pipis, cewek-cewek membeli makanan ringan buat dikonsumsi secara tidak
manusiawi di dalam nanti, akhirnya kitapun masuk ke theater,
gue memilih duduk di tengah dan ternyata sebelah gue malah ditempati dua
orang maho laknat, Adi dan Abi, Sofia duduk di samping Abi, dan Uya duduk
di samping Adi, gue duduk sambil menahan gondok tujuh kilo,
rencana gue gagal total, gue pasrah.
Kita nonton film yang serem
abis, gue lihat depan gue ada pasangan pada peluk-pelukan dan sempet kegep sama
gue lagi ciuman, ini orang nonton film horor apa nonton film porno, si Sofia
masih keliatan berani, Uya udah agak-agak takut gitu pegangan sama si
Adi dan gue hanya bisa berpegangan sama yang maha kuasa, tolong cabut nyawa
saya!!.
Beberapa hari setelah malam itu, gue
merencanakan hangout lagi bareng si Sofia, agar
lebih sukses, gue
merencanakan hanya hangout berdua bareng doi, dan doi setuju buat menerima
ajakan hangout gue, yang menurut gue ini hari keberuntungan buat gue dan hari
kesialan yang teramat sangat buat doi, karena cewek yang menerima ajakan hangout gue akan berakhir
dengan musibah, dan karena kuarngnya ide kreatif plus noraknya pergaulan gue, jadi gue ngajak doi
hangout ke tempat yang biasa kita jalan yaitu Paviliun
again, membosankan tapi menyenangkan.
Hari yang dijanjikan pun
tiba, seperti biasa gue mengenakan baju norak yang
memang selalu salah kostum di setiap kondisi dan situasi, pernah suatu saat
waktu gue masih kecil mau ada prom night
gitu, karena gue hobi banget sama bola, jadi gue maksa nyokap gue buat beliin
baju bola kesebelasan Bulgaria, alhasil nyokap gue beliin deh tuh
baju dan begonya, gue pakai tuh baju buat acara prom, sambil
nahan panu dua hektar, gue maksa dateng dan orang-orang pada ngeliatin gue, dikira
gue bakal dapet penganugrahan sepatu emas dari kepala sekolah gue.
Sampai sekarang kegiatan salah kostum dan
tidak ada niat untuk menjadi seorang yang lebih fashionablepun masih mendarah
daging di diri gue, karena tingkat percaya diri gue yang terlalu tinggi dan
tingkat kenorakan gue yang sudah menjadi bakat alami gue, jadi gue tidak
terlalu menghiraukan hal tersebut, yang pada malam itu gue terlihat seperti
Christiano Ronaldo kena ayan dan Sofia yang terlihat cantik banget,
memperlihatkan kalau malam itu Sofia lagi jalan sama anjingnya. gue heppy.
Masih seperti hangout pada umumnya, makan.. lanjut
nonton.. lanjut
nongkrong bentar.. lanjut balik.., gue sekarang memilih makan masakan Jepang
teppanyaki, gue sama Sofia milih duduk pas di depan kokinya,
emang paling enak kalau lagi makan teppanyaki itu pas di depan kokinya,
ngeliat tuh makanan diaduk-aduk, dilempar, dan kadang-kadang dibakar, jadi membuat semangat makan gue semakin membara, tidak seperti
kisah cinta gue yang selalu rapuh so biarkan cinta mengalir apa adanya, jangan setres
karenanya, karena banyak cinta-cinta lain yang mungkin menunggumu di luar sana, ngarep.
Pilihan tontonan kita udah nga ada film
horor, karena gue nga mungkin menggunakan rencana yang sama seperti rencana gue
sebelumnya, soalnya kelihatannya gue lebih penakut dibandingin doi kalau
masalah nonton film horor, bisa-bisa malah gue yang ketakutan dan meluk doi, mirip banci taman lawang, tapi masih ada film drama yang mungkin akan
menggetarkan hati Sofia pas lagi nonton, dan doi
bakal meyakini bahwa
kalau gue ini sebenernya tipe cowok yang romantis, mungkin setelah nonton film
ini, gue
bakal memberanikan diri gue untuk menembak doi dan berakhir dengan penolakan
‘kamu terlalu baik buat aku’ walaupun kata-kata itu tidak tercermin di muka gue
yang lebih mirip sama ketua geng kapak belah.
Malam itu kita berdua nonton film 'Marley
& Me', film
ini mengisahkan tentang pasangan suami istri yang baru menikah dan sebagai
hadiahnya sang suami memberikan anjing Labrador Retriver buat sang istri, kalau
gue jadi suaminya cukup ngasih muka gue aja yang lebih mirip Pede
Retriver, ini film keren abis dan nga tau kenapa jadi gue yang tersentuh
hatinya buat jadi banci Korea, mungkin Sofia merasakan hal yang sama,
gue lihat matanya, tatapan kosong menikmati film, mungkin doi
membayangkan memiliki suami yang baik banget kayak gitu daripada pacaran sama Mr.Pede
Retriver dah lebih parah lagi mungkin anjingnya nga suka disamain sama gue.
Setelah film itu selesai gue jadi buru-buru
pengen nikah tapi doi keliatannya nga, ini yang kita namakan cinta bertepuk
sebelah beha, malam itupun kita lanjutkan dengan nongkrong masih di daerah
Kuala Lumpur, kelap-kelip lampu menemani kita di kesunyian malam, beberapa
mobil yang masih terlihat lalu-lalang meramaikan suasana dan sempak gue yang
udah tiga hari gue pake masih setia menemani gue, Starbucks menjadi pilihan
tempat kita bersantai selanjutnya.
Sekarang yang terlintas di kepala gue adalah
cari waktu yang tepat buat nembak si Sofia, apakah pas doi lagi minum kopi
langsung gue tembak, menurut gue kurang tepat soalnya bisa-bisa kopinya muncrat, atau
pas doi lagi ketawa langsung gue tembak aja, menurut gue kurang tepat juga
soalnya bisa-bisa saraf ketawa doi langsung kejepit karena shock denger suatu
permintaan musibah, dan gue belum siap banget buat ngomong gini, tapi gue harus
melakukan ini dengan segera karena cinta tidak bisa menunggu.
Ada yang
membuat gue nga habis pikir yaitu bahasa Inggris gue yang terbilang masih amatir, dan
gue belum pernah merangkai kata-kata buat nembak seorang cewek dalam bahasa
Inggris, mungkin gue bisa minta tolong orang bule sebelah buat menyatakan
cinta gue ke Sofia, tapi gue lihat si bule juga kayaknya sedang galau berat jadi gue urungkan niat gue untuk dilimpahkan surat penembakan gue ke si
bule, dan gue mungkin bakal nembak doi dengan gaya Tarzan yang biasa gue
lakukan ketika gue udah stack nga tau
lagi mau ngomong apa, atau mungkin gue bisa mengeong-ngeong kayak kucing minta
kawin.
