Sunday, March 31, 2013

Edisi Spesial

Beberapa Tulisan Gue yang di Lombakan

CINTA SEGI TAK BERBENTUK

            Cinta memang susah didefinisikan dengan kata-kata, cinta terlalu abstrak untuk disentuh dan cinta selalu menjadi bagian terpenting di dalam hidup kita, panggil saja gue Aryo, remaja belia yang masih duduk di bangku kuliah ini sedang sibuk-sibuknya mengurus skripsi, di sela-sela kesibukan gue, gue selalu menyempatkan diri gue untuk mencari cinta sejati gue, cinta yang gue nga akan pernah gue tau dimana bakal gue temui, seperti layaknya di sebuah sinetron, kisah percintaan terkadang diawali pada saat bertubrukan di jalan dan buku-buku si cewek jatuh, seketika itu pula si cowok yang mungkin saja homo menolong si cewek, mereka saling menatap satu sama lain dan mereka saling jatuh cinta (hueeekkk..), sungguh insiden yang gue tunggu-tunggu selama ini, insiden terakhir yang gue alami adalah ketika gue nabrak tukang mie ayam dan gerobaknya jatuh, si tukang mie ayam gagal dagang hari itu, gue merasa bersalah, kita saling menatap dan untung nga jatuh cinta, akhirnya gue kasih 100ribu yang mungkin bisa mengganti sedikit kerugian si tukang mie ayam, diakhiri dengan mendorong gerobak mie ayam bareng, what a good day.

            Hari-hari gue lewati dengan kehampaan sebagai seorang jomblo yang kurang pergaulan, hari ini waktunya gue buat jalan-jalan ke sebuah mall yang ada di Yogyakarta, sore ini terlihat indah sekali, matahari yang sudah tidak terlalu terik siap menemani perjalan gue kali ini, gue menemui teman gue yang gue kenal dari sebuah club malam di Jogja, sebut saja Hadi, seorang belesteran Jawa - Ragunan ini merupakan seorang homo ababil yang memiliki banyak teman-teman wanita cantik di dekatnya, that's way gue mau janji ketemuan sama dia di Ambarukmo Plaza, mall terbesar dan cuma satu-satunya di Yogyakarta.

            Sesampainya di tempat yang telah dijanjikan sebelumnya, gue menunggu pasrah, dan sesuai apa yang udah gue duga sebelumnya ternyata si Hadi membawa teman wanitanya sebut saja Cintya, dengan perawakan tinggi, rambut panjang, putih dan langsing itu merupakan idaman para laki-laki setengah hidup kayak gue, 'Hai Aryo udah lama loe nunggu?' Hadi menyapa gue santai, 'Nga gue baru aja sampai' pandangan gue masih tertuju ke si Cintya, 'Ini kenalin temen gue Cintya', 'Hallo..', 'Ya hallo juga' tangannya lembut bagaikan marsmelow dan nga pingin gue lepas sampai akhirnya doi ngelepasin tangan gue duluan(secara paksa), kita duduk santai ditemani beberapa minuman dan makanan ringan yang sudah kita pesan sebelumnya.

            Kurang lebih 2jam kita habiskan di tempat itu, curi-curi pandang nga pernah bisa gue hindarkan dari pandangan gue ke Cintya pada saat itu, mukanya yang cantik nan jelita membuat daya tarik tersendiri buat jomblo akut seperti gue(dan kalian) sehingga hati guepun mulai mengirimkan sinyal-sinyal cinta, yang mungkin akan sulit berhubungan dengan Cintya selama kita masih harus jalan bertiga bersama Gorila Jawa-nya, rencananya besok malam kita mau ketemuan lagi di butiknya si Hadi di daerah Gejayan, gue mengiyakan pasrah dipergauli gay demi mencari sebuah cinta yang terkadang kita rela berbuat apa saja untuknya.

            Malam itupun tiba, gue dengan dandanan yang super ganteng(menurut gue) siap memikat hati si Cintya dengan parfum KW gue yang sudah berhasil membuat gue sakit perut dari tadi karena baunya yang lebay, sesampainya di butik, gue hanya melihat penampakan dua gay ababil yang mungkin bakal menyodomi gue di dalam, jadi rencananya gue bakal nunggu di luar demi keamanan pantat gue.

            'Hai Hadi, sorry telat, gue ketiduran', 'Iya santai aja, anak-anak belum pada dateng juga koq' jangan bilang anak-anak itu maksudnya komplotan gay loe!, 'Hmm.. Cintya maksud loe?', 'Iya dan yang lainnya', 'Oh oke.. gue nunggu di luar ya', 'Sip sip', dinginnya malam itu menemani gue dengan sebatang rokok marlboro menunggu datangnya sang gebetan gue.

            Beberapa saat menunggu, tiba-tiba mobil Jazz hitam terpakir di sebrang butik, keluar dua wanita cantik yang salah satunya adalah Cintya dan satu lelaki tak diundang dari dunia gaib, 'Hai aryo, udah lama loe? Cintya menyapa gue, 'Nga baru aja, tuh Hadi ada di dalem', 'Oh oke.. nih kenalin temen gue (sebut saja)Maya sama Indra' gue bersalaman sama Maya dan Indra(dengan terpaksa), kitapun masuk ke dalem butik.

            Di dalam sang komplotan gay berteriak-teriak histeris, sedikit lebay 'Aaaaaa.. Aaaa.. Mayaaaa.. gimana kabar, cucok' Hadi terlihat senang sekali, 'Aaaa.. Aaa.. iya Maya dari mana aja nga pernah keliatan lagi' temennya ikut-ikutan sok histeris, 'Gue sibuk nyusuin bokin gue nih' si Maya menanggapi jorok, gue bengong melihat sosialtia yang terjadi antara remaja cewek dengan beberapa teman gay-nya yang memang terlalu vulgar dalam bercanda, gue hanya bisa mangap-mangap mirip lele kena TBC mengikuti candaan-candaan ala mereka, yang mungkin Maya kira gue juga bagian dari komplotan gay labil ini, gue pasang muka macho tapi lebih kelihatan makin homo.

            Ternyata si Hadi sudah menyiapkan beberapa minuman beralkohol malam itu, mereka merencanakan untuk minum-minum di butiknya si Hadi, sebagai remaja ababil yang beranjak gaul seperti gue, gue terpaksa mengikuti apa yang sudah mereka rencanakan, Cintya dan Maya juga ikut bergabung minum bareng, gue hanya bisa mengiyakan dengan kemungkinan terburuk gue bakal di sodomi mereka kalau gue terlalu mabuk.

            'Cheeersssss..' kita bersulang untuk minuman yang pertama, ditemani musik-musik RnB malam itu yang membuat perkumpulan kita menjadi semakin hangat, Cintya gue lihat saat itu sudah setengah mabuk dan doi duduk pas di depan gue, di samping gue ada si Hadi dengan beberapa botol minuman yang sedang asik mengisi gelas-gelas kecil dengan minuman beralkohol tersebut.

            Malam semakin larut, minuman pun sudah memasuki ronde yang sudah tidak terhitung lagi oleh gue, ada beberapa teman kita sudah pada mabuk, gue masih setengah sadar, pada saat itu juga si Hadi tiba-tiba mepet-mepet ke gue, gue merasa kayak lagi berpacaran sama doi dan gue baru sadar kalau ternyata si Hadi emang udah suka sama gue dari pas kenalan di club malam itu, gue yang belum terlalu mabuk pada malam itu langsung segera menyadarkan diri berharap gue tidak terlalu mabuk di malam itu, Hadipun memeluk gue, gue mau teriak tapi cuma bisa dalem hati 'AAAAAAAAAAA.. GOD PLEASE HELP ME!!', rencana ngegebet si Cintyapun terlihat gagal total, mungkin ini yang kita namakan cinta segi tak berbentuk, dimana kita ngegebet cewek disitu pula kita digebet gay.

            Sebelum hal-hal yang diinginkan oleh Hadi terjadi dan yang diinginkan oleh gue mustahil terjadi, akhirnya gue pura-pura di telepon abang gue yang sebenarnya adalah temen gue yang tinggal di daerah dekat situ untuk menjemput gue, guepun menunggu beberapa saat sampai akhirnya temen gue dateng dan menyuruh gue pulang sekarang juga yang mereka kira doi adalah abang gue, dan gue mengiyakan buat balik bareng abang gue sebelum dimulainya acara sodomi berantai.

            Sesampainya di rumah temen gue sebut saja Anton, gue langsung tertidur karena sudah terlalu mabuk, dan keesokan paginya gue kirim pesan BBM ke si Cintya meminta maaf karena gue terlalu mabuk dan harus balik duluan(sebelum di sodomi masal), si Cintya memaklumi gue dan beberapa pesan dari Hadi tidak pernah gue balas sampai pada akhirnya gue harus menghapus kontak mereka, karena menurut gue, mereka adalah sahabat yang saling berhubungan dekat satu dengan yang lainnya, jangan sampai cinta segi tak berbentuk ini merusak persahabatan mereka.

            Cinta memang menuntut kita untuk saling memiliki, terkadang cinta bisa melupakan sebuah arti pertemanan maupun persahabatan, cinta merupakan sesuatu hal yang sangat mulia yang harus kita jaga dengan sangat hati-hati, cinta memang harus diperjuangkan tapi ada saatnya kita harus merelakan cinta itu pergi, jadi lakukanlah sebijak mungkin tentang cinta tapi jangan sampai pada akhirnya kamu dipermainkan oleh cinta.


Sebaik-baiknya cinta yang kamu miliki, tidak akan pernah lebih baik dari cinta yang diberikan oleh Ayah dan Ibumu -

KASIH IBU SEPANJANG MASA

Apa yang kamu lakukan jika hari ini hari terakhirmu bersama Ibumu?

            Panggil gue Aryo, gue dulu masih bersekolah SMA kelas 1 di Bandung, waktu itu adalah liburan sekolah yang dimana gue selalu menyempatkan diri balik ke Bekasi untuk menjenguk ayah dan ibu gue, karena sekolah gue yang berasrama jadi kesempatan untuk bertemu ayah dan ibu gue cuma disaat hari-hari libur gue yang mungkin cuma sebentar banget, kalau untuk hari biasa gue cuma libur hari minggu saja dan itu hanya dikasih batas waktu keluar asrama dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, seandainya gue telat balik ke asrama maka untuk minggu depannya gue kena hukuman nga bisa keluar asrama.

            Hari ini gue di Bekasi, seperti biasa gue selalu tinggal di rumah, bermain bersama adik gue yang waktu itu masih bersekolah SMP kelas 2 di Jakarta dan abang gue yang udah tinggal di Bandung bareng nenek gue karena kuliah disana, saat-saat itu gue lewati dengan suka cita bermain bersama keluarga kecil gue, ibu gue yang sayang banget sama gue itu selalu memanjakan gue di setiap keadaan gue, ketika gue belum makan, ketika gue belum mandi dan ketika gue lagi sakit, ibu gue selalu ada di samping gue, ibu gue sangat peduli banget sama kondisi gue.

            Sampai pada akhirnya gue harus balik lagi ke Bandung karena liburan gue di Jakarta telah habis, gue inget waktu itu pada saat gue harus pergi meninggalkan ibu gue ke Bandung, gue dan ayah gue sudah sempat masuk ke mobil terlebih dahulu, mobilpun sudah sempat beranjak keluar dari garasi, ibu dan adik kecil gue menunggu di depan pintu rumah gue dan ibu guepun tiba-tiba menangis sedih yang jarang terlihat sebelumnya ketika gue mau balik ke Bandung, ibu gue meneteskan air matanya, guepun keluar dari mobil dan mendatangi ibu gue sembari berkata 'Mamah kenapa menangis?', 'Aryo cepat pulang ya, mamah kangen', 'Iya mah, Aryo pasti balik koq' dan ibu gue mencium kening gue sebelum akhirnya gue harus berpamitan meninggalkan ibu dan adik kecil gue.

            Hari-haripun gue lewati di sekolah berasrama gue di Bandung, sekolah semi-militer yang memiliki cara pendidikan seperti tentara itu membuat gue tidak betah buat tinggal disana, gue sempat berfikir buat pindah sekolah karena mungkin sekolah ini terlalu keras buat gue yang predikatnya waktu itu masih anak mami, anak rumahan yang kaget akan didikan keras ala tentara yang menjadi dasar pendidikan di sekolah berasrama itu, bangun pagi jam 4, sholat subuh bersama, setelah itu kita diwajibkan untuk olah raga pagi setelah sholat subuh, selesai olah raga pagi, kita hanya dikasih waktu 10menit buat mandi, setelah mandi kita makan pagi bersama di ruang makan, setelah makan bersama, kita persiapan apel menuju sekolah yang masih berada satu daerah dengan asrama, masjid dan ruang makan.

Apa yang kamu lakukan jika hari ini hari terakhirmu mendengar suara Ibumu?

            Setelah malam tiba seperti biasa kita selalu menyempatkan untuk sholat Maghrib dan sholat Isya berjama'ah, setelah sholat Maghrib tiba-tiba gue teringat tentang ibu gue, gue yang biasa berbaur bareng temen-temen gue, sekarang gue menyendiri memikiran ibu gue yang sedang sakit parah, gue terus memikirkannya sembari mendoakannya semoga ibu gue lekas sembuh dan gue nga tau kenapa kalau malam itu yang ada dipikiran gue cuma ibu dan ibu gue saja, gue terus berdoa supaya tuhan selalu ada di samping ibu gue.

            Setelah selesai shalat Isya berjama'ah kita menuju ruang makan buat makan bareng, dan seperti biasa setelah selesai makan, kita dikasih waktu bersantai sebentar di depan kantin, ngobrol bareng temen-temen dan ada juga kedai telepon untuk menelepon sanak saudara di luar sana karena kita tidak diperbolehkan untuk membawa HP, rencananya malam itu gue mau menelepon ayah gue perihal gue mau pindah sekolah karena gue nga betah bersekolah di sekolah berasrama ini, guepun mengantri di kedai telepon yang hanya ada tiga bilik dan selalu dipenuhi siswa-siswa yang menyempatkan menelepon keluarganya di kampung.