‘Sofia are you happy hangout with me? gue
memulai pembicaraan
‘I am so happy tonight’ doi menanggapi,
gue mulai grogi sambil nahan pipis di celana
‘Do you want....’ teeeeeeet gue konslet
‘Sorry?’ doi bingung
‘No.. i mean do you wanna hang out with me
again next time?’ gue membelokkan pertanyaan
‘Yes.. of course’ doi membalas sambil
tersenyum
Malam semakin larut, gue harus mengembalikan
Sofia ke alamnya yaitu di asrama UIA, dan gue nga bisa biarin doi naik train
sendiri(modus), gue berencana mengantar doi sampai dekat
UIA dan doi bisa naik taxi setelahnya, perjalanan kita mungkin akan menempuh
waktu agak panjang, di sela-sela waktu ini gue bisa manfaatkan untuk nembak doi.
Seperjalanan di train, gue
grogi setengah mampus seperti layaknya cowok-cowok norak kayak gue, mau nembak
cewek cantik itu lebih mengerikan daripada operasi mata ikan, belum mulai
ngomong aja udah keringet dingin, cepirit dikit-dikit disertai panas dalem, keadaan ini bakal meningkatkan kinerja jantung gue, dan gue harus melakukan tindakan ini dengan
segera sebelum doi dikembalikan ke alamnya sebentar lagi.
Dikejar-kejar oleh waktu, membuat gue
semakin grogi dan gue nga bisa ngebatalin planning gue ini, hal ini udah gue
rencanakan mateng-mateng, hanya ada dua jawaban ‘Yes’ or ‘No’, tapi ngeluarin
pertanyaan itu ke doi susahnya setengah mampus, sepertinya sang kata-kata(yang
tidak suci) itu
tertahan di tenggorokan gue yang gelap dan kotor, tegang, tegang sekali, dan
nga tau gue tegang kenapa, apa mungkin tegang karena takut ditolak?, padahal
pengalaman sudah mengajarkan 90% cinta gue ditolak
tapi perasaan itu masih menyerang gue sampai saat ini.
Train akhirnya berhenti ketempat tujuan, kita
berduapun harus turun, kondisi semakin genting, Time is running out!!, gue harus segera ngomong ke doi, gue
kelihatan aneh, doi juga bingung ngeliat gue, gue kelihatan lagi kayak nahan sesuatu
yang lebih berbahaya dari nahan cepirit, kitapun jalan menyusuri tempat
pemberhentian taxi, jam menunjukkan pukul sebelas malam, gue memperlambat jalan
gue untuk mengulur dan mencari waktu yang tepat.
Kita udah sampai di stasiun taxi dan tinggal menunggu
buat ngeberhentiin
taxi, gue merasa lebih grogi dari sebelumnya, gue berfikir kalau gue akan gagal
sekarang, karena gue takut banget buat ngungkapin rasa ini, wake up guys! you have to do it!, gue
menyemangati diri gue sendiri, tiba-tiba taxi yang ditunggu dateng, gue kehabisan waktu!,
Langsung tanpa basa-basi dengan wajah penuh pengharapan gue bilang :
‘Sofia do you wanna be my Girlfriend?,’
Anjrittt.. Gue malu
setengah mampus!, rasanya pingin kayang di tengah
jalan trus ditabrak bus lewat dan kepental ke suatu daerah
terpencil saking gue malunya, tapi gue lega kayak habis ngeluarin eek yang
besar.
Doi bengong tampak kaget, tatapan kosong,
taxi yang kita stop ikut natap gue dengan tatapan kosong, gue suruh tuh taxi
itu jalan lagi, supir taxi kesel, gue bodo amat, Sofia masih menatap gue heran,
gue lebih heran kenapa gue berani nembak doi, setelah beberapa saat kita saling
melihat layaknya seekor beruk yang baru menyatakan cintanya, doi bilang :
‘I need time to answer this Pede..,
because i just broke up with Daniel’
‘Oke.. i’m waitting for your answer’ gue
pasrah sambil memegang tiang dilarang parkir.
Ungkapan cinta sangatlah berat buat gue
ucapkan saat itu dan setiap saat gue mau nembak seorang cewek,
mungkin karena pengharapan yang berlebihan, takut akan adanya penolakan ataupun
keputusan-keputusan yang merugikan gue tapi menguntungkan si cewek, pada
akhirnya keputusan yang gue tidak harapkanpun keluar juga darinya.
Guepun balik ditemani dengan hembusan angin malam yang tidak bersahabat,
train yang sudah habispun
ikut memaksa gue untuk pulang naik taxi ke daerah yang jauh, bintang-bintang menatap gue iba, hanya bulan
purnama yang terus gue pandangi sepanjang perjalanan, menjadi saksi bisu awal kisah percinta gue ke seorang wanita Thailand.
- Cinta
itu Mulia, Cinta itu tidak Menyakiti dan Cinta itu Memaafkan -
JOKI PACARAN
Sepajang perjalanan akhirnya gue sama Sofia semakin deket, semakin
sering smsan, semakin sering jalan bareng, walaupun gue sendiri sebenernya
masih menanti jawaban kepastian cinta kita berdua, antara seekor gorila Jawa
dengan seorang gadis Thailand yang mungkin enggan disebutkan namanya ini lebih
mirip korban pemerkosaan pedofilia.
Hari-hari gue lewati dengan senang hati dan bangga diri, bak
seorang kesatria yang berhasil membunuh seekor semut yang tak berdosa, gue semakin
sering cengar-cengir sendiri di kamar, di toilet, di kampus, di kuburan kucing
gue dan di manapun gue berada, melihat gejala ini temen-temen gue keliatannya
lebih jaga jarak ke gue, mungkin takut ketularan ganteng kayak gue kalau
dilihat pakai mata tertutup, tapi gue tak merespon gejala-gejala yang terjadi
di sekitar gue, sekarang gue lebih fokus pada cinta gue yang belum terjawab,
dengan pengharapan berlebihan seperti sepasang kekasih gay yang ingin hamil.
Sampai pada suatu malam Sofia mencoba untuk menelpon gue, dan ini
pertama kalinya gue di telepon sama Sofia, gue gugup, bukan karena gue malu
ditelepon calon pacar gue, tapi lebih
kepada bahasa Inggris gue yang masih kacau balau membabi buta, liar dan belum
makan seharian, bisa dibayangkan gimana liarnya?, oke.. gue memutuskan untuk
memulai kata-kata gue dengan kata..
'Hallo..'
'Hallo Pede..' Sofia membalas dengan suara khasnya yang lembut
yang selalu gue inget
'................' gue konslet
'What are you doing now?'
'................' konslet tahap dua
'Hai Pede are you there?'
'A... A... Aaaaaaa..' Anjrit gue bingung mau ngomong apa, gue kesetrum!
Gue mencoba memutar otak, mencari cara, membuka kamus bahasa Inggris
keliatannya bakal lebih lama daripada mencumbu seorang homo, gue makin bingung,
Sofia menunggu gue agar mengeluarkan beberapa patah kata selain 'Aaa', sampai
akhirnya temen gue seorang Brunaian yang namanya Shanon Sikun masuk ke kamar
gue.