'Teeeeet.... Teeeeet.... Teeeeeeet.... Hallo....' Akhirnya tersambung ke ayah gue.
'Hallo pah, ini Aryo, pah aku mau pindah sekolah aku nga betah sekolah disini'
'Kenapa? dibetah-betahin aja, jangan pindah-pindah' ayah gue yang orangnya keras terkadang susah mengerti keadaan gue dan gue yang selalu dekat sama ibu gue, terkadang gue selalu dimanja yang berlebihan sama ibu gue, tapi gue selalu bandel sama ibu gue.
'Pah, aku udah bener-bener nga betah, aku mau pindah' Malam itu gue menangis
'Yaudah, kamu coba betah-betahin dulu, bapak masih sama mamah kamu di rumah sakit, nanti kalau ketemu kita obrolin lagi ya, kamu mau ngomong sama mamah nga?'
'Nga pah.. pokoknya aku mau pindah' dipikiran gue saat itu hanya cuma ingin pindah sekolah
'Udah kamu ngomong dulu sama mamah kamu' ayah gue memaksa gue.
' Aryooooooooo...' ibu gue menyapa gue di sebrang telepon dan gue tidak membalas apa-apa, gue langsung menutup telepon di kedai telepon tersebut dan langsung membayar.

            Setelah menelpon ibu gue akhirnya gue balik ke asrama karena jam bersantai setelah makan malam kita sudah selesai, kegiatan selanjutnya adalah belajar malam, yang dimana para siswa kelas 1, 2 dan 3 diwajibkan belajar bersama di asrama lantai paling atas, beberapa guru pembimbing datang untuk membantu para siswa yang mungkin butuh bantuan dalam pelajaran yang kurang, guepun selalu mengisi waktu belajar malam gue untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru gue setiap harinya.

            Selesai belajar malam kegiatan yang rutin selanjutnya dilakukan adalah ronda malam yang dimana para siswa dicek kebersihan kamarnya oleh para senior, hukuman akan diberikan oleh senior apabila ternyata kamar yang dicek masih kotor atau tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada, biasanya saat inilah yang kita sebut sebagai ajang penyiksaan oleh senior terhadap junior, ruangan kita terdiri dari dua koridor dan setiap koridor terdiri dari empat ruangan, setiap ruangan terdiri dari delapan kasur tidur atas bawah, jadi total siswa yang tidur dalam satu ruangan berkisar enam belas orang dan hampir setiap malam para senior menyiksa kita sampai larut malam, sebagai junior kita hanya bisa menerima hal itu.

            Pagi itu gue seperti biasa bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, bercanda-canda bareng teman sekamar menjadi hal yang tidak pernah terlupakan oleh gue kala itu, tiba-tiba pada saat itu wali kelas gue datang menghampiri kamar gue dengan membawa surat izin berlibur, 'Aryo, kamu hari ini ke Jakarta ya sama bapak, ibu kamu sakit parah, dia ingin kamu bisa nemenin ibu di Jakarta' pak Salim namanya, dia seorang guru agama Islam dan juga wali kelas gue yang sangat baik, dia menyampaikan kabar dari ayah gue yang ingin gue cepat-cepat balik ke Jakarta bersama pak Salim.

            Perjalanan ke Jakarta pun dimulai, waktu itu kita masih menggunakan kereta api sebagai sarana transportasi tercepat ke Jakarta, mungkin akan menempuh waktu sekitar 2jam dan berhenti di stasiun Jatinegara, di sepanjang perjalanan, gue masih belum memikirkan hal-hal yang aneh, yang ada gue seneng banget karena bisa liburan ke Jakarta menemui keluarga gue disana, ibu gue yang dirawat di rumah sakit pelni petamburan sering gue temani bareng adik gue kala itu, kitapun rencananya akan menuju rumah sakit pelni petamburan, 'Pak Salim, kita mau kerumah nenek dulu nga?' gue mengajak pak Salim ke rumah nenek gue yang rumahnya berada sejalan dengan arah kita menuju stasiun kereta, 'Oh nga, kita langsung aja ke Jakarta, udah ditunggu ayah kamu di Jakarta', 'Oh.. oke pak Salim', perjalananpun dilanjutkan dengan keadaan pak Salim yang sangat terburu-buru sekali dan gue belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

            Sesampainya di stasiun kereta api, gue sama pak Salim langsung memesan tiket ke Jakarta yang alhamdulillah masih tersisa beberapa kursi, sembari menunggu kereta, gue menyempatkan menelpon ayah gue di Jakarta, 'Hallo pah, ibu gimana kabarnya?', 'Aryo cepat pulang ya nak, bapak tunggu di rumah ya nak' ayah gue terlihat sambil menangis menelpon gue dari sebrang sana, 'Iya pah, aku sudah di stasiun kereta bareng pak Salim', setelah menelpon, gue menyempatkan sarapan sebelum kereta gue berangkat, membeli beberapa makanan kecil untuk disantap di dalam kereta, pak Salim pun sudah menunggu di dalam kereta dengan muka yang tidak biasa, seperti sedang memikirkan sesuatu, gue yang waktu itu masih kecil belum bisa berfikir terlalu jauh, gue hanya berfikir akan berlibur ke Jakarta dan ingin pindah sekolah.

            Keretapun sudah mulai melakukan perjalanannya, gue duduk bersebelahan dengan pak Salim di dalam kereta, saat itu kondisi masih seperti biasa, pak Salim masih terlihat serius sekali, tidak biasanya pak Salim terlihat seperti ini, guepun menyempatkan tidur sejenak di dalam kereta, sampai akhirnya gue terbangun dan tiba-tiba terfikirkan kembali tentang ibu gue, gue bertanya-tanya tentang ibu gue, gimana kondisi ibu gue, kalau ibu gue meninggal bagaimana, apakah ibu gue bisa cepet sembuh dan pertanyaan-pertanyaan lainnya di otak gue yang terus bertanya sepanjang perjalanan di kereta api sampai akhirnya gue tertidur kembali di kursi gue, gue melihat pak Salim masih dengan keseriusannya.
Apa yang kamu lakukan jika hari ini hari kamu melihat kalau ibumu telah tiada?

            Sesampainya di stasiun kereta api Jatinegara, kita langsung mencari transportasi tercepat yaitu taxi, tidak seperti biasanya, pak Salim terlihat buru-buru sekali saat itu dan gue hanya bisa berfikir semua akan baik-baik saja, di seperjalanan pulang tidak ada tanda-tanda yang terjadi, kita melewati jalan seperti biasanya menuju rumah gue di Bekasi, ayah gue sudah menunggu disana dan gue belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

            Kita masih berada di dalam taxi dan kita sudah hampir sampai ke depan komplek rumah gue, sesampainya di depan komplek rumah gue, gue melihat bendera kuning yang bertuliskan nama ibu gue, saat itu pula gue mengeluarkan air mata, gue menangis seakan tidak bisa meluapkan rasa kesedihan gue yang mendalam, gue menangis seakan gue belum pernah menangis sebelumnya, gue tidak bisa menanhan diri gue yang terlalu sedih saat itu, gue nyaris pingsan.

            Sesampainya di belokan dekat rumah gue, bendera kuning makin menghiasi jalan ke arah rumah gue, semakin gue melihat bendera kuning yang bertuliskan nama ibu gue, semakin gue menangis sedih, baju gue sudah dipenuhi air mata gue yang tak terbendung lagi saat itu, taxipun sampai di depan rumah gue, dengan terburu-buru gue langsung membuka taxi dan melihat kerumunan orang di rumah gue yang kala itu sedang melayat ibu gue, gue melewati mereka acuh, gue melihat tubuh ibu gue yang sudah dibalut dengan kain kafan tergetak di depan ruang tamu rumah gue bersama keluarga gue lainnya, gue menghampiri dengan tangis gue yang masih bercucuran saat itu, gue mencium kening ibu gue dan hanya bisa merelakan ibu gue harus kembali pelukan ke tuhan yang maha esa.