'Hai Pede.. Lagi ngapain lu?' dengan logat semi Inggris semi maksa Indonesia
'Anjrit lu dateng disaat yang tepat Shan, bantuin gue ngomong sama
Sofia pake bahasa Inggris, gue bingung banget mau ngomong, tapi kata-katanya
nga bisa gue ucapin, please Shan..'
'Okelah..' masih dengan medok
Inggris-Indonesianya
Jadi Shanon ini adalah temen satu vila gue dan doi menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari tapi karena doi tinggal bareng gue
dan temen-temen Indonesia lainnya, so
doi dipaksa secara tidak wajar harus mengerti bahasa Indonesia karena gue sama
temen-temen biasanya menggunakan bahasa Indonesia kalau lagi pada kumpul, jadi
secara tidak langsung makhluk hidup ini dapat berevolusi dengan cepat menjadi
sosok yang bisa berbahasa Indonesia dalam waktu singkat tanpa perlu kursus,
dengan slank Indonesia, logat
Inggris, thats cool dude!.
Rencana jahat gue sekarang ini adalah agar si Shanon ngobrol sama
si Sofia di HP gue, dan gue ngasih kata-kata dalam bahasa Indonesia ke Shan,
dan diteruskan dengan bahasa Inggris oleh Shan ke Sofia, terdengar aneh!, seperti mereka yang pacaran, gue supirnya, tapi
ini pernah gue lakuin, dan disaat kepepet seseorang bisa melakukan ide sebodoh
apapun dalam hidupnya, apalagi masalah cinta, people will do anything for love, even it's a really stupid idea.
'Hallo Sofia..' Shanon memulai pembicaraan kembali
'Oh.. yaa..' Sofia makin bingung dengan suara yang berbeda
'Shanon dia ngomong apa, dia ngomong apaaa..' gue mulai rusuh,
padahal belum ada percakapan
'Hei Sofi.. bla.. bla..
bla.. ble.. ble.. ble..'
'Oh yes Pede(Shan) this bla..
bla.. bla.. bla...' Sofia mulai risih dengan kondisi yang terjadi
Shanon mengikuti instruksi gue dengan sangat baik, sampai pada
akhirnya gue bisa berfikir waras kembali, kalau saja proyek ini adalah proyek
super bodoh yang pernah gue alami, gue menggunakan peran pengganti dalam berkomunikasi
dengan calon pacar gue, apabila
memungkinkan masalah kasur mungkin juga bakal digantikan oleh temen gue yang
lebih ahli.
Perlahan tapi pasti gue mulai berfikir, ini kelihatannya kayak
mereka yang pacaran bukan gue cuy!,
fix ini sudah semakin ngaco, tanpa berfikir panjang gue langsung menghentikan
proyek super gila gue ini, dan mengakhiri pembicaraan gue sama Sofia, maybe text message later.
Gue terima kasih sama Shanon yang telah membantu gue menjadi pacar
pengganti dadakan dan gue mulai berfikir untuk mempelajari bahasa Inggris gue lebih
baik lagi, minimal untuk pembicaraan sehari-hari, dan lebih minimal lagi untuk
bisa melakukan percakapan dengan Sofia, sounds
weird, sekali lagi cinta bisa membuat gue berubah dari seorang yang malas
belajar, menjadi seorang kutu buku yang doyan makan buku tanpa garam, pada
akhirnya gue terkadang meminta bantuan Shanon untuk mengajari gue belajar
bahasa Inggris, tetapi kelihatannya tidak membantu banyak, Shanon cuma bilang
'If you hear the sounds is good, just using it, fucked up about the grammar',
gue cuma bisa bales 'YEAAAHH!!',
seperti babun yang baru saja mendapat mendapat pisang tambahan. gue selalu
ingat prinsip itu.
Perlahan tapi pasti, gue mulai mempelajari sedikit banyak
percakapan berbahasa Inggris, Sofia pun menelpon gue lagi, mulai dari yang
kedua, ketiga, keempat dan makin sering nelepon gue, pada awalnya gue masih
bingung untuk membentuk kata-kata dalam percakapan berbahasa Inggris sebagai
pengantar bahasa gue sama si Sofia, mulai dari ba.. bi.. bu.. sampe 'orange is
yellow(wtf)' pernah gue pake dalam
percakapan gue, Sofiapun dengan berbaik hati sedikit-banyak mulai mengajari gue
seperti anak kecil yang baru bisa belajar ngomong dan doi mencoba mengerti
campuran bahasa gue yang nge-mix bahasa Inggris - Indonesia, ya kali aja dia
ngerti pas gue gabung sama bahasa Indonesia, seperti 'i wanna berak dulu oke
Sofi', pernah suatu saat gue berkata 'i wanna ngupil dulu', Sofia nanya 'What
is ngupil?', gue bingung.
Secara tidak gue duga-duga sebelumnya, ternyata cara belajar
bahasa Inggris melalui percakapan dua orang kekasih yang sedang jatuh cinta itu
membuahkan hasil yang sangat memuaskan, secara tidak disengaja ataupun
disengaja gue mulai mengcopy beberapa potong kalimat yang Sofia sering ucapkan
dan gue plagiat buat kalimat-kalimat gue kedepan, dan kondisi yang memaksa gue
untuk bisa berbahasa Inggris sebagai kebutuhan akut seorang yang memiliki
cita-cita mulia untuk bisa berbicara dengan calon
pacarnya.
Yang baru beberapa bulan saja gue sudah bisa menerapkan prinsip
yang Shanon pernah bilang ke gue 'if you
hear the sounds is good, just using it, fucked up about the grammar',
sekarang gue mulai bisa mengerti mana yang terdengar bagus mana yang kurang
bagus, dan mana muka yang bagus dan mana muka yang seperti gue, Sofia merupakan
guru pertama gue yang berhasil dengan sukses mengajari gue pelajaran bahasa
Inggris dengan cara percakapan sehari-hari meskipun masih dalam gaya bahasa slank, lembaga-lembaga bahasa Inggris
yang pernah gue gentayangi tidak pernah sebaik ini.
Sekarang gue lebih intens telepon-teleponan sama Sofia dan bisa cukup
sombong sama kucing gue yang cuma bisa menatap gue dengan penuh rasa iba, dan
gue udah mulai memberanikan diri buat menelpon si Sofia, seperti Elang gundul
yang terbang berdua dan memiliki janji setia cinta sampai mati (ciee elaahh.. alay lu cuk!), di beberapa saat gue sering nonton
bareng dia dan mulai berpisah di train karena kita terpisah jarak dan tempat
tinggal yang lumayan jauh, memang indahnya hidup dengan cinta, hope this will never end.
- Kita
akan lupa apa yang mereka Katakan
tetapi akan selalu ingat apa yang mereka
Perbuat -
AKHIRNYA GUE JADI COWOK
Pada suatu ketika gue merencanakan buat balik ke Indonesia karena
gue harus pulang beberapa bulan sekali untuk kumpul bareng keluarga gue, dan
tiba-tiba Sofiapun merencanakan untuk berlibur juga ke Jakarta bersama
teman-temannya, moment yang tidak disengaja ini atau mungkin sangat disengaja ini
bakal gue manfaatkan dengan sebaik-baiknya, buat gue hangout bareng si Sofia di
Jakarta nanti, dan Sofia mengiyakan rencana gue itu untuk bisa hangout bareng
gue di Jakarta, dan mungkin kita bakal jalan-jalan ke tempat-tempat norak yang
hanya gue tau di Jakarta, juga dengan tag masih
calon pacar.