            Pak Salimpun masuk dan memanjatkan doa-doa, serta surat Yasin yang diikuti oleh para pelayat yang membacakan surat Yasin mengikuti pak Salim di rumah gue, gue hanya bisa berdoa sembari menangisi kepergian ibu gue yang terlalu cepat, gue masih banyak berbuat salah dan belum meminta maaf ke ibu gue yang selama ini mencintai gue dengan sepenuh hati tanpa pamrih, gue belum sempat membalas budi ibu gue yang selama ini selalu peduli sama gue disaat gue susah dan sakit, dan gue belum bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua gue tapi ibu gue sudah harus pergi terlalu cepat, gue terus tangisi karena gue menyesal telah menjadi anak yang tidak patuh dan selalu nakal terhadap ibu gue, tetapi ibu gue selalu menasehati gue dengan senyuman.

            Adzan Zuhurpun tiba, kita segera menuju masjid untuk menyolatkan ibu gue yang telah kembali ke pangkuan yang maha kuasa dan menuju tempat pemakaman yang tidak jauh dari rumah gue, gue melihat sekitar gue banyak sanak saudara yang datang serta teman-teman gue yang mencoba menghibur gue yang saat itu sedang bersedih, sesampainya di tempat kuburnya, gue mengadzankan ibu gue untuk yang terakhir kalinya di dalam liang lahat, proses pemakamanpun selesai dan gue masih tergeletak lemas berada di daerah pemakaman ibu gue yang berangsur mulai sepi karena harus balik lebih awal, gue masih menunggu di dekat makam dan terus mendoakan ibu gue.

            Kepergian ibu gue yang terlalu cepat menjadikan luka yang mendalam buat gue, tetapi gue harus merelakan semua itu karena sudah menjadi takdir yang maha kuasa untuk ibu gue pulang secepat ini, gue menyesal karena tidak berbakti sepenuhnya kepada ibu gue ketika ibu gue masih ada di dunia dan penyesalan hanya datang belakangan, sekarang gue mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang sangat gue sayangi dan gue mengerti rasanya penyesalan yang teramat sangat dari kepergian orang yang sangat gue sayangi sampai saat ini, banyak orang yang tidak menyadari bahwasanya kasih sayang seorang ibu itu tidak akan bisa dibalas dengan apapun, ketika ibu masih ada kita selalu menyia-nyiakannya dan ketika ibu sudah dipanggil yang maha kuasa kita baru menyadari bahwa sebenarnya kasih sayang seorang ibu itu sepanjang masa, i love you mom.

Sebaik-baiknya cinta yang kamu miliki, tidak akan pernah lebih baik dari cinta yang diberikan oleh Ayah dan Ibumu -

REVOLUSI PENDIDIKAN INDONESIA
DEMI MERAIH TAHUN EMAS DI 2045
(Essai)

            Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan tingkat kualitas pendidikan berada di urutan ke-69 dari 127 negara berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report pada tahun 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO, hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan kekayaan alam di Indonesia yang menempati urutan pertama dengan sumber daya alam terbesar di dunia berdasarkan data World Conservation Monitoring Center, terlebih Indonesia saat ini telah mempunyai Bonus Demografi dilihat dari jumlah angkatan kerja yang produktif dan siap masuk lapangan kerja dalam jumlah yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan pembangunan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

            Kondisi yang sangat kondusif tersebut tidak diimbangi dengan kualitas pendidikan sumber daya manusianya, sehingga yang terjadi adalah pengerusakan secara berlebihan dalam pengelolaan sumber daya alam ataupun pengambilalihan sumber daya alam yang kita miliki oleh negara lain, hal tersebut sudah terjadi sejak lama sampai dengan saat ini dan mungkin akan lebih mengkhawatirtkan lagi apabila kita sebagai warga negara Indonesia tidak sadar untuk melakukan perubahannya dari sekarang dengan lebih bijaksana dan bertanggung jawab.

            Data EFA Global Monitoring Report tahun 2011 menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Indonesia yang tidak merata dan memadai menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia di daerah-daerah yang akan berdampak sangat buruk bagi perkembangan bangsa Indonesia secara keseluruhan untuk menuju Indonesia di tahun emasnya pada 2045 yang sedang kita gagas dari sekarang ini, keprihatian ini harus segera disadarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia akan tangung jawab bersama untuk dapat melihat dengan mata terbuka bahwasanya pendidikan di negara Indonesia perlu ditingkatkan kearah yang lebih baik lagi dan di benchmarking dengan negara-negara maju lainnya.

            Kesadaran akan pentingnya pendidikan usia dini merupakan tonggak awal yang harus dibangun oleh seluruh masyarakat Indonesia demi memajukan kualitas pendidikan di Indonesia dewasa ini, yang menurut data masih jauh berada di bawah negara-negara maju dunia, oleh karena itu peranan masyarakat dan seluruh pihak yang ikut serta memberikan andil besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia harus lebih memahami tentang pentingnya memberikan sarana pendidikan yang mencerdaskan anak bangsa, sarana yang mengarahkan anak bangsa menjadi manusia-manusia yang siap menghadapi tantangan dunia luar dan sarana yang siap menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman luar.

            Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, bangsa yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya, hal ini yang menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia yang peduli akan kemajuan kualitas pendidikan di Indonesia untuk dapat melakukan perubahan secara mendasar, menyelaraskan keberagaman yang ada di Indonesia, dan sekaligus toleransinya untuk menyadarkan kepada masyarakat Indonesia akan kemajemukan bangsa bahwa peran pendidikan di tengah-tengah masyarakat kita yang beraneka ragam sangatlah penting bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

            Kebijakan pendidikan di Indonesia yang cenderung berubah-ubah dan berganti-ganti pada akhirnya tertinggal dengan kebijakan yang diterapkan oleh bangsa lain yang sudah maju, kita ambil saja contoh negara Finlandia sebagai negara terbaik dalam dunia pendidikannya, yang dimana negara Indonesia masih menerapkan sistem kebijakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) menyebabkan siswa yang gagal dalam tes harus mengikuti tes remedial atau mungkin harus mengulang di kelas selama satu tahun lagi, sebaliknya di negara Finlandia menganut sistem kebijakan Automatic Promotion dimana seluruh siswa otomatis naik kelas dan para guru siap membantu siswanya yang tertinggal atau kurang dalam pelajaran di kelasnya.

            Kualifikasi guru SD di Indonesia masih mengejar setara S1 dan guru di Finlandia semua sudah harus tamatan S2, serta calon guru di Indonesia yang masih menerima guru dengan nilai kelulusan yang pas-pasan sedangkan di Finlandia The Best Ten lulusan universitas lah yang dapat diterima menjadi tenaga pengajar di dunia pendidikan di Finlandia, sungguh ironi keadaan tersebut yang seharusnya tenaga pengajar yang cerdas serta sistem yang tepat sesungguhnya akan menciptakan anak-anak didik yang berprestasi.

            Menurut guru besar pembimbing olimpiade fisika Prof. Yohannes Surya pada pernyataannya dalam acara Kick Andy di tahun 2010, mengenai konsep 'tidak adanya orang bodoh tetapi yang ada hanyalah orang yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru baik', pernyataan beliau yang sangat hebat tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan guru sangatlah penting dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, yang dapat bersaing di dunia luar, serta dapat meraih prestasi yang membanggakan di kancah international demi mewujudkan cita-cita Indonesia dalam meraih tahun emasnya di 2045.

            Revolusi pendidikan di Indonesia sangatlah penting dan mendesak demi peningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, mulai dari pendidikan moral dan karakter sumber daya manusia yang harus lebih ditingkatkan secara terus menerus dan berkesinambungan, pembenahan sistem pendidikan yang tepat demi menunjang kegiatan belajar mengajar yang maksimal bagi para siswa, peran serta pemerintah dan masyarakat dalam memberikan sarana pendidikan yang mencerdaskan anak bangsa, serta penanaman mental spiritual yang harus dibangun sebagai landasan awal bagi kegiatan belajar mengajar para siswa kearah yang positif.

            Revolusi pendidikan merupakan langkah awal demi mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia, bangsa yang memiliki potensi besar menjadi pemimpin negara-negara dunia, bangsa yang kuat dan maju, bukan bangsa yang mudah dibodohi oleh bangsa-bangsa lain karena kualitas pendidikannya yang masih sangat rendah, tetapi harus menjadi bangsa yang bisa membantu dan berguna bagi kehidupan bangsa-bangsa lain di dunia.

            Pada dialog dalam Acara World Innovation Summit for Education (WISE) ke-4 di Doha, Qatar, tahun 2012 lalu telah menyimpulkan bahwa pendidikan perlu menyeimbangkan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dengan tetap memegang nilai-nilai tradisional yang relevan dan modern, dari hal tersebut dapat dipahami aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam dunia pendidikan di Indonesia sangatlah penting untuk ditekankan kepada para siswanya, hal ini yang sudah hilang dari dunia pendidikan di Indonesia yang lebih memahami pendidikan hanya sebagai batu loncatan kepada kelulusan untuk menjadi pekerja kantoran, sehingga melupakan esensi sebenarnya dari pendidikan untuk pengembangan diri kita sebagai warganegara Indonesia yang berkualitas dan berguna bagi nusa bangsa.

            Revolusi juga perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan terutama di bidang keterampilan yang potensinya dimiliki oleh setiap manusia, memfokuskan bidang yang menjadi bakat alami yang dibawa oleh setiap individu yang harus dikenali sejak dini oleh setiap warganya dan mengasah kemampuan itu lebih awal merupakan aset yang sangat berharga bagi generasi penerus bangsa nantinya dalam menciptakan lapangan pekerjaan serta membantu orang-orang yang membutuhkan dengan keterampilan yang tepat yang dimiliki olehnya, hal tersebut telah menjadi pernyataan seorang Peter Thiele, pejabat di Kementrian Pendidikan dan Penelitian Jerman, yang mengatakan :

"Pendidikan menyiapkan generasi yang mampu berpikir kritis, analistis, dan kreatif. Pendidikan mesti di fokuskan untuk hal-hal yang berguna".

            Sistem pendidikan, guru yang cerdas, pengembangan karakter mental dan spiritual, penanaman pola-pikir yang tepat sejak usia muda, semuanya menjadi tantangan kita sebagai warganegara Indonesia yang sedang menyongsong tahun emas di 2045, revolusi yang kita lakukan dari sekarang akan sangat berarti bagi perubahan bangsa Indonesia yang lebih baik lagi di masa mendatang, peran serta masyakat serta pemerintah menjadi langkah awal demi terciptanya perubahan ini, perubahan yang mendasar dalam dunia pendidikan, diawali dari perubahan kecil yang akan menjadi langkah besar, langkah untuk dapat merubah wajah Indonesia secara menyeluruh dan mendasar, demi kebangkitan bangsa Indonesia di dalam dunia pendidikan.

            Dengan potensi sumber daya manusia dan bonus demografi yang kita miliki, saya yakin dan percaya bahwa dunia pendidikan di Indonesia dapat menjadi yang terbaik dari negara-negara lainnya di dunia, menjadi negara yang hebat, negara yang dapat menguasai sumber daya alamnya dengan sangat baik dan bijak, negara yang menjaga kelestarian budaya dan memiliki latar belakang sejarah, serta negara yang dapat berkontribusi dan berprestasi di dunia international, diawali dari pendidikan bangsa Indonesia, pendidikan yang membutuhkan revolusi, pendidikan yang harus dirubah dari sekarang, pendidikan demi mewujudkan cita-cita bangsa untuk meraih tahun emasnya di 2045, kita yakin dan percaya untuk revolusi pendidikan di Indonesia, Indonesia.. Bisa!.

"Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 1/2 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita
- Ir.Soekarno


Saturday, March 30, 2013

Edisi Spesial

Beberapa Tulisan Gue yang di Lombakan

CINTA SEGI TAK BERBENTUK

            Cinta memang susah didefinisikan dengan kata-kata, cinta terlalu abstrak untuk disentuh dan cinta selalu menjadi bagian terpenting di dalam hidup kita, panggil saja gue Aryo, remaja belia yang masih duduk di bangku kuliah ini sedang sibuk-sibuknya mengurus skripsi, di sela-sela kesibukan gue, gue selalu menyempatkan diri gue untuk mencari cinta sejati gue, cinta yang gue nga akan pernah gue tau dimana bakal gue temui, seperti layaknya di sebuah sinetron, kisah percintaan terkadang diawali pada saat bertubrukan di jalan dan buku-buku si cewek jatuh, seketika itu pula si cowok yang mungkin saja homo menolong si cewek, mereka saling menatap satu sama lain dan mereka saling jatuh cinta (hueeekkk..), sungguh insiden yang gue tunggu-tunggu selama ini, insiden terakhir yang gue alami adalah ketika gue nabrak tukang mie ayam dan gerobaknya jatuh, si tukang mie ayam gagal dagang hari itu, gue merasa bersalah, kita saling menatap dan untung nga jatuh cinta, akhirnya gue kasih 100ribu yang mungkin bisa mengganti sedikit kerugian si tukang mie ayam, diakhiri dengan mendorong gerobak mie ayam bareng, what a good day.

            Hari-hari gue lewati dengan kehampaan sebagai seorang jomblo yang kurang pergaulan, hari ini waktunya gue buat jalan-jalan ke sebuah mall yang ada di Yogyakarta, sore ini terlihat indah sekali, matahari yang sudah tidak terlalu terik siap menemani perjalan gue kali ini, gue menemui teman gue yang gue kenal dari sebuah club malam di Jogja, sebut saja Hadi, seorang belesteran Jawa - Ragunan ini merupakan seorang homo ababil yang memiliki banyak teman-teman wanita cantik di dekatnya, that's way gue mau janji ketemuan sama dia di Ambarukmo Plaza, mall terbesar dan cuma satu-satunya di Yogyakarta.

            Sesampainya di tempat yang telah dijanjikan sebelumnya, gue menunggu pasrah, dan sesuai apa yang udah gue duga sebelumnya ternyata si Hadi membawa teman wanitanya sebut saja Cintya, dengan perawakan tinggi, rambut panjang, putih dan langsing itu merupakan idaman para laki-laki setengah hidup kayak gue, 'Hai Aryo udah lama loe nunggu?' Hadi menyapa gue santai, 'Nga gue baru aja sampai' pandangan gue masih tertuju ke si Cintya, 'Ini kenalin temen gue Cintya', 'Hallo..', 'Ya hallo juga' tangannya lembut bagaikan marsmelow dan nga pingin gue lepas sampai akhirnya doi ngelepasin tangan gue duluan(secara paksa), kita duduk santai ditemani beberapa minuman dan makanan ringan yang sudah kita pesan sebelumnya.