Sebelum datangnya hari yang membahagiakan itu, gue sama Sofia
sering telepon-teleponan, sering ngobrol bareng tentang rencana kita mau jalan
kemana aja nanti di Jakarta dan rencana kita mau jalan-jalan ke Bandung juga,
sambil meratapi duit tabungan gue yang sudah semakin menipis, jadi gue harus
nabung dari sekarang, seperti kebanyakan orang kere seperti gue pada umumnya,
menabung identik dengan mengurangi porsi makan dan kebutuhan lain yang tidak
penting, seperti membeli terlalu banyak tissue untuk ritual bukan keagamaan dan hal-hal lain seperti jalan-jalan jomblo yang menguras
pengeluaran-pengeluaran tidak penting, serta nongkrong homo bareng temen-temen
komplek, jadi gue dari sekarang menanamkan prinsip biksu tong atau biksu-biksu lain
yang gue nga kenal namanya yaitu semedi di dalam kamar dan di atas kasur demi
mencari kitab tidak suci dan mencari nasi tambahan.
Baru beberapa saat gue menerapkan prinsip dan dasar-dasar biksu
sebagai pramuka garda terbelakang, Adria sebagai jomblo terlaknat nomer tiga di
Malaysia dengan style timur tengahnya datang menyatroni kamar gue yang lagi ada
pesta laler tak diundang.
'Woy ped, jalan yuk.. nonton kita, ada film The Dark Knight'
'Anjir.. serius lu? baru ya tayang ya di biskop, bojug(boleh juga) tuh..' iman goyah seketika
'Oke siap-siap ya lu, gue juga mandi dulu, nanti gue kemari lagi,
jangan lama-lama ped'
'Emang setan lu dri..' setan berhati malaikat itulah Adria.
Memang setan selalu menganggu keimanan seseorang dengan sangat
mudah, rencana gue bakal berubah tiga ratus lima puluh enam koma tiga derajat
pada saat itu, tanpa berfikir panjang gue langsung bergegas ke kamar mandi dan
dengan sumbringah bakal nonton film The Dark Knight yang waktu itu premier di
Malaysia, dan Malam ini duet maho terbaik se kampus gue bakal show off, rencana
gue buat menyimpan uang dengan sebaik-baiknya bak hilang ditelan batman, gue amnesia
sesaat dan seketika teringat kembali prinsip awal gue, sesuatu yang membuat
kamu bahagia, just do it.. senyum setan.
Malam itupun gue lewatin berdua bersama Adria dengan penuh kehomoan,
masih seperti biasa, Adria selalu menyempatkan sesi curhat tentang gebetannya
yang tidak kunjung menemui progress yang berarti, gue selalu mencoba
menghiburnya dengan pernyataan-pernyataan menyiksa seperti 'Mungkin lu kurang
ganteng dri, besok gue make over cuy!' dan berakhir disembur pake nafas naga,
gebetan Adria ini bernama Patricia, lebih tepatnya cewek imut temen design
foundation gue waktu masih di Jakarta, si Patricia dulu ini sekolah di Amerika,
jadi kalau menurut gue, Adria membutuhkan kerja extra untuk mendapatkan si
Patricia, karena muka yang lebih mirip pasukan teroris taliban yang gagal jihad
kemungkinan untuk membombardir hatinya si Patricia sangatlah kecil, mustahil bukan berarti tidak mungkin
-James Bond.
Sampai akhirnya hari dimana gue harus balik ke Jakartapun datang,
budaya hedonisme masih menggerogoti tabungan gue sedikit demi sebanyak, seperti
membeli tao kei noi rasa tom yam yang sedang hit pada masa itu secara berlebihan
merupakan bagian dari kegiatan hedonisme gue sebagai rakyat miskin yang cinta
3gp tidak pernah bisa gue tolelir, sampai sahabat gue si Shanon pernah bilang
'Ped.. Don't save your money for food dude', dan kata-kata itu selalu teringat
di benak gue hingga saat ini, so deep,
prinsip yang gue pegang teguh ketika temen gue berencana mau nraktir gue dan
doi ragu-ragu, langsung gue spik aja 'Don't save your money for food dude',
alhasil doi jadi tambah ragu-ragu lagi buat neraktir gue, ngenes.
H-1 sebelum hari gue balik ke Jakarta, perasaan gue excited
banget, gue harapkan Sofia juga begitu, sahabat gue si Adria kabarnya udah
makin deket sama si Patricia, tapi doi belum berani nembak, sebagai klasifikasi..
jomblo baik hati nan lemah gemulai seperti Adria ini pasti bakalan susah
menyatakan cinta, apalagi cewek yang doi taksir kadang-kadang diluar nalar gue
sama doi sebagai rakyat jelata menaksir tuan putri, cuma ada di dunia dongeng!, paling mentok ada di sinetron, minimal
lu harus ke si Alam yang nyanyi mbah dukun, biar mukanya di sembur pake air
kembang, bukan biar dapet tuh cewe melainkan biar cepet sadar.
Hari ini gue bakal cabut ke Jakarta, semuanya telah gue persiapkan
buat keperluan gue balik, seperti anak cowok kebanyakan, gue juga bagian dari
mereka yang terkadang bingung harus membawa apa aja buat berpergian, minimal
kita bawa baju satu dan celana satu udah bisa hidup, biasanya saking gue nga
ngerti harus bawa apa, gue cuma bawa tas kosong, minimal biar gue dikira mau
berpergian jauh, lain halnya sama anak cewek, gue liat si Sofia sampai harus
bawa koper kecil, sekecil-kecilnya koper minimal segede badan cewek, dan isinya
penuh, terkadang gue bingung apa isi didalamnya, apakah doi menyelinapkan
tenaga kerja ilegal di dalem tuh koper, kalau iya.. bisa dicontoh!.
Sofia ke Jakarta berdua sama kakak senior dari kampusnya,
rencananya nanti mereka bakalan split di bandara, Sofia gabung sama gue dan
kakak seniornya tinggal di tempat temennya, nanti di Jakarta kita bakal
ketemuan lagi sama doi dan sama temen-temen kampus Sofia yang lain, rencananya
Sofia bakal tinggal di rumah gue, sebelumnya gue udah izin ke nyokap gue dan
diperbolehkan berhubung gue maksa, karena ada beberapa kamar yang memang tidak
terpakai di rumah jadi biasanya buat temen-temen gue yang ingin menginap, waktu
itu gue masih tinggal di daerah blok M belakang PLN Pusat, rumah dinas bokap
gue.
Gue, Sofia dan kakak seniornya udah berada di bandara, kita split
tempat duduk juga karena gue sama doi pesen tiketnya berbeda, kita sempat makan
bareng di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), bandara ini udah berapa
tahun ini menjadi bandara terbaik se-Asia Tenggara atau mungkin lebih karena
gue lupa, gimana nga.. bandara ini
keren banget, designnya yang mewah, dan besar banget, ada beberapa terminal
pesawat disini yang dihubungkan dengan train, ada juga train ke daerah-daerah
seperti Kuala Lumpur dan sebagainya, jadi buat akses ke bandara ini mudah
banget, nga perlu takut macet ataupun hal lainnya, spot-spot bandara ini juga
tertata banget dengan rapih, ada spot makanan, tempat cek in pesawat, dan yang
lainnya, serta full wifi gratis di seluruh area bandara, bagaimana dengan
Soetta? ada tiga terminal tanpa akses train, jalan kaki mungkin bisa menjadi
ide yang sangat bodoh, menurut gue masih jauh banget buat menyamakan KLIA, tapi
bukan tidak mungkin kita bakal bisa lebih dari KLIA, because i believe in Indonesia.
Maskapai yang gue dan Sofia gunakan sama, Air Asia merupakan
maskapai yang memungkin kan para mahasiswa bisa pulang pergi sesering mungkin
ke tanah kelahirannya dan jalan-jalan ke daerah yang mereka inginkan, low-rate
budjet banget ini maskapai, apalagi kalau para mahasiswa atau para miskiners
memesan tiketnya jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan, mungkin harga tiket
pesawat sama harga rokok atau bisa cuma beda tipis, rokok sepuluh dus.
Sesampainya di bandara Soetta, pemandangan yang lumrah sudah
terlihat, seperti permukiman kumuh, para TKI yang duduk-duduk di pinggiran
bandara terlihat seperti mereka akan membangun sebuah rumah temporer di dalam
bandara, dan apabila keluar dari bandara banyak penjual parfum kw yang
menjajakan jualannya diam-diam kepada orang-orang yang baru saja tiba di
bandara, lebih mirip sama penjual narkoba, bisik-bisik 'coy.. coy.. parfum
coy.. mabok-mabok..', dan bermacam-macam hal unik yang mungkin jarang anda
temui di luar sana, gue sama Sofia janjian ketemuan di sebuah restoran di
bandara beberapa saat setelah pesawat tiba, gue nga sempet izin ke kakak
seniornya Sofia karena gue pun nga terlalu kenal dekat dengan dia, Sofiapun
datang di tempat yang sudah dijanjikan, kita makan sebentar.
Setelah beberapa menit kita makan dan bercanda ria, gue dan
Sofiapun melanjutkan perjalanan lagi ke rumah gue untuk menaruh barang-barang,
karena tidak ada train, jadi gue menggunakan fasilitas umum yang paling nyaman
yaitu taxi, gue dan Sofiapun menuju rumah gue dengan menggunakan taxi, di dalam
taxi gue udah mulai gugup dan grogi, maklum aja soalnya cinta gue sebenarnya
belum sepenuhnya terjawabkan, beginilah wanita, penuh misteri, gue cocok jadi
korban dunia lainnya Sofia, gue sekarang berada di misteri zone, yang belum ada
kejelasan, kalau ABG beranjak gaul bilang ini namanya HTS(Hubungan Tanpa
Sentuhan), sama seperti keadaan gue sekarang ini di dalem taxi, lebih mirip
naik angkot bareng, kiri bang.. kiri.
Seperti biasanya, rumah gue selalu kosong, cuma ada dua bidadari
rumah gue si Ros dan yang satunya gue nga kenal, soalnya suka ganti-ganti, si Ros
paling awet jadi pembantu rumah gue, mungkin dari jaman megalitikum doi sudah
berada di rumah gue, nyokap bokap gue semuanya kerja, abang gue kerja juga,
adik gue yang paling kecil kuliah di Bandung, si Ros shock karena gue membawa temen perempuan, gue sumpel pake duit
mulutnya, dia diem.
Hari-hari di Jakarta gue jalani dengan hangout duit pas-pasan,
pernah suatu waktu gue jalan bertiga sama mantan drummer gue yang namanya Hari
Bre, saking kita bingung mau kemana, gue merencanakan jalan-jalan ke Dufan,
padahal jam sudah menunjukan pukul 4 dan kita pasti bakal telat banget sampai disana,
gue tetep memaksakan buat jalan kesana, mereka terintimidasi gue, kita akhirnya
tetap jalan sesuai rencana, sesampainya disana ternyata Dufan sudah mau tutup,
idepun tidak habis, akhirnya kita bertiga terdapar di pantai Ancol dan naik
kereta gantung Ancol, sempet beberapa kali kita foto-foto di pinggir pantai,
norak tapi menyenangkan, semacam alay yang beranjak dewasa.
(Sofia-Hari)
Beberapa hari di Jakarta gue lalui dengan jalan-jalan sama Sofia dan beberapa kali bareng Hari Bre juga, sampai saatnya si Sofia harus ketemu temen-temen kampusnya serta kakak seniornya pada suatu malam kita membuat janji di daerah jalan Jaksa, di sebuah Restoran China, kita menyantap makanan yang pada malam itu nikmat sekali, sampai ketidaknikmatan itu terjadi ketika Sofia harus bergabung bersama kakak seniornya karena besok harus jalan ke Bandung bareng mereka, jadi gue harus berpisah sama Sofia sampai disini, tetapi gue tetep nga habis pikir dan malam itu juga gue berencana ke Bandung bersama sahabat gue yang bernama Indra yang akan tinggal di kosannya Adit di daerah Buah Batu, sebenernya nenek gue tinggal di daerah Bandung juga, tapi gue lebih memilih di tempat teman gue karena lebih bebas, wild life.
Keesokan paginya gue udah berada di Bandung terlebih dahulu, dan
Sofia baru sampai di Bandung siang hari, dan kemungkinan doi besok bakal
tinggal di rumah temen kakak seniornya, gue masih sibuk mencari makanan bareng
kawan gue, pagi hari di kota kembang.
‘Cuy.. makan dimana nih kita yang asik?’ gue kelaperan
‘Es goyobot ped, deket SMA 6, banyak jajanan lain disana, sekalian
cuci mata anak-anak SMA hehe..’ si Indra merekomendasikan dengan tampang
pedofil
‘Iya ped disana aja.. hehe..’ Adit mengiyakan semangat
‘Cari makan cuy, bukan cari daun muda, tapi boleh juga sih..
hehe…’ Akhirnya gue terpedaya
Pagi itu kita langsung nyantai di depan SMA 6, banyak jajanan disana,
termasuk yang paling populer es goyobotnya, walaupun gue masih menduga bahwa es
goyobot ini merupakan peranakan dari es campur, all in one, pokoknya macem-macem dimasukin ke dalam suatu gelas
mangkok bareng serutan es, fix gue bingung jelasinnya.
‘Ped cantik tuh…’ si Indra nunjukin ke arah satu cewe
‘Eh iya ndra cantik tuh…’ Adit ikut-ikutan, dan gue masih fokus
sama hp gue
‘Ngapain sih lu ped, cuci mata dikit lah disini’ si Indra sewot
‘Gue lagi smsan sama gebetan gue cuy, lu malah pada manas-manasin
gue cewe, nanti malem enaknya kemana ya kita?