            Kurang lebih 2jam kita habiskan di tempat itu, curi-curi pandang nga pernah bisa gue hindarkan dari pandangan gue ke Cintya pada saat itu, mukanya yang cantik nan jelita membuat daya tarik tersendiri buat jomblo akut seperti gue(dan kalian) sehingga hati guepun mulai mengirimkan sinyal-sinyal cinta, yang mungkin akan sulit berhubungan dengan Cintya selama kita masih harus jalan bertiga bersama Gorila Jawa-nya, rencananya besok malam kita mau ketemuan lagi di butiknya si Hadi di daerah Gejayan, gue mengiyakan pasrah dipergauli gay demi mencari sebuah cinta yang terkadang kita rela berbuat apa saja untuknya.

            Malam itupun tiba, gue dengan dandanan yang super ganteng(menurut gue) siap memikat hati si Cintya dengan parfum KW gue yang sudah berhasil membuat gue sakit perut dari tadi karena baunya yang lebay, sesampainya di butik, gue hanya melihat penampakan dua gay ababil yang mungkin bakal menyodomi gue di dalam, jadi rencananya gue bakal nunggu di luar demi keamanan pantat gue.

            'Hai Hadi, sorry telat, gue ketiduran', 'Iya santai aja, anak-anak belum pada dateng juga koq' jangan bilang anak-anak itu maksudnya komplotan gay loe!, 'Hmm.. Cintya maksud loe?', 'Iya dan yang lainnya', 'Oh oke.. gue nunggu di luar ya', 'Sip sip', dinginnya malam itu menemani gue dengan sebatang rokok marlboro menunggu datangnya sang gebetan gue.

            Beberapa saat menunggu, tiba-tiba mobil Jazz hitam terpakir di sebrang butik, keluar dua wanita cantik yang salah satunya adalah Cintya dan satu lelaki tak diundang dari dunia gaib, 'Hai aryo, udah lama loe? Cintya menyapa gue, 'Nga baru aja, tuh Hadi ada di dalem', 'Oh oke.. nih kenalin temen gue (sebut saja)Maya sama Indra' gue bersalaman sama Maya dan Indra(dengan terpaksa), kitapun masuk ke dalem butik.

            Di dalam sang komplotan gay berteriak-teriak histeris, sedikit lebay 'Aaaaaa.. Aaaa.. Mayaaaa.. gimana kabar, cucok' Hadi terlihat senang sekali, 'Aaaa.. Aaa.. iya Maya dari mana aja nga pernah keliatan lagi' temennya ikut-ikutan sok histeris, 'Gue sibuk nyusuin bokin gue nih' si Maya menanggapi jorok, gue bengong melihat sosialtia yang terjadi antara remaja cewek dengan beberapa teman gay-nya yang memang terlalu vulgar dalam bercanda, gue hanya bisa mangap-mangap mirip lele kena TBC mengikuti candaan-candaan ala mereka, yang mungkin Maya kira gue juga bagian dari komplotan gay labil ini, gue pasang muka macho tapi lebih kelihatan makin homo.

            Ternyata si Hadi sudah menyiapkan beberapa minuman beralkohol malam itu, mereka merencanakan untuk minum-minum di butiknya si Hadi, sebagai remaja ababil yang beranjak gaul seperti gue, gue terpaksa mengikuti apa yang sudah mereka rencanakan, Cintya dan Maya juga ikut bergabung minum bareng, gue hanya bisa mengiyakan dengan kemungkinan terburuk gue bakal di sodomi mereka kalau gue terlalu mabuk.

            'Cheeersssss..' kita bersulang untuk minuman yang pertama, ditemani musik-musik RnB malam itu yang membuat perkumpulan kita menjadi semakin hangat, Cintya gue lihat saat itu sudah setengah mabuk dan doi duduk pas di depan gue, di samping gue ada si Hadi dengan beberapa botol minuman yang sedang asik mengisi gelas-gelas kecil dengan minuman beralkohol tersebut.

            Malam semakin larut, minuman pun sudah memasuki ronde yang sudah tidak terhitung lagi oleh gue, ada beberapa teman kita sudah pada mabuk, gue masih setengah sadar, pada saat itu juga si Hadi tiba-tiba mepet-mepet ke gue, gue merasa kayak lagi berpacaran sama doi dan gue baru sadar kalau ternyata si Hadi emang udah suka sama gue dari pas kenalan di club malam itu, gue yang belum terlalu mabuk pada malam itu langsung segera menyadarkan diri berharap gue tidak terlalu mabuk di malam itu, Hadipun memeluk gue, gue mau teriak tapi cuma bisa dalem hati 'AAAAAAAAAAA.. GOD PLEASE HELP ME!!', rencana ngegebet si Cintyapun terlihat gagal total, mungkin ini yang kita namakan cinta segi tak berbentuk, dimana kita ngegebet cewek disitu pula kita digebet gay.

            Sebelum hal-hal yang diinginkan oleh Hadi terjadi dan yang diinginkan oleh gue mustahil terjadi, akhirnya gue pura-pura di telepon abang gue yang sebenarnya adalah temen gue yang tinggal di daerah dekat situ untuk menjemput gue, guepun menunggu beberapa saat sampai akhirnya temen gue dateng dan menyuruh gue pulang sekarang juga yang mereka kira doi adalah abang gue, dan gue mengiyakan buat balik bareng abang gue sebelum dimulainya acara sodomi berantai.

            Sesampainya di rumah temen gue sebut saja Anton, gue langsung tertidur karena sudah terlalu mabuk, dan keesokan paginya gue kirim pesan BBM ke si Cintya meminta maaf karena gue terlalu mabuk dan harus balik duluan(sebelum di sodomi masal), si Cintya memaklumi gue dan beberapa pesan dari Hadi tidak pernah gue balas sampai pada akhirnya gue harus menghapus kontak mereka, karena menurut gue, mereka adalah sahabat yang saling berhubungan dekat satu dengan yang lainnya, jangan sampai cinta segi tak berbentuk ini merusak persahabatan mereka.

            Cinta memang menuntut kita untuk saling memiliki, terkadang cinta bisa melupakan sebuah arti pertemanan maupun persahabatan, cinta merupakan sesuatu hal yang sangat mulia yang harus kita jaga dengan sangat hati-hati, cinta memang harus diperjuangkan tapi ada saatnya kita harus merelakan cinta itu pergi, jadi lakukanlah sebijak mungkin tentang cinta tapi jangan sampai pada akhirnya kamu dipermainkan oleh cinta.


- Sebaik-baiknya cinta yang kamu miliki, tidak akan pernah lebih baik dari cinta yang diberikan oleh Ayah dan Ibumu -



Friday, March 29, 2013

Edisi Spesial

Beberapa Tulisan Gue yang diLombakan

KASIH IBU SEPANJANG MASA

Apa yang kamu lakukan jika hari ini hari terakhirmu bersama Ibumu?

            Panggil gue Aryo, gue dulu masih bersekolah SMA kelas 1 di Bandung, waktu itu adalah liburan sekolah yang dimana gue selalu menyempatkan diri balik ke Bekasi untuk menjenguk ayah dan ibu gue, karena sekolah gue yang berasrama jadi kesempatan untuk bertemu ayah dan ibu gue cuma disaat hari-hari libur gue yang mungkin cuma sebentar banget, kalau untuk hari biasa gue cuma libur hari minggu saja dan itu hanya dikasih batas waktu keluar asrama dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, seandainya gue telat balik ke asrama maka untuk minggu depannya gue kena hukuman nga bisa keluar asrama.

            Hari ini gue di Bekasi, seperti biasa gue selalu tinggal di rumah, bermain bersama adik gue yang waktu itu masih bersekolah SMP kelas 2 di Jakarta dan abang gue yang udah tinggal di Bandung bareng nenek gue karena kuliah disana, saat-saat itu gue lewati dengan suka cita bermain bersama keluarga kecil gue, ibu gue yang sayang banget sama gue itu selalu memanjakan gue di setiap keadaan gue, ketika gue belum makan, ketika gue belum mandi dan ketika gue lagi sakit, ibu gue selalu ada di samping gue, ibu gue sangat peduli banget sama kondisi gue.

            Sampai pada akhirnya gue harus balik lagi ke Bandung karena liburan gue di Jakarta telah habis, gue inget waktu itu pada saat gue harus pergi meninggalkan ibu gue ke Bandung, gue dan ayah gue sudah sempat masuk ke mobil terlebih dahulu, mobilpun sudah sempat beranjak keluar dari garasi, ibu dan adik kecil gue menunggu di depan pintu rumah gue dan ibu guepun tiba-tiba menangis sedih yang jarang terlihat sebelumnya ketika gue mau balik ke Bandung, ibu gue meneteskan air matanya, guepun keluar dari mobil dan mendatangi ibu gue sembari berkata 'Mamah kenapa menangis?', 'Aryo cepat pulang ya, mamah kangen', 'Iya mah, Aryo pasti balik koq' dan ibu gue mencium kening gue sebelum akhirnya gue harus berpamitan meninggalkan ibu dan adik kecil gue.

            Hari-haripun gue lewati di sekolah berasrama gue di Bandung, sekolah semi-militer yang memiliki cara pendidikan seperti tentara itu membuat gue tidak betah buat tinggal disana, gue sempat berfikir buat pindah sekolah karena mungkin sekolah ini terlalu keras buat gue yang predikatnya waktu itu masih anak mami, anak rumahan yang kaget akan didikan keras ala tentara yang menjadi dasar pendidikan di sekolah berasrama itu, bangun pagi jam 4, sholat subuh bersama, setelah itu kita diwajibkan untuk olah raga pagi setelah sholat subuh, selesai olah raga pagi, kita hanya dikasih waktu 10menit buat mandi, setelah mandi kita makan pagi bersama di ruang makan, setelah makan bersama, kita persiapan apel menuju sekolah yang masih berada satu daerah dengan asrama, masjid dan ruang makan.

Apa yang kamu lakukan jika hari ini hari terakhirmu mendengar suara Ibumu?

            Setelah malam tiba seperti biasa kita selalu menyempatkan untuk sholat Maghrib dan sholat Isya berjama'ah, setelah sholat Maghrib tiba-tiba gue teringat tentang ibu gue, gue yang biasa berbaur bareng temen-temen gue, sekarang gue menyendiri memikiran ibu gue yang sedang sakit parah, gue terus memikirkannya sembari mendoakannya semoga ibu gue lekas sembuh dan gue nga tau kenapa kalau malam itu yang ada dipikiran gue cuma ibu dan ibu gue saja, gue terus berdoa supaya tuhan selalu ada di samping ibu gue.

            Setelah selesai shalat Isya berjama'ah kita menuju ruang makan buat makan bareng, dan seperti biasa setelah selesai makan, kita dikasih waktu bersantai sebentar di depan kantin, ngobrol bareng temen-temen dan ada juga kedai telepon untuk menelepon sanak saudara di luar sana karena kita tidak diperbolehkan untuk membawa HP, rencananya malam itu gue mau menelepon ayah gue perihal gue mau pindah sekolah karena gue nga betah bersekolah di sekolah berasrama ini, guepun mengantri di kedai telepon yang hanya ada tiga bilik dan selalu dipenuhi siswa-siswa yang menyempatkan menelepon keluarganya di kampung.

'Teeeeet.... Teeeeet.... Teeeeeeet.... Hallo....' Akhirnya tersambung ke ayah gue.
'Hallo pah, ini Aryo, pah aku mau pindah sekolah aku nga betah sekolah disini'
'Kenapa? dibetah-betahin aja, jangan pindah-pindah' ayah gue yang orangnya keras terkadang susah mengerti keadaan gue dan gue yang selalu dekat sama ibu gue, terkadang gue selalu dimanja yang berlebihan sama ibu gue, tapi gue selalu bandel sama ibu gue.
'Pah, aku udah bener-bener nga betah, aku mau pindah' Malam itu gue menangis
'Yaudah, kamu coba betah-betahin dulu, bapak masih sama mamah kamu di rumah sakit, nanti kalau ketemu kita obrolin lagi ya, kamu mau ngomong sama mamah nga?'
'Nga pah.. pokoknya aku mau pindah' dipikiran gue saat itu hanya cuma ingin pindah sekolah
'Udah kamu ngomong dulu sama mamah kamu' ayah gue memaksa gue.
' Aryooooooooo...' ibu gue menyapa gue di sebrang telepon dan gue tidak membalas apa-apa, gue langsung menutup telepon di kedai telepon tersebut dan langsung membayar.

            Setelah menelpon ibu gue akhirnya gue balik ke asrama karena jam bersantai setelah makan malam kita sudah selesai, kegiatan selanjutnya adalah belajar malam, yang dimana para siswa kelas 1, 2 dan 3 diwajibkan belajar bersama di asrama lantai paling atas, beberapa guru pembimbing datang untuk membantu para siswa yang mungkin butuh bantuan dalam pelajaran yang kurang, guepun selalu mengisi waktu belajar malam gue untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru gue setiap harinya.

            Selesai belajar malam kegiatan yang rutin selanjutnya dilakukan adalah ronda malam yang dimana para siswa dicek kebersihan kamarnya oleh para senior, hukuman akan diberikan oleh senior apabila ternyata kamar yang dicek masih kotor atau tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada, biasanya saat inilah yang kita sebut sebagai ajang penyiksaan oleh senior terhadap junior, ruangan kita terdiri dari dua koridor dan setiap koridor terdiri dari empat ruangan, setiap ruangan terdiri dari delapan kasur tidur atas bawah, jadi total siswa yang tidur dalam satu ruangan berkisar enam belas orang dan hampir setiap malam para senior menyiksa kita sampai larut malam, sebagai junior kita hanya bisa menerima hal itu.

            Pagi itu gue seperti biasa bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, bercanda-canda bareng teman sekamar menjadi hal yang tidak pernah terlupakan oleh gue kala itu, tiba-tiba pada saat itu wali kelas gue datang menghampiri kamar gue dengan membawa surat izin berlibur, 'Aryo, kamu hari ini ke Jakarta ya sama bapak, ibu kamu sakit parah, dia ingin kamu bisa nemenin ibu di Jakarta' pak Salim namanya, dia seorang guru agama Islam dan juga wali kelas gue yang sangat baik, dia menyampaikan kabar dari ayah gue yang ingin gue cepat-cepat balik ke Jakarta bersama pak Salim.