‘Hmm.. mau makan-makan gitu ped? si Indra nanya
‘Ke Dago Pakar aja ped, kita cari tempat makan disitu’ Adit
mempromosikan tempat yang mungkin belum pernah doi datengin
‘Okelah.. siang ini gue janjian sama Sofia di jalan Riau, Factory
Outlet’, jadi rencananya nanti Sofia bareng kakak seniornya dan temannya
bakalan jalan-jalan ke daerah factory outlet gitu di daerah jalan Riau, dan
kita bakal ketemuan sama mereka disana.
‘Sip.. sip..’ duo maho mengiyakan.
Setelah kita selesai makan dan ritual mencuci mata di pagi hari,
akhirnya kita balik dan bersiap-siap di kontrakannya Adit, jam sudah menunjukan
pukul 12 siang, gue masih menunggu sms konfirmasi dari si Sofia kalau mereka
sudah sampai di tempat tujuan, seketika HP gue berbunyi dan ternyata itu sms
dari si Sofia, mereka baru aja sampai di Bandung, gupun mengabari yang lain
untuk bersiap-siap juga, Indra masih mandi dan Adit masih sibuk dengan ritual
mengulet di atas kasur, gue mencari benda-benda yang mungkin bisa menganggu Adit
yang sedang mengulet di atas kasur,
alhasil sempak indra yang tergeletak tanpa dosa di lantaipun menjadi senjata
ampuh gue buat menyerang si Adit, seketika itu juga adit lumpuh, dan nyaris
pingsan karena ternyata sang sempak sudah tiga hari tidak di cuci, gue shock,
adit magap-magap.
Setelah semua siap, kita langsung berangkat ke factory outlet di
jalan Riau, Bandung terlihat sangat macet saat itu, karena hari ini weekend,
kitapun sempat terjebak macet di beberapa tempat, dan ketika sampai di tempat
tujuan, ternyata macetnya lebih parah dari dugaan awal, terpaksa kita harus
memarkir mobil agak jauh dari pusat keramaian, kita berjalan ke factory outlet
sambil menunggu kabar dari Sofia, banyak tukang jajanan yang menjajakan makanannya
di sepanjang jalan Riau dan kita menyempatkan untuk mencicipi kuliner-kuliner
Bandung tersebut, ada bermacam-macam jenis seperti simoay, batagor, cimol,
bakmoy, fix gue laper.
Beberapa menit berselang HP guepun berbunyi, Sofia mengabarkan
kalau doi sudah ada di dalam dan kitapun langsung masuk ke dalam untuk menemui
si Sofia dan kakak seniornya, beberapa menit menunggu, akhirnya gue melihat
penampakan Sofia yang mengenakan kaos berwana merah, dia terlihat cantik, dan
kamipun sempat berbincang beberapa saat sampai akhirnya merekapun harus lanjut
berjalan-jalan lagi, dan kita akan bertemu nanti malam di daerah Dago Pakar
buat makan malem bareng.
Selesai bertemu Sofia, kita langsung menuju tempat gebetannya si
Indra di daerah Pasteur, gue nga tau ini gebetan Indra yang mana lagi, tapi
Indra termasuk lelaki yang melihat wanita tanpa pandang beha, nyaris semua
wanita menjadi gebetannya, tapi hanya wanita-wanita yang kurang beruntunglah
yang akhirnya menjadi pacarnya, beberapa dari temen cewek gue pernah ditembak
si Indra, dengan gayanya yang cool mungkin menghipnotis semua wanita yang
kurang iman, dari yang blesteran jepang sampai yang blesteran manusia pernah
doi pacarain, gue termasuk sahabatnya doi yang terkadang agak prihatin sama
kelainan yang dia miliki, semoga lu nga termasuk bagian dari wanita yang pernah
dipacarin manusia berbulu dada tipis ini.
Sesampainya di rumah gebetannya si Indra, gue shock berat,
ternyata gebetannya si Indra temen gue waktu SMP di Labschool Rawamangun dulu
namanya Devina, doi udah berubah banget jadi wanita dewasa yang tampaknya mudah
digauli, dulu waktu SMP si Devina masih culun banget, mirip penari kupu-kupu
yang kurang jam terbang, hinggap kesana-kemari, hilang arah dan tujuan, seperti
anak-anak cupu pada umumnya, berakhir menjadi wanita kecil yang terasingkan
dari pergaulan, sungguh menyedihkan, tapi sekarang doi menjadi remaja ababil
yang beranjak dewasa, agak riskan terbawa hal-hal negatif, harus gue protect
dari gangguan mahkluk gaib semacam Indra, setelah gue lihat-lihat ternyata
pergaulan si Devina lebih keras daripada apa yang gue pikirkan, ternyata gue lebih
culun dari doi, gue pasrah dipergauli cewek temen SMP gue.
Setelah beberapa jam kita ngobrol-ngobrol santai dan dipergauli
dengan indah, akhirnya gue berencana buat balik ke kontrakan si Adit karena
stamina gue yang sudah mulai menurun, hal ini mungkin akan mengagalkan rencana
dinner gue bareng si Sofia nanti malem, guepun balik ke kontrakan si Adit dan
beristirahat sejenak, mereka meminjam mobil gue untuk berjalan-jalan selama gue
beristirahat, mereka mau cuci mata sebentar katanya, memang di Bandung adalah tempat
terbaik buat para lelaki-lelaki yang haus akan kasih sayang seorang waria untuk
selalu cuci mata, atau mungkin mereka akan melakukan ritual mencari
gebetan-gebetan baru yang akan menjaring para wanita-wanita kurang beruntung
yang berada di Bandung, pasti target mereka adalah anak SMA dan SMP, memang
pedofil tulen.
Beberapa jam gue beristirahat, akhirnya stamina gue pulih kembali,
sekarang waktunya gue mengkambing buta malam ini, gue sempet cari dua
penampakan makhluk setengah homo itu si Adit dan si Indra, ternyata mereka
belum balik ke kontrakan, gue bergegas menghubungi mereka buat balik dan
siap-siap karena sebentar lagi kita harus dinner bareng Sofia. Seketika gue
menghubungi si Indra, ternyata mereka terdampar di CK, memang biasanya kami
sering nongkrong murah di depan CK Buah Batu, kalau lagi ada uang, kita suka
beli minuman dan nongkrong di daerah Bukit bintang, melihat pemandangan Bandung
dari bukit. saik abis!.
Pede, I’m going now, tiba-tiba gue dapet sms dari Sofia, kita
bersiap-siap buat cabut menemui mereka di restoran daerah Dago Pakar gitu,
Indra membawa mobil gue, karena gue nga terlalu paham jalan-jalan di Bandung
atau emang Indra adalah supir sejati gue, beberapa menit berselang akhirnya
kita sudah mendekati tempat yang dituju, daerahnya sungguh indah, ditemani
kelap-kelip lampu yang membuat suasana di daerah Dago Pakar ini semakin
romantis, dan hembusan angin malam yang sangat dingin di daerah itu membuat gue
pengen buru-buru pelukan, tapi di mobil gue cuma ada maho tulen, jadi biarlah
gue mati kedinginan.