            Perjalanan ke Jakarta pun dimulai, waktu itu kita masih menggunakan kereta api sebagai sarana transportasi tercepat ke Jakarta, mungkin akan menempuh waktu sekitar 2jam dan berhenti di stasiun Jatinegara, di sepanjang perjalanan, gue masih belum memikirkan hal-hal yang aneh, yang ada gue seneng banget karena bisa liburan ke Jakarta menemui keluarga gue disana, ibu gue yang dirawat di rumah sakit pelni petamburan sering gue temani bareng adik gue kala itu, kitapun rencananya akan menuju rumah sakit pelni petamburan, 'Pak Salim, kita mau kerumah nenek dulu nga?' gue mengajak pak Salim ke rumah nenek gue yang rumahnya berada sejalan dengan arah kita menuju stasiun kereta, 'Oh nga, kita langsung aja ke Jakarta, udah ditunggu ayah kamu di Jakarta', 'Oh.. oke pak Salim', perjalananpun dilanjutkan dengan keadaan pak Salim yang sangat terburu-buru sekali dan gue belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

            Sesampainya di stasiun kereta api, gue sama pak Salim langsung memesan tiket ke Jakarta yang alhamdulillah masih tersisa beberapa kursi, sembari menunggu kereta, gue menyempatkan menelpon ayah gue di Jakarta, 'Hallo pah, ibu gimana kabarnya?', 'Aryo cepat pulang ya nak, bapak tunggu di rumah ya nak' ayah gue terlihat sambil menangis menelpon gue dari sebrang sana, 'Iya pah, aku sudah di stasiun kereta bareng pak Salim', setelah menelpon, gue menyempatkan sarapan sebelum kereta gue berangkat, membeli beberapa makanan kecil untuk disantap di dalam kereta, pak Salim pun sudah menunggu di dalam kereta dengan muka yang tidak biasa, seperti sedang memikirkan sesuatu, gue yang waktu itu masih kecil belum bisa berfikir terlalu jauh, gue hanya berfikir akan berlibur ke Jakarta dan ingin pindah sekolah.

            Keretapun sudah mulai melakukan perjalanannya, gue duduk bersebelahan dengan pak Salim di dalam kereta, saat itu kondisi masih seperti biasa, pak Salim masih terlihat serius sekali, tidak biasanya pak Salim terlihat seperti ini, guepun menyempatkan tidur sejenak di dalam kereta, sampai akhirnya gue terbangun dan tiba-tiba terfikirkan kembali tentang ibu gue, gue bertanya-tanya tentang ibu gue, gimana kondisi ibu gue, kalau ibu gue meninggal bagaimana, apakah ibu gue bisa cepet sembuh dan pertanyaan-pertanyaan lainnya di otak gue yang terus bertanya sepanjang perjalanan di kereta api sampai akhirnya gue tertidur kembali di kursi gue, gue melihat pak Salim masih dengan keseriusannya.
Apa yang kamu lakukan jika hari ini hari kamu melihat kalau ibumu telah tiada?

            Sesampainya di stasiun kereta api Jatinegara, kita langsung mencari transportasi tercepat yaitu taxi, tidak seperti biasanya, pak Salim terlihat buru-buru sekali saat itu dan gue hanya bisa berfikir semua akan baik-baik saja, di seperjalanan pulang tidak ada tanda-tanda yang terjadi, kita melewati jalan seperti biasanya menuju rumah gue di Bekasi, ayah gue sudah menunggu disana dan gue belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

            Kita masih berada di dalam taxi dan kita sudah hampir sampai ke depan komplek rumah gue, sesampainya di depan komplek rumah gue, gue melihat bendera kuning yang bertuliskan nama ibu gue, saat itu pula gue mengeluarkan air mata, gue menangis seakan tidak bisa meluapkan rasa kesedihan gue yang mendalam, gue menangis seakan gue belum pernah menangis sebelumnya, gue tidak bisa menanhan diri gue yang terlalu sedih saat itu, gue nyaris pingsan.

            Sesampainya di belokan dekat rumah gue, bendera kuning makin menghiasi jalan ke arah rumah gue, semakin gue melihat bendera kuning yang bertuliskan nama ibu gue, semakin gue menangis sedih, baju gue sudah dipenuhi air mata gue yang tak terbendung lagi saat itu, taxipun sampai di depan rumah gue, dengan terburu-buru gue langsung membuka taxi dan melihat kerumunan orang di rumah gue yang kala itu sedang melayat ibu gue, gue melewati mereka acuh, gue melihat tubuh ibu gue yang sudah dibalut dengan kain kafan tergetak di depan ruang tamu rumah gue bersama keluarga gue lainnya, gue menghampiri dengan tangis gue yang masih bercucuran saat itu, gue mencium kening ibu gue dan hanya bisa merelakan ibu gue harus kembali pelukan ke tuhan yang maha esa.

            Pak Salimpun masuk dan memanjatkan doa-doa, serta surat Yasin yang diikuti oleh para pelayat yang membacakan surat Yasin mengikuti pak Salim di rumah gue, gue hanya bisa berdoa sembari menangisi kepergian ibu gue yang terlalu cepat, gue masih banyak berbuat salah dan belum meminta maaf ke ibu gue yang selama ini mencintai gue dengan sepenuh hati tanpa pamrih, gue belum sempat membalas budi ibu gue yang selama ini selalu peduli sama gue disaat gue susah dan sakit, dan gue belum bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua gue tapi ibu gue sudah harus pergi terlalu cepat, gue terus tangisi karena gue menyesal telah menjadi anak yang tidak patuh dan selalu nakal terhadap ibu gue, tetapi ibu gue selalu menasehati gue dengan senyuman.

            Adzan Zuhurpun tiba, kita segera menuju masjid untuk menyolatkan ibu gue yang telah kembali ke pangkuan yang maha kuasa dan menuju tempat pemakaman yang tidak jauh dari rumah gue, gue melihat sekitar gue banyak sanak saudara yang datang serta teman-teman gue yang mencoba menghibur gue yang saat itu sedang bersedih, sesampainya di tempat kuburnya, gue mengadzankan ibu gue untuk yang terakhir kalinya di dalam liang lahat, proses pemakamanpun selesai dan gue masih tergeletak lemas berada di daerah pemakaman ibu gue yang berangsur mulai sepi karena harus balik lebih awal, gue masih menunggu di dekat makam dan terus mendoakan ibu gue.

            Kepergian ibu gue yang terlalu cepat menjadikan luka yang mendalam buat gue, tetapi gue harus merelakan semua itu karena sudah menjadi takdir yang maha kuasa untuk ibu gue pulang secepat ini, gue menyesal karena tidak berbakti sepenuhnya kepada ibu gue ketika ibu gue masih ada di dunia dan penyesalan hanya datang belakangan, sekarang gue mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang sangat gue sayangi dan gue mengerti rasanya penyesalan yang teramat sangat dari kepergian orang yang sangat gue sayangi sampai saat ini, banyak orang yang tidak menyadari bahwasanya kasih sayang seorang ibu itu tidak akan bisa dibalas dengan apapun, ketika ibu masih ada kita selalu menyia-nyiakannya dan ketika ibu sudah dipanggil yang maha kuasa kita baru menyadari bahwa sebenarnya kasih sayang seorang ibu itu sepanjang masa, i love you mom.

- Sebaik-baiknya cinta yang kamu miliki, tidak akan pernah lebih baik dari cinta yang diberikan oleh Ayah dan Ibumu -