Sampai juga di tempat tujuan, Sofia sudah sampai terlebih dahulu
di restoran tersebut, kita masih mencari parkiran, ternyata banyak juga
mobil-mobil yang datang ke restoran ini, tapi emang enak banget sih buat dinner
bareng temen-temem maupun pacar,'Glekk..’
gue membuka sedikit pintu mobil, lalu wuuuuuuuzzzzz…
hembusan angin malam di daerah Dago Pakar waktu itu bisa membuat gue mati
kedinginan, tapi enak banget suasananya, udara dingin ini yang membuat kita
jadi tambah berselera untuk makan dan untuk nongkrong lebih lama lagi, karena
gue jarang banget nongkrong lama-lama selain di toilet.
‘Pede.. Where are you?’ si Sofia menghubungi gue lewat telepon
‘Already there, where are you?’
‘Oke.. second floor’ Sofia mengarahkan
Akhirnya gue bertemu Sofia dan yang lainnya di lantai dua, kami
berbincang-bincang sejenak, memesan minuman hangat dan beberapa makanan, mereka
sangat humble, dan di restoran itu
juga kami bertemu adik-adik kelas gue / junior gue waktu SMA, karena dulu SMA
gue semi-militer gitu, jadi mereka sangat hormat sama senior-seniornya, ini
bisa jadi ajang sok keren gue disini, dan gue melanjutkan dinner bareng Sofia beserta
kawan-kawannya di restoran tersebut.
Beberapa makanan yang dihidangkan pada saat itu tak membuat
pandangan gue sedikitpun untuk terus menatapnya, tajam dan menusuk sampai ke
bo'olnya(bau dong), cinta memang
buta, terkadang kita terlena dibuatnya, tetapi disaat itu pula kita lupa akan
keberadaan dunia nyata, cinta memang terkadang membuat seseorang lupa daratan,
lupa apabila kita sedang berada di dunia, bagaikan terbang ke angkasa luas,
tinggi... tinggi.. dan.. aahh..
begitulah rasanya cinta, memang semua dosa ternyata nikmat, don't try this at home.
Setelah makan guepun kenyang, kalau tidak kenyang berarti harus
nambah, dan itu nga penting gue ungkapkan, setelah gue beres makan rencananya
gue mau jalan-jalan sama si Sofia, and terpaksa Sofia harus gue pinjem dulu beberapa
saat dari temen-temennya, dengan sangat terpaksa akhirnya teman-temannya
memperbolehkan buat Sofia kencan bareng gue lagi malam ini, gue disertai dua
laler jahat yang menguntiti gue dari tadi yaitu Adit dan Indra, so after that gue harus balikin si Sofia
dari jam yang sudah ditentukan, semacam rental.
Gue, Indra, Adit, dan Sofia bergegas ke mobil gue, Indra nyetir, Adit
duduk di kursi depan, dan gue sama Sofia di belakang, karena nga mungkin Sofia
dipangku Adit, dan sekarang kitapun bingung mau jalan kemana, karena sudah
malam dan sudah makan, akhirnya kita memutuskan buat keliling-keliling saja di
kota Bandung, yang masih gue Inget waktu itu di daerah deket universitas
Parahyangan, mobil gue melewati jalan-jalan disitu sampai akhirnya terjadi 'Gleeekk', si Sofia ngerangkul tangan gue
dan bersender di pundak gue, gue kaget sembari downy ikut berdiri, gue bingung harus mengekspresikan apa, apa
mungkin gue harus loncat-loncat di dalem mobil, apa gue harus stay cool, tapi
ini bukan gue banget, yang ada juga stay
njing, tindakan yang paling mungkin seorang pedofil seperti gue lakukan
adalah memeluk balik dan mencium bibirnya, dan film Bandung lautan asmara part
2 segera rilis.
Dalam perjalanan gue kali ini, gue nga bisa berkata apa-apa, gue
cuma bisa diam dan menikmati gemerlapnya kelap-kelip kota bandung, sesekali gue
ngelihat kearah Sofia, dia terlihat sedang melihat keluar jendela dengan
tangannya masih merangkul tangan gue, gue masih amatir dengan hal-hal semacam
ini, paling bagus gue pernah dirangkul kambing gue waktu lagi Idul Adha,
berakhir tuh kambing ngamuk-ngamuk, dan ketika si kambing kepalanya udah
berhasil di sembelih, si kambing tetep menggila, kasian si kambing, semoga
nasibmu tidak seperti sang kambing ya nak Sofi.
'Pede....' Sofia memanggil gue halus
'Yes Sofi...'
'Hmm.. i just wanna say yes
for the answer'
'Ha..?' gue pura-pura lupa, padahal ini hal yang paling gue inget
dalam hidup gue
'yes' Sofia menegaskan lagi
'What...?' gue grogi plus bingung harus berekspresi apa selain
menggunakan bahasa inggris gue yang pas-pasan antara, what, yes or no.
'Last time.. you ask me to be your boyfriend, then i say yes now'
Sofia menatap gue dalam, gue menatap Sofia kasian, ternyata ada juga yang mau
sama tapir yang bisa nemplok di dinding ini.
'Are you sure Sofia? i'm so supprised and happy to hear that'
jawab gue sok cool, Sofia senyum, gue muka berak.
Sejak saat itu akhirnya gue resmi mejadi cowoknya Sofia, cowok jelek,
item, dekil, kumisan, dan behelan yang nyaris mendapat julukan tukang cabul
tanpa tanda jasa ini mengakhiri masa lajangnya selama tiga ratus empat puluh
tujuh koma lima tahun bersama seorang cewek Thailand yang masih harus
dibuktikan kewanitaannya, dan pada akhirnya sebagai komplotan geng laler nakal
yang telah mengemban jabatan baru jadian
tersebut dengan penuh tanggung jawab akhirnya gue harus meneraktir temen-temen
gue dalam seminggu, padahal nga ada hubungannya, emang dalam kisah percintaan,
lama kelamaan kita akan lupa sama teman, untuk dapat terus mengingat jasa para
teman kita yang bukan pahlawan tersebut, maka ritual biasanya diawali dengan hal-hal
menyakitkan semacam itu, ini bagian yang mengharukan
buat gue.
- Ingatlah
pertama kali kamu jadian dengan Kekasihmu
mungkin akan mengobati Amarahmu -
KISAH CINTA YANG TAK PERNAH
ABADI
Pada suatu ketika di Malaysia, gue merencanakan jalan barena cewek
gue yang sudah terdeklarasikan sebelumnya diatas monumen mobil gue di daerah
Bandung, kali ini gue mengajak sahabat gue yang agak sedikit homo menurut gue
dan tidak diterima di dunia permahoan dikarenakan adik kecilnya yang
bener-bener kecil, yang tidak lain dan tidak bukan adalah gitaris band gue
sejak SMA dulu yaitu 'Galih Rakasiwi Jarang Mandi', panggilan kesayangannya si
old, karena tampangnya yang mengalami penuaan dini sejak dalam kandungan, si
old ini merupakan seniman sejati yang selalu mengemis cinta, di masa mudanya
dia habiskan dengan berfikir kenapa tidak ada wanita yang mau sama dia, sangat menjijikan.
Kali ini gue berencana jalan bertiga ke mall di Malaysia yang
bernama Paviliun, gue rencananya mau nonton film Benjamin Button, sesampainya
di mall kitapun langsung mencari tempat makan yang paling murah, kalau
seandainya tidak ada terpaksa kita menjilat-jilat pohon demi mengambil
sari-sari makanan pada tumbuhan, sampailah kita di kedai es cream, dan kita
sempat mencicipi beberapa es cream yang menurut gue tidak begitu senikmat es
cream haagen-dazs, waktu itu kita sembari menunggu film, rambut gue yang mirip
popcron setengah mateng ini mengganggu pemandangan manusia-manusa yang berlalu-lalang.
(Galih-Gue)
Pada akhirnya jam film gue mulai, kitapun bergegas menuju theater XXI yang berada di mall Paviliun lantai paling atas, setibanya di pintu masuk 'Daaaaarrrrrrr' ternyata tiket kita hilang saudara-saudara, kita mencoba mengingat-ngingat kembali hal-hal yang mungkin terjadi tadi, gue sama Sofia fix menyalahkan Galih karena kita sepakat untuk berkonspirasi bahwa yang megang tiket terakhir adalah Galih, Galih bingung tetapi tidak menyesal, dia mencoba mencari koalisi, tapi yang ada hanya sedotan dan kentang goreng, syarat koalisi adalah makhluk hidup, dia putus asa dan berencana mau menusuk dirinya dengan sedotan, berakhir gagal.
Antrian di belakang semakin panjang, karena kita terlalu lama
mencari tiket kita yang hilang, petugaspun juga semakin kebingungan, pasang
muka pasrah ke petugas penjaga, akhirnya doi mengizinkan kita masuk setelah berhasil
berkompromi tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada para tuyul yang
gentayangan di mall ini, akhirnya kita masuk dan menepati tempat duduk yang
masih kita ingat tadi yaitu di front row!!,
karena penuh sekali yang nonton film baru ini.
Sempat beberapa saat menonton iklan di dalam bioskop, sampai
akhirnya dua orang laki-laki yang mungkin berasal dari India itu datang, dan
mereka terlihat bingung, kita juga bingung, ternyata tiket kita berhasil
ditemukan, tetapi kenapa tidak di kembalikan malah mereka juga bilang itu tiket
mereka, gue coba menjelaskan apa yang terjadi, tetapi dua makhluk India ini
tidak menggubris apa yang gue katakan, gue mencoba menirukan tarian sharul khan
berharap mereka mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi gue cuma bisa tari
poco-poco itupun dengan gaya robocop kesetrum listrik 1000mega watt, akhirnya
kita diusir oleh tiket kita sendiri dan gagal hangout malam itu, gue kesel,
Sofia pasrah, Galih biasa aja.
Sejak kejadian itu, gue jarang banget ngasih kepercayaan ke si old
ini, dia teledor banget dan kurang bisa diandalkan masalah-masalah yang penting
seperti menjaga keperjakaan pantat gue, gue sama Sofia masih inget banget
kejadian waktu itu, karena berakhir dengan sangat tragis, sejak saat itu pula
gue sama Sofia lebih sering jalan berdua, nonton bareng, makan bareng, pernah
juga karaoke bareng, dan berakhir Sofia harus menderita mendengar suara gue
yang terdengar lebih mirip tikus yang terjebak dalem lem keras, beberapa momen
banyak yang gue ingat dari kita jalan bareng ke pulau Langkawi di Malaysia, ke
zoo negara, pyramid di Malaysia, Melaka, dan masih banyak lagi momen-momen
indah yang selalu kita lewati bersama, dan banyak juga hal-hal menyakitkan yang
kita alami dari berantem selama seminggu, ego untuk siapa yang menelpon duluan,
sampai harus kita meneteskan air mata, playlist
Bagindas.
Pada dasarnya kejadian-kejadian itu yang membuat kita semakin
dekat dan semakin kangen satu sama lain apabila kita sedang jauh, beberapa
tahun gue lewati bersama Sofia, suka duka, tangis dan air mata pernah kita
alami bersama, sampai akhirnya gue harus mengakhiri study gue di Malaysia
karena kenakalan gue dan gue harus berpindah kuliah di Jakarta, Sofiapun
memikirkan hal tersebut hari demi hari, dia jauh berfikir kedepan kalau
ternyata long distance relationship sangatlah
susah dijalani, dan itu terbukti salah satunya buat hubungan kita berdua,
terkadang kita kangen banget satu sama lain untuk ingin bertemu, tetapi
perantara suara di dalam jaringan telekomunikasi dan penampakan wajah di kamera
skype tidak bisa menggantikan wujud asli dari seorang kekasih yang nyata ada di
dekat kita.
Haripun semakin silih berganti, beberapa waktu Sofia suka datang
ke Indonesia untuk mengunjungi gue di waktu sibuknya mengurus skripsi, gue
seneng banget, Sofia bisa menyempatkan waktu berjalan-jalan bareng gue menelusuri
kota Jakarta dan Bandung dimana menjadi saksi awal perjalanan kita mulai
berpacaraan, sekitar tiga tahun yang lalu, dimana gue masih terlihat seperti
laki-laki bau kencur yang belum terlalu mengerti apa itu arti cinta, sejauh ini
juga gue baru tau cinta monyet, paling bagus cinta homo, gue seneng banget bisa
kenal sama seorang Sofia yang sebelumnya gue kenal dari temen gue yang
berkuliah di UIA, dan seperti hal-hal yang ada di dunia, semua datang dan pergi
begitu saja mengisi lentera jiwa di dalam timeline hidup kita, karena pada
akhirnya gue berfikir kalau kita hidup untuk masa depan dan belajar dari masa
lalu, hari inipun bakal jadi masa lalu gue nanti ketika kita berada di masa
depan, dan gue berfikir untuk tidak menghabiskan waktu gue melamuni masa-masa
lalu yang hanya tinggal kenangan, karena gue yakin suatu hari nanti, gue bakal
kangen hari ini.
Long distance relationship mendekatkan gue dan Sofia ke dalam
ketidakpercayaan, banyak orang-orang terdekat kita yang membuat kita nyaman
akhirnya datang ke dalam hidup kita, terkadang hati ini tidak bisa dibohongi
untuk tidak menerima mereka, tetapi kenyataan berkata lain karena kita masih
memiliki hubungan dengan kekasih kita, sampai akhirnya gue harus berselisih
paham tentang masalah tersebut, mungkin dari kebanyakan orang juga merasakan
hal-hal sama seperti yang gue alami, dan guepun harus pergi meninggalkan
seorang Sofia yang dulu harus susah payah untuk mendapatkannya, ternyata
layaknya seperti hidup seorang manusia yang tidak akan pernah abadi, cintapun
mengalami masa dimana seharusnya harus mati dan harus hidup kembali mencintai
sesuatu yang baru, karena keabadian hanya milik tuhan yang maha kuasa, dan pada
akhirnya Cintaku harus tertinggal di Malaysia.
- Cinta
yang paling Abadi adalah cintamu kepada Tuhanmu -
- THE
END